NovelToon NovelToon
SIKSA KUBUR

SIKSA KUBUR

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Tamat
Popularitas:73
Nilai: 5
Nama Author: gilangboalang

SINTA dan adiknya, ALIM, tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat taat. Sejak kecil, Sinta adalah sosok yang sangat alim, menjunjung tinggi akidah Islam, dan memegang teguh keyakinannya. Dunia yang ia pahami—dunia yang damai dan dipenuhi janji surgawi—hancur berkeping-keping pada satu sore kelam.
​Orang tua mereka, Adam dan Lela, tewas dalam sebuah insiden yang dicap sebagai bom bunuh diri. Latar belakang kejadian ini sangat kelam: pelaku bom tersebut mengakhiri hidupnya dan Adam/Lela, sambil meneriakkan kalimat sakral "Allahu Akbar".
​Trauma ganda ini—kehilangan orang tua dan kontaminasi kalimat suci dengan tindakan keji—membuat keyakinan Sinta runtuh total. Ia mempertanyakan segala yang pernah ia yakini.
​Saat ini, Sinta bekerja sebagai Suster Panti Jompo, berhadapan dengan kematian secara rutin, tetapi tanpa sedikit pun rasa takut pada alam baka. Alim, di sisi lain, kini menjadi Penggali Kubur, dikelilingi oleh kuburan, tetapi tetap teguh memegang sisa-sisa keyakinannya yang diw

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gilangboalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diagnosis Ghaib dan Catatan Sang Dokter

​🏥 Tujuh Hari Setelah Kebangkitan

​Tujuh hari telah berlalu sejak Sinta keluar dari liang lahat. Hari-hari itu dipenuhi mimpi buruk, kilas balik yang mengerikan, dan tangisan histeris yang tidak terkendali. Sinta tidak bisa tidur tanpa melihat wajah Slamet yang hancur, mata yang dicongkel kepiting, atau mendengar suara gemuruh Malaikat yang menggelegar.

​Akhirnya, Alim, dengan wajah yang lelah dan penuh kecemasan, membawa Sinta ke klinik psikologi swasta.

​Mereka duduk di ruangan yang bersih dan tenang, kontras total dengan liang lahat yang kotor dan penuh kengerian. Sinta duduk kaku, matanya lebar, seringkali melihat ke arah sudut ruangan seolah-olah ada sesuatu yang mengawasinya.

​Di hadapan mereka duduk Dr. Bima, seorang psikolog klinis yang berpengalaman. Dia tampak tenang, memegang buku catatan dan pena, siap mendengarkan.

​"Terima kasih sudah membawa Sinta ke sini, Pak Alim. Bisakah Anda jelaskan apa yang terjadi?" tanya Dr. Bima dengan suara pelan.

​Alim menatap Sinta, lalu berbisik, "Tolong, Mbak Sinta yang menceritakan. Saya hanya menyaksikan trauma fisik, tapi apa yang dia lihat... itu di luar akal sehat."

​Dr. Bima mengangguk, mengarahkan pandangannya pada Sinta. "Sinta, saya di sini untuk mendengarkan. Tidak ada yang akan menghakimi Anda. Ceritakan saja apa yang Anda lihat."

​📝 Kesaksian dari Alam Barzakh

​Sinta diam sebentar, kemudian ia mulai berbicara. Suaranya serak, tetapi anehnya lancar. Ia menceritakan seluruh kronologi malam itu, tetapi dia memperlakukan bagian supernatural sebagai kebenaran yang mutlak.

​Sinta menceritakan semua dengan detail.

​"Saya bangun, Dokter. Saya bangun di sana... di samping mayat Slamet. Tapi bukan dia yang saya lihat. Saya melihat yang sebenarnya. Dokter, itu bukan dongeng. Itu... siksa kubur," bisik Sinta, matanya berkaca-kaca.

​Dan dia menceritakan kisah yang mengerikan itu secara full:

​Awal Siksaan: Ia bercerita tentang keheningan yang pecah saat jenazah Slamet hidup kembali, hanya untuk didera oleh ular hitam berkepala banyak yang keluar dari mulutnya, bertanya "Man Rabbuka!" dalam Bahasa Arab.

​Hukuman Fisik: Sinta merinci suara godam bergerigi yang menghantam kepala Slamet hingga hancur dan pulih berulang kali. Dia menceritakan darah yang muncrat dan bau yang menyengat.

​Manifestasi Dosa: Dia menceritakan bagaimana hukuman itu menjadi spesifik: Balok besar yang berkata "Aku amal burukmu!" dalam Bahasa Arab; Serangga berbisa (kalajengking, laba-laba) yang keluar dari tubuhnya dan berteriak bahwa Slamet telah memakan uang hak anak yatim.

​Api dan Cairan: Dia menggambarkan bagaimana Malaikat Siksa menuangkan cairan seperti alkohol dan lava ke tubuh Slamet saat ditanya "Apa agamamu," membuat kuburan itu bersinar merah menyala dan Slamet gosong dan pulih.

​Pengkhianatan Organ: Sinta menceritakan momen paling mengerikan ketika tubuh Slamet sendiri mulai bersaksi, dengan organ-organ yang berteriak "Aku adalah harta haram!" dalam Bahasa Arab.

​Kengerian Final: Dia mengakhiri kesaksiannya dengan manifestasi Malaikat berwajah monster, kuku tajam yang mencungkil mata Slamet, dan invasi belatung, cacing, dan kepiting yang mencabik-cabik matanya.

​Tobat: Sinta menceritakan momen histerisnya, bagaimana ia berteriak memohon ampun, dan mendengar roh-roh lain di sekitar kuburan ikut berdoa.

​Sepanjang cerita yang fantastis dan brutal itu, dokter menulis-nulis semua dengan cermat di buku catatannya. Dr. Bima adalah seorang profesional, dan meskipun