Xuan Jian adalah putri yang terlahir dari selir kesayangan kaisar Wei Huang, namun memiliki nasib yang sangat buruk.
Dia bersama sang ibu, selir Xuan Yang diasingkan di sebuah paviliun yang paling buruk dan berada jauh dibelakang istana utama, dan hanya memiliki satu orang pelayan untuk mengurus seluruh kebutuhannya.
Semua orang begitu membenci keberadaannya karena dianggap pembawa sial, Xuan Jian terlahir saat gerhana matahari bersamaan dengan lahirnya putra permaisuri, namun naas sang pangeran kecil tidak bisa bertahan hidup, sehingga semua orang berfikir jika Xuan Jian lah penyebab dari semua kejadian buruk yang menimpa putra mahkota kekaisaran Jiahu itu.
Siapa yang menyangka setelah dia beranjak remaja, Xuan Jian menjelma menjadi seorang gadis yang sangat kejam, tak hanya itu...
Dia juga sangat membenci seluruh penghuni istana dan mulai membalas satu persatu orang yang telah menyakiti dirinya beserta sang ibu dengan tanpa belas kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
Xuan Jian menghias Paviliun Anggrek dengan berbagai macam bunga yang segar, dia sengaja meminta tolong kepada kedua orang selir Kaisar, untuk mengajak selir Xuan Yang berjalan-jalan, saat dia menyiapkan kejutan untuk ibunya itu.
Dia dibantu oleh beberapa orang pelayan untuk mempersiapkan dekorasi yang cantik dan juga masakan yang enak.
Selama hidup di kekaisaran Jiahu, Xuan Jian hanya diberikan makanan yang terasa hambar atau pun terlalu asin, tidak ada rasa lain selain itu, membuat jiwa kokinya meronta-ronta dan ingin menunjukkan kemampuannya, dalam hal memasak di depan sang ibu.
Xuan Jian sengaja mengolah beberapa macam makanan, saat dia sedang berjalan-jalan tadi, tanpa sengaja dia menemukan dua ekor kelinci yang sangat gemuk, dia pun membawanya ke dapur yang ada di paviliunnya dan meminta agar para pelayan segera membersihkan kedua ekor kelinci itu untuk kembali dia masak nanti.
Sementara saat ini dia juga sudah mempersiapkan berbagai macam bahan yang akan digunakan untuk memasak, Xuan Jian akan memasak makanan dari masa depan, dia sengaja ingin membuat ibunya itu mencicipi enaknya hidangan yang dibuat dengan tangan putrinya sendiri.
Setelah berbagai macam dekorasi siap, Xuan Jian juga segera mempersiapkan minuman, yang nanti akan dihidangkan. Saat ini beberapa orang pelayan terlihat tengah mengupas buah-buahan, Xuan Jian segera memotongnya berbentuk dadu, dia akan membuat sop buah yang segar sebagai hidangan pembuka untuk sang ibu beserta kedua orang selir Kaisar.
Sedangkan untuk makanan utama, dia membuat sate kelinci beserta ikan panggang dan beberapa sayuran seperti capcay dan juga tumis kangkung.
Para pelayan yang melihat Xuan Jian memanen sayuran di belakang paviliun pun terlihat menggelengkan kepalanya, karena selama ini mereka mengenal tanaman itu sebagai rumput, namun di tangan Xuan Jian, rumput itu telah menjadi sebuah masakan yang sangat enak.
Bau masakan tercium ke seluruh istana kekaisaran, membuat Kaisar sedikit penasaran, masakan apa yang saat ini tengah dibuat oleh kokinya di dapur istana? hingga kelezatannya sampai mengeluar ke seluruh istana kekaisaran.
Begitu juga dengan kedua selir Kaisar dan juga selir Xuan Yang, ketiganya saat ini merasakan sensasi harum dan juga lezat dari masakan yang kini mulai tercium aromanya, hingga ke seluruh penjuru istana.
Bahkan beberapa pelayan terlihat berlarian menuju ke Paviliun Anggrek, tempat di mana Xuan Jian tengah memasak, akhirnya ketiga orang selir itu pun segera melangkahkan kakinya menuju ke Paviliun anggrek, wajah selir Xuan Yang terlihat sangat kaget, melihat dekorasi cantik di paviliun miliknya.
Dia begitu terharu antara ingin menangis ataupun tertawa, saat melihat begitu indahnya dekorasi yang dibuat oleh Xuan Jian, demi membahagiakan dirinya yang tengah berulang tahun hari ini.
Mereka bertiga pun langsung bergegas masuk, mata mereka berbinar terang saat melihat begitu banyak hiasan-hiasan yang dibuat oleh Xuan Jian, demi untuk membuat ibunya bahagia, bahkan kedua selir terlihat menitikkan air mata, andai saja mereka memiliki seorang putri seperti Xuan Jian, mereka pasti akan sangat bangga dan juga bahagia sekali.
Meskipun gadis kecil itu kejam terhadap musuhnya, namun dia begitu menyayangi sang ibu, hingga mau melakukan apapun demi bisa membahagiakan hati dari ibu tercintanya.
