Sania, gadis cantik berumur 22 tahun dan baru lulus kuliah disebuah perguruan tinggi negeri jurusan pariwisata harus menjalani kehidupan yang sulit dan pahit
Hidupnya berubah seperti roda roller coaster, yang awalnya indah berubah menjadi neraka ketika dia bertemu dengan pria tampan bernama Alexander Louise.
Seorang CEO tampan yang terkenal dengan bad boy dan suka gonta ganti pacar
Akankah Sania dan Alex bisa bersatu melewati kejamnya rintangan yang menghalangi mereka??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zandzana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terusir (Lagi)
"Apa yang kalian lakukan?" tanya dokter Anita dengan suara bergetar
Dengan cepat pak Danendra menoleh. Tangannya yang sedang meletakkan tubuh Sania di atas kasur langsung terhenti
Dengan terburu segera diletakkannya tubuh Sania yang lemah
Dokter Anita mendekat, di dapatinya jika di bagian dada daster yang Sania kenakan kancingnya terbuka
Dan didapatinya juga bagian bawah daster tersingkap sampai atas lutut
Mata Sania terpejam dan mulutnya tampak meringis kesakitan
"Kalian berdua sedang ngapain?"
Sania memaksa membuka matanya demi didengarnya suara dokter Anita
Sedangkan pak Danendra memandang tak percaya pada istrinya
"Maksud kamu apa ma?"
Dokter Anita menarik kasar daster Sania yang tersingkap
Kembali Sania memaksa membuka matanya dan kembali berusaha menahan sakit
"Jadi ini yang sering kalian berdua lakukan di belakangku, iya?"
Pak Danendra menggeleng dan menarik pundak istrinya
"Semua tidak seperti yang kamu lihat ma"
Sania dengan bersusah payah berusaha untuk duduk. Dan pak Danendra yang melihat betapa susahnya Sania untuk duduk berniat hendak menolong ketika dengan cepat tangannya ditarik dokter Anita
"Jawab, apa yang kalian berdua lakukan??"
Sania menarik nafas panjang dan menggigit bibirnya kuat-kuat menahan sakit
"Ibu salah sangka, kami tidak melakukan apa-apa" ucapnya terbata-bata
Dokter Anita menoleh kearah Sania yang sekarang telah duduk dengan bersandar pada tepian ranjang
"Jika kalian tidak melakukan apa-apa, mengapa baju kamu terbuka, hah?"
Sania meraba kancing bajunya yang terbuka, memang tadi dia membukanya karena dirasanya juga dadanya tiba-tiba sesak
"Tadi nafas saya sesak dokter"
Dokter Anita menggeleng, ditatapnya suaminya yang hanya diam
"Sudah berapa lama ini terjadi?, seberapa sering kalian melakukan hubungan di belakangku???"
Mata Sania terbelalak. Hatinya sangat terluka dengan tuduhan dokter Anita
"Jangan mengatakan itu dokter, demi Tuhan kami tidak melakukan apa-apa, saya menelpon tuan Andra hanya minta tolong karena perut saya sangat sakit"
Dokter Anita tersenyum menyeringai
"Memang salah saya mengapa saya mempercayai kamu untuk tinggal di sini San, karena akhirnya kamu merebut suami saya"
Mulut Sania ternganga, air matanya langsung mengalir
"Demi Tuhan dokter, saya tidak ada niat untuk merebut suami dokter, demi Tuhan saya tadi hanya meminta tolong pada tuan Andra karena perut saya sakit"
"Sekarang perut kamu tidak sakit lagi, kan?, ini semua hanya alasan kamu agar suamiku pulang dan menemui mu, dan kalian bisa mesra-mesraan"
Air mata Sania telah mengalir deras
"Demi Tuhan dokter, saya berani bersumpah jika kami tidak ada hubungan apa-apa, dan saya tadi meminta tolong pada tuan Andra, hanya itu dokter"
"Benar yang dikatakan Sania ma, papa pulang karena Sania kesakitan dan ketika papa temukan Sania tergeletak di lantai"
Dokter Anita menggelengkan kepalanya tak percaya
"Papa seorang penegak hukum, apakah selama papa bertugas pernah menemukan pencuri yang mengakui kesalahannya?"
Pak Danendra diam dan menarik nafas panjang, dia tahu saat ini istrinya sedang dibakar cemburu dan jika dia menjawab apalagi membela Sania semuanya akan makin runyam
"Dan kamu Sania, apa kurang kebaikan saya selama ini sama kamu, sehingga kamu membalas kebaikanku dengan cara seperti ini?"
Sania terisak, kembali dirasakannya dadanya sakit
"Pergi kamu dari sini, saya tidak ingin melihat wajah kamu lagi!"
Sania mendongakkan wajahnya menatap tak percaya pada dokter Anita yang menatapnya dengan kilatan marah
"Saya mohon dokter, jangan usir saya"
Dokter Anita bergeming, bahkan ketika suaminya kembali bersuara menjelas duduk persoalan yang sebenarnya
"Bela terus gundikmu itu, aku memang sadar jika aku tidak bisa memberikanmu keturunan, tapi bukan dengan cara ini kamu menyakitiku, pa" isak dokter Anita
Pak Danendra berusaha merengkuh pundak istrinya, tapi dengan cepat dokter Anita menepis tangannya
"Pergi kamu Sania, atau jika kamu tidak mau keluar dari rumah ini, saya yang akan keluar!!!"
