Dosenku Sang Casanova

"Bismillahirrahmanirrahim, Saudara Alexander Lemos saya nikahkan anda dengan Jennifer Lawrence binti Albert Herland Lawrence dengan.."

"Tunggu!!!" semua orang terkejut, mereka menatap kearah sumber suara.

Begitu juga dengan Jenni ia masih menatap orang yang berada di depan pintu dengan mulut menganga.

"Sayang..kamu yang mengundang mereka?." Tanya Jenni dengan mata berkaca-kaca.

Setelah bertahun-tahun Jenni tidak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya, kini mereka kembali saat Jenni akan menikah.

Ada perasaan sedih dan kecewa saat melihat ayah dan ibunya menemui dirinya setelah sekian lama.

Tapi Jenni juga tak menampik bahwa ia juga sangat merindukan mereka.

Jenni memang sejak memasuki SMA sudah ditinggal kedua orang tuanya keluar negeri.

Mereka tidak pernah pulang untuk hanya sekedar melihat pertumbuhan putri nya, membuat Jenni begitu kesepian.

Jenni selalu menghibur dirinya dengan berbelanja dan hangout dengan teman-teman nya.

Dia juga jarang sekali belajar ataupun mengerjakan tugas-tugas dari sekolah.

Sejak dulu Jenni memang selalu menjadi siswi terkenal baik dikalangan guru maupun siswa.

Dia terkenal menjadi siswa yang memiliki paras sempurna namun juga bersikap bar bar dan selalu melanggar peraturan sekolah.

Jenni adalah siswi yang tidak pernah absen dari hukuman. Selalu berangkat telat waktu, tidak mengerjakan PR, tidur dikelas.

Bahkan Jenni selalu menggunakan pakaian ketat dengan dua kancing atasnya dibiarkan terbuka, padahal Jenni memiliki tubuh yang menonjol pada bagian tertentu. Sehingga membuat Jenni terlihat semakin seksi.

Tidak sedikit kaum pria yang menjadi Jenni,

bahkan hampir seluruh siswa saat di SMA mengidolakan Jenni karena menurutnya Jenni sangat menggoda.

Apalagi bagi mereka yang notabene nya adalah siswa bad boy, mereka secara terang-terangan meminta berkencan pada Jenni.

Tapi Jenni tidak pernah meladeni mereka. Jenni memang nakal dalam berpakaian, tapi tidak berarti juga sifatnya.

Dia tidak mungkin merugikan dirinya sendiri untuk mengikuti pergaulan bebas walaupun tidak pernah ada yang mengekang dirinya.

Dia ingin pulang kemana pun, tidak ada yang mencegahnya.

Jenni menghela nafas berat,Ia menggelengkan kepala nya. Saat ini bukan waktunya untuk mengenang kesedihan dirinya dulu.

Ayah Jenni berjalan mendekati sang anak, matanya menyiratkan bahwa ia begitu merindukan putrinya yang tumbuh tanpa dirinya.

"Jenni..anak ku.." Jenni tersadar dari lamunan nya, kepalanya mendongak menatap kearah sumber suara.

"Papi.." gumam Jenni lirih. Ia menatap kearah sang ayah dengan bulir air mata yang sudah tidak bisa dibendung.

Ayah Jenni merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum, namun matanya sudah berkaca-kaca.

"Sayang..kamu sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik nak.." Jenni menghambur ke pelukan ayah nya dengan terisak.

Ibu Jenni ikut memghampiri mereka dan memeluk Jenni sambil mengelus kepalanya, mereka merasa bersalah karena tidak bisa melihat perkembangan putri satu-satunya.

Papi Jenni memang tidak pernah telat mengirimkan uang pada Jenni, tapi mereka tidak pernah menjenguk nya.

"Maafkan papi dan mami nak..kami tidak pernah menemui mi sampai kamu tumbuh menjadi gadis yang manis seperti ini." ucap ibu Jenni sambil terisak.

Ia merasa sangat bersalah karena telah menelantarkan anaknya.

