NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ilona

Transmigrasi Ilona

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Balas Dendam / Peningkatan diri-peningkatan identitas/sifat protagonis / Teen Angst / Transmigrasi
Popularitas:932.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Ilona, gadis jalanan yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Kehidupan jalanan memaksanya menjadi gadis kuat dan pemberani. Berbeda dengan Ayyara, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran bully di sekolahnya. Selain penampilannya yang culun dan dianggap jelek, dia sedikit gagap saat berbicara. Bahkan kakak dan sepupunya tidak suka padanya.

Hingga suatu hari, terjadi kecelakaan yang membawa perubahan dalam hidup keduanya. Ilona terbangun dalam raga Ayyara. Kecelakaan itu mengubah semua jalan hidup keduanya. Ilona yang tidak memiliki orang tua dan kehidupannya yang susah, berubah mendapatkan kasih sayang orang tua dan kehidupan layak. Dan Ayyara, dia berubah menjadi gadis yang tak mudah ditindas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ayyara Ngambek

Alden dan Ayyara tiba di rumah. Tapi ada yang berbeda dari Ayyara. Cewek itu turun dari mobilnya dengan wajah cemberut. Ia berjalan cepat memasuki rumah, meninggalkan Alden di belakangnya dengan kening yang mengerut tak mengerti.

"Ayya!" Panggil Alden namun hanya diabaikan oleh Ayyara.

Deon yang sedang duduk menonton televisi juga heran melihat Ayyara yang masuk rumah drngan wajah cemberut.

"Kenapa lo? Pulang-pulang cemberut gitu? Di..." Belum sempat Deon menyelesaikan ucapannya terdengar suara Alden yang memanggil Ayyara.

"Ayya!" Ayyara yang tadi sempat berhenti karena Deon, melanjutkan jalannya menaiki tangga menuju kamarnya.

"Kenapa tu cewek lo?"

"Ga tau."

"Lo apa-apain adek gue lo ya?" Tuduh Deon.

"Jangan ngaco lo!" Balas Alden, langsung berlari menaiki tangga menyusul Ayyara.

Mala yang juga mendengar Alden yang memanggil Ayyara, keluar dari kamarnya. Wanita itu berniat untuk beristirahat tadi. Tapi, mendengar suara Alden yang memanggil Ayyara membuatnya bangun dan segera menuju sumber suara.

"Deon! Ada apa? Kenapa Alden teriak-teriak?" Tanya Mala. Wanita itu duduk di samping Deon.

"Ga tau, Ma! Ayya pulang-pulang cemberut. Tanya Alden, juga ga tau."

"Ada apa ya?"

"Udahlah, Ma. Kalo masalah mereka, biarkan saja mereka menyelesaikannya sendiri." Ujar Deon. Mala hanya mengangguk. Tapi hatinya masih begitu khawatir.

Tiba-tiba derap kaki menuruni tangga, terdengar oleh mereka. "Ayya! Kamu kenapa sih? Tiba-tiba ngambek gini?" Tanya Alden sambil menuruni tangga.

Ayya tak menjawabnya. Gadis itu duduk di sofa bersama Mala dan Deon. Alden juga ikut terduduk.

"Kalian berdua ada apa sih, nak?" Tanya Mala lembut.

"Ga ada Ma!" Balas Ayyara.

Mala menarik nafasnya. Ia tersenyum menatap putrinya. "Ya udah! Kalian selesai in urusan kalian. Pokoknya ga boleh berantam gini ya?" Ujar Mala. "Mama mau ke kamar dulu." Ayyara mengangguk.

"Alden, tante ke kamar dulu."

"Iya, tante."

"Gue juga mau ke kamar. Lo berdua ngomong baik-baik kalo punya masalah. Jangan ngambekan gini. Kayak bocah aja!"

"Abang ngatain Ayya bocah?!" Tanya Ayyara dengan raut kesal.

"Engga. Abang ngatain Alden." Jawab Deon santai, membuat Alden melotot padanya. Bagaimana bisa dirinya dikatakan bocah. Sementara Deon, dia dengan cepat melipir ke kamarnya. Dipelototi Alden membuatnya merasa sedikit merinding.

"Sayang! Kamu kenapa sih tiba-tiba ngambek gini?"