"Apa yang kau lakukan, Jian'er?" tanya selir Xuan Yang saat netranya melihat sang putri yang saat ini tengah sibuk membakar daging di belakang paviliun anggrek.
Xuan Jian segera menyuruh agar ketiga selir itu segera duduk, dia pun segera menyiapkan sop buah yang tadi telah dibuatnya, untuk dinikmati oleh ketiga selir Kaisar itu.
"Ini adalah hidangan pembuka buatanku, coba cicipi dan katakan padaku, Apakah ini enak?" ucap Xuan Jian seraya menyerahkan 3 mangkuk sop buah di hadapan ketiga selir Kaisar.
Ketiga selir itu pun segera mengambil mangkuk mereka masing-masing dan mulai menyuapkan sesendok demi sesendok sop buah yang saat ini ada di hadapan mereka, rasa segar dan manis langsung masuk ke dalam kerongkongan mereka, membuat mata mereka semakin terpana.
Terlebih dengan kesegaran es yang ditambahkan oleh Xuan Jian, membuat minuman itu semakin terasa nikmat.
"Ini benar-benar enak, Jian'er." ucap selir Xuan Yang memuji sop buah buatan Xuan Jian.
"Kau benar-benar sangat berbakat putri Xuan Jian, ini benar-benar sangat menakjubkan, aku baru pertama kali memakan makanan seperti ini, sangat manis dan juga segar." ucap selir Xiao Xia.
"Itu benar, minuman ini benar-benar sangat lezat, tapi darimana kau belajar memasak, putri? Daaan... apakah aku boleh membawanya ke paviliunku?" tanya selir Feng Ling tanpa berhenti mengunyah buah yang ada di mulutnya.
"Tentu saja, kalian boleh membawanya sesuka hati, aku sengaja membuat banyak agar para prajurit dan juga pelayan yang bekerja di paviliun ini juga bisa menikmati makanan yang kubuat." ucap Xuan Jian.
Mata para prajurit dan pelayan terlihat berkaca-kaca mendengar ucapan yang dilontarkan dari mulut Putri Xuan Jian, mereka tidak menyangka jika sang putri yang selama ini mereka abaikan, ternyata memiliki hati yang sangat baik, bahkan mengingat keberadaan mereka dan bersedia bersusah payah untuk memasak, agar seluruh prajurit dan juga pelayan yang bekerja untuknya, bisa merasakan sendiri betapa nikmatnya makanan yang dibuat oleh tangan sang Putri.
"Yang mulia Kaisar telah tiba!" terdengar suara teriakan prajurit yang berjaga di depan pintu Paviliun anggrek, hingga mengejutkan semua orang yang saat ini berada di ruangan, mereka tidak menyangka, jika putri Xuan Jian akan mengundang Kaisar Wei Huang untuk ikut merayakan hari istimewa selir Xuan Yang di paviliunnya.
Ketiga orang selir itu pun langsung berdiri dari tempat duduknya mereka serempak memberikan penghormatan kepada orang nomor satu di kekaisaran jiahu itu, sedangkan Xuan Jian hanya mendelik dengan pandangan yang sangat sinis, melihat kedatangan dari ayah biologis pemilik tubuhnya.
"Huh... Dasar Kaisar sialan! Berani sekali dia datang ke tempat ini, sepertinya koki istana tidak memasakan makanan yang baik untuknya, sehingga dia mendatangi paviliunku untuk mengemis makanan." ucap Xuan Jian dengan sangat sarkas.
Dia sengaja mengeraskan sedikit suaranya, agar didengar oleh kaisar Wei Huang, bahkan ketiga selir beserta para pelayan yang berada di sana, hampir saja jatuhkan rahang mereka mendengar ucapan dari Putri Xuan Jian.
Pandangan Xuan Jian terlihat sangat tajam ke arah Kaisar Wei Huang, disertai dengan raut wajah yang masam.
"Apakah kau tidak menyukai kedatangan zhen, Putri Xuan Jian?" tanya Kaisar Wei Huang sambil menatap wajah sang putri yang selama ini diabaikannya.
"Kau datang ke sini karena mencium bau masakan yang kubuat bukan? Huh... Kenapa tidak kau suruh saja kokimu itu untuk datang dan belajar memasak padaku?" ucap Putri Xuan Jian dengan sangat berani.
"Sepertinya hari ini aku akan segera kehabisan makanan, karena ada tamu yang tak diundang, datang ke paviliun ini hanya untuk meminta makan." ucapnya sambil menghentakkan kaki dan pergi ke arah belakang untuk kembali membakar daging.
Sedangkan Kaisar Wei Huang segera duduk bersama kedua orang selirnya, selir Xuan Yang segera mengambilkan mangkuk untuk sang Kaisar kemudian dia pun menuangkan sop buah agar dinikmati oleh orang nomor satu di kekaisaran itu.
Dia pun segera beranjak ke belakang, mengikuti langkah putrinya, sepertinya selir Xuan Yang tidak mengharapkan kedatangan sang Kaisar di tempatnya, mengingat selama 10 tahun terakhir dirinya telah diabaikan Bahkan tak pernah diberikan keadilan oleh kaisar Wei Huang.