Dengan perasaan hancur dan masih menahan sakit Sania turun dari ranjang dan berjalan kearah lemari, mengeluarkan semua pakaiannya dan memasukkannya dalam koper dengan berlinangan air mata
"Ma, tolong mengertilah, kasihan Sania ma. Dia mau kemana jika mama mengusirnya?"
Dokter Anita mengangkat wajahnya dan menatap tak percaya pada suaminya
"Jika begitu aku yang pergi dari rumah ini!" ucapnya sambil berjalan cepat kearah pintu
"Jangan dokter!" cegah Sania
Dokter Anita menoleh, menatap tajam kearah Sania yang telah menarik koper
"Saya yang akan pergi, karena disini sayalah yang bersalah"
"San?" cegah pak Danendra menarik koper yang telah siap ditarik Sania
Sania menggeleng
"Tidak pak, ibu benar, saya memang tidak tahu berterima kasih, saya memang tidak pantas tinggal di sini lagi"
Dokter Anita melengos demi dilihatnya jika suaminya tampak mencegah Sania untuk pergi
Dengan menggigit bibir menahan sakit, Sania berjalan kearah pintu, berdiri di depan dokter Anita
"Terima kasih dokter, maaf karena saya telah bersalah" lirihnya sambil terisak
Dokter Anita membuang muka ketika Sania berniat mengulurkan tangannya
Dengan pelan Sania keluar dari kamar dan berjalan kearah depan. Sebelum akhirnya kakinya benar-benar keluar dari pagar, dia menoleh kembali kearah rumah yang telah beberapa bulan ini ditinggalinya
Air matanya menetes ketika dia menatap rumah itu untuk terakhir kalinya
Pak Danendra yang melihat Sania berjalan keluar dari rumahnya sudah berniat hendak mengejar ketika tangannya dicengkeram kuat dokter Anita
"Sekali papa mengejar Sania, papa akan kehilanganku untuk selamanya"
Pak Danendra mengusap wajahnya dengan frustasi, dan menarik nafas panjang
Sementara dokter Anita segera keluar dari dalam kamar dan terduduk lemas di ruang tamu
Pak Danendra duduk di sebelah istrinya yang tampak kalut dan menangis terisak
Berkali-kali pak Danendra menjelaskan jika semua yang terjadi tak seperti yang dilihat istrinya
Tapi dokter Anita bergeming, hatinya telah terlanjur sakit dan curiga dengan adanya hubungan terlarang antara suaminya dengan Sania
Terlebih ketika disadarinya jika sampai detik ini dia masih belum juga bisa memberikan keturunan
Sedangkan Sania?, dia masih muda dan masih cantik pula, dan terbukti jika Sania sehat dan bisa hamil. Bisa dipastikan jika suaminya akan lebih tertarik pada Sania karena Sania nanti akan bisa memberikan keturunan pada suaminya
Pikiran dokter Anita kacau, air matanya kian deras ketika mengingat jika dia memiliki kekurangan
Dan pak Danendra tak kalah kacaunya, satu sisi melihat istrinya yang mengamuk padanya, satu sisi dia memikirkan bagaimana nasib Sania sekarang, karena dia tahu seperti apa keadaan Sania tadi
Ketika ditemukannya Sania tergeletak di lantai dengan posisi miring tengah mengerang kesakitan
Karena itulah dia tadi mengangkat tubuh Sania, dan justru bertepatan dengan istrinya datang dan semuanya kacau karena istrinya salah faham
Kegelisahan pak Danendra makin membuat kemarahan dokter Anita menjadi
"Sana pergi, kejar gundikmu itu!!!"
Pak Danendra hanya diam menundukkan wajahnya ketika dokter Anita mendorong kasar tubuhnya
Dia membiarkan istrinya memukul-mukul tubuhnya. Dia yakin istrinya melakukan itu karena rasa cemburu yang tak jelas
...----------------...
Sementara Sania yang begitu keluar dari rumah dokter Anita berjalan terseok-seok di trotoar sambil menarik koper
Sebagian orang yang berpapasan dengannya melihatnya dengan aneh dan sebagian lagi memandang heran
Berkali-kali Sania berhenti dan menyeka peluh di keningnya, dan berkali-kali pula dia mengelus perutnya
"Tolong berdamai lah nak" lirihnya sambil meneteskan air mata
Dengan langkah yang dipaksakan kuat, Sania berjalan kearah sebuah kursi yang ada di dekat taman
Tujuan Sania ingin kesana, dia ingin istirahat sebentar karena lelah dan juga karena sakitnya yang masih terasa
"Aaahhh....." Sania menjerit tertahan ketika kembali perutnya dirasanya sakit
Beberapa orang yang melihat Sania membungkuk menahan sakit menoleh dan bahkan ada yang berusaha mendekatinya
"Kenapa dek?"
"Kenapa mbak?"
Sania tak menjawab satupun pertanyaan mereka. Karena sakit yang dirasanya kian hebat dan dia langsung ambruk tak sadarkan diri
semoga ajah happy ending