"Aku ga mau ngomong sama kamu!"

"Nah, barusankan ngomong."

"Iiihhh... Kamu kok ngeselin sih." Kesal Ayyara. Gadis itu mencubit pelan lengan Alden.

"Sayang. Ayo dong, bilang sama aku. Aku salah apa? Jangan tiba-tiba ngambek gini."

Ayyara menarik nafasnya lalu menatap Alden. Wajahnya masih terlihat kesal pada cowok itu.

"Kamu jujur sama aku! Waktu kamu bilang beli makanan pas di rumah sakit, kenapa kamu belinya di tempat yang cukup jauh dari rumah sakit?"

"Kan aku udah bilang, sayang. Aku mau kasi kesempatan buat kalian bertiga ngomong." Jawab Alden, pelan.

"Kamu sama Vanya kan di restoran itu?"

"Vanya?" Alden mengerutkan keningnya. "Oh, Vanya? Iya, aku ketemu Vanya disana."

"Iihh... Kamu kok jahat sih? Kenapa kamu ketemuan sama dia disana?" Ayyara kembali memukul-mukul lengan Alden.

"Sayang-sayang! Dengar aku!" Alden menangkap tangannya lalu menatap matanya. "Dengarkan aku! Kamu... Cemburu ya?" Ujar Alden dengan sedikit menahan senyumnya.

"Iya, aku cemburu! Kenapa? Emang salah aku cemburu?"

"Engga!" Ujar Alden. "Sini peluk!" Alden membawanya kedalam dekapannya. Berkali-kali ia mencium puncak kepala Ayyara.

"Dengar! Aku senang kamu cemburu. Tapi, kamu harus tahu. Aku kesana bukan untuk ketemuan sama Vanya. Aku ga sengaja ketemu dia. Bukan! Dia yang sengaja nyamperin aku. Aku ga tau kalo dia ada disana. Dia yang tiba-tiba datang dan duduk di depan aku yang lagi nunggu pesanan."

"Terus, kenapa kamu ga cerita sama aku waktu itu? Aku taunya dari dia sendiri di sekolah. Aku kan jadi kesel."

"Kamu keselnya pas di mobil dulu deh. Sebelum masuk mobil, kamu baik-baik aja sama aku."

"Ya, itu karena aku keingat sama ucapan Vanya. Aku kan taunya dari dia. Jadi keselnya double. Kamu sih, ga cerita."

"Aku juga kesal waktu itu. Pas mau masuk ruangan Deon, aku berusaha buat ga terlihat kesal. Biar ga bawa energi negatif buat kalian. Makanya aku ga cerita. Kalo cerita, aku jadi kesal lagi." Ayyara terdiam mendengar ucapan Alden.

"Jangan ngabek lagi, ya?" Bujuknya.

Ayyara menatap wajah Alden. Ia lalu tersenyum pada cowok itu. "Iya, Ayya ga ngambek lagi."

"Makasih sayang!" Ujarnya kemudian mengeratkan pelukannya, yang juga di balas oleh Ayyara.

Gian yang baru pulang dan hampir melewati ruangan itu menggeleng. Baru saja tiba, dia sudah disuguhi pemandangan yang membuatnya iri.

"Ekhmm... Pelukan aja teroooss." Teriak Gian sambil berjalan melewati Ayyara dan Alden. Ayyara sedikit melonggarkan pelukannya lalu menengok pada Gian yang sudah melewati sofa dan hendak menaiki tangga.

"Bilang aja lo iri, bang!"

Gian berhenti lalu menoleh sambil bersandar di pembatas tangga. "Eleh, iri sama bocah kayak lo. Gue juga baru pulang anterin Elen."

"Eleh, anterin Elen pulang aja sok! Kebetulan tuh, si Elen ga temanan sama si Vanya lagi. Kalo engga, mana bisa lo anterin dia pulang?"

Gian terdiam. Apa yang Ayyara katakan benar. Dulu, dia memang dekat dengan Elen. Tapi, kesempatannya bersama Elen sangat sedikit, karena Vanya selalu ada di antara mereka.

"Lo benar! Ya udah, lo berdua lanjutin lagi peluk-peluknya. Gue mau ke kamar. Tersiksa batin gue kalo ngeliat lo berdua terus." Ujar Gian, bergegas naik tangga.