"Tidak apa apa mi.. pi.. aku mengerti kesibukan kalian. Lagian juga kalian disana mencari uang untuk ku juga." Jenni tersenyum tulus.

Walaupun Jenni merasa kecewa, tapi ia tidak ingin orang tuanya merasa sedih jika Jenni menunjukkan kekecewaan nya pada papi mami nya.

Alex hanya bisa diam memandangi interaksi anak dan orang tuanya yang setelah sekian lama tidak bertemu.

Alex sedari awal sudah mencari tahu tentang jenni, jadi walaupun Jenni tidak pernah menceritakan tentang kesedihannya pada Alex yang sebenarnya hampir sama dengan apa yang dialami dirinya.

Alex diam diam memberitahukan hubungan dirinya dengan ayah Jenni yang kebetulan mereka adalah rekan kerja.

Tapi Alex tidak memberitahu pada Jenni, karena ia tahu bahwa Jenni sudah lama tidak menganggap keberadaan orang tuanya semenjak kelulusan dirinya saat SMA namun tidak sekalipun mereka memberikan ucapan selamat.

Sejak saat itu, Jenni menutup akses komunikasi pada kedua orang tuanya yang menurutnya tidak penting.

Bahkan saat Jenni akan menikah, ia tidak meminta Alex untuk meminta restu pada orang tuanya.

Walaupun begitu, tapi setiap bulan ayah Jenni selalu mengirimkan uang bulanan pada Jenni.

"Maaf ini sudah larut, apakah acaranya bisa kita mulai??." ucapan sang penghulu membuat mereka tersenyum kemudian mengangguk, karena telah melupakan acara sakral nya.

Acara ijab kabul pun dilaksanakan dengan hidmat. Semua orang merasakan tegang saat Alex sudah dua kali mengucapkan kalimat yang salah.

Alex terlihat sangat gugup, keringat dingin bercucuran di sekitar pelipisnya.

Saat ketiga kalinya Alex bisa mengucapkan dengan lancar. Semua orang mengucapkan

"SAH" dengan lantang.

Penghulu mengarahkan pada Jenni untuk mencium punggung tangan Alex setelah keduanya bertukar cincin.

Kini gantian Alex yang mencium kening Jenni.

Namun saat melihat bibir Jenni tersenyum, Alex mendekatkan wajahnya pada Jenni lagi.

Mereka berciuman dengan mesra dihadapan banyak orang.

Semua orang bersorak ria, melihat pasangan halal yang seakan tidak melihat manusia di sekitarnya.

"Mohon maaf pak Alex, kalian bisa dilanjutkan di kamar saja. Jangan disini." sang penghulu memperingati Alex.

Jenni yang masih bisa mendengarkan, sontak mendorong tubuh Alex sampai terjungkal ke belakang.

"Sayang.. kenapa didorong..?" Jenni semakin malu saat mendengar suara Alex yang manja, andai saja Jenni tidak menggunakan makeover, tentu wajahnya sudah terlihat seperti kepiting rebus.

Semua orang tertawa melihat tingkah kedua pasangan itu.

"Alex! apa yang kamu lakukan?" Jenni sangat malu, rasanya ingin bersembunyi di lubang semut, ketika Alex tiba-tiba berdiri dan mengangkat tubuh Jenni.

Jenni langsung menyembunyikan wajahnya di dada bidang Alex.

"Semuanya saya pamit, silahkan kalian nikmati hidangan yang sudah di sediakan."

ucap Alex kemudian berjalan kearah kamar.

Semua orang menatap kearah mereka dengan mulut terbuka. Mereka masih tidak percaya dengan Alex yang terlihat sangat tidak sabaran.

"Papi, sepertinya kita akan segera memiliki cucu." Ibu Jenni terkekeh melihat nya.

"Ya..aku pikir juga seperti itu." jawab papi Jenni santai.

Dion yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya, bos nya itu sangat memalukan.

"Dasar boss mesum, memalukan saja!" Dion mendengus kesal melihat tingkah bos nya yang terlihat sangat tidak sabaran.

...♥️♥️♥️...

...TBC...

like, komen, vote dan hadiahnya 😘

...see you next chapter👋...