"Cepatan ganti bajunya, bang! Gue udah laper banget. Gue tungguin lo!"

"Iya..." Balas Gian tanpa menoleh.

***

Setelah beberapa hari istirahat di rumah, Deon pun kembali bersekolah. Pagi ini, Deon, Gian dan Ayyara berangkat bersama. Awalnya, Gian ingin menggunakan mobilnya sendiri. Tapi, Deon melarangnya.

"Bang, kasian ya? Udah niat mau nganterin gebetan, eh malah ga jadi!" Ujar Ayyara sambil menyandarkan kedua lengannya di sandaran kursi Gian dan Deon yang berada di depannya. Kepalanya sedikit menyembul hingga bisa melihat Deon dan Gian dari samping.

Gian yang sedang mengemudi merengut kesal. "Bisa diam ga Ayya?" Ujarnya dengan wajah masam.

"Apaan? Orang gue ngomongnya sama bang Deon. Asal nymbung aja lo, bang."

"Bilang aja lo nyindir gue kan?"

"Kalo abang ngerasa sih, ga papa."

"Idih, bocah!" Ujar Gian, sebelah tangannya terulur menarik hidung Ayyara.

"Apaan sih, bang!"

"Fokus Gi! Lo bawa orang, bukan barang!" Ujar Deon.

"Iya-iya, bawa orang paling ngeselin sekomplek." Kesal Gian, yang dibalas kekehan Deon dan Ayyara.

"Ketawa lagi. Lo berdua ga ada dukung-dukungnya gue sama Elen."

"Sabar, Gi. Tinggal sebulan. Setelah itu, lo boleh ngedekatin Elen." Ujar Deon.

"Kenapa?"

"Belajar dulu yang benar. Bisa lulus, baru targetin Elen."

"Kenapa gitu? Ayya aja boleh pacaran sekarang. Kenapa gue engga?"

"Beda! Ayya kalo ga lulus, hidupnya udah dijamin sama Alden. Nah, lo? Mau kasi apa lo sama Elen kalo lo ga punya ilmu terus nilai lo jelek?"

Ayyara yang berada diantara mereka tersenyum. Ia menoleh pada Deon. "Bijak benar abang gue." Ujar Ayyara sambil mengacak pelan rambut Deon. Membuat Deon menoleh menatapnya.

"Anjir! Gue deg-degan." Ujar Deon sambil memegang jantungnya. Membuat Ayyara dan Gian terbahak, yang kemudian dia juga ikut terbahak.

1
Siti solikah
ntar Alden cemburu loh ayyara kamu nolongin kenzo
Mamik Widowati
Luar biasa
Siti solikah
bener tuh ayyara
Siti solikah
kayaknya seru
arniya
luar biasa kak
Tia Na
ayyara yang asli kemana tor?
/Rose//Rose//Rose/
Helen Nirawan
deon ,gian : gw benci ama lu ,ayyara , trus jwb : EGP ,sapa lu ,gk penting
Helen Nirawan
ilona di tubuh ayyara , kurang kejam
Helen Nirawan
isshh , sodara sinting
Adhie
mampues... lu...
Erna Fkpg
Lumayan
Khoerun Nisa
aku bingung asli di BCA Gian atu jayen
Puch🍒❄
fak kata gw teh anyingg siaaaa!!!, anying eta sia si ayya aja baru mau di apa2in dh end aja sih, belom tau dia hamidun apa kagak anying lah🗿kecepetan endnya thor😤
Puch🍒❄
iri dengki aja lu monyet🐷
Anonymous
keren
Armyati
happy ending 😍😍 mkcieh byk kak🙏 n semangat terus untuk karya" s lanjutannya 💪💪🤗
Aquilaliza: Makasih Kak/Pray/. Mampir juga di Novel ku yang lain ya....
total 1 replies
Armyati
uuhhhh cuwit bangettt mereka😍😍😍🤩
Armyati
wkwk mereka berdua dijadiin kacang sama ayya🤭
Armyati
aahh ini pasti Alden jodohnya ayyana🥰
Disha♡💕
padahal yg aib si Gian🥴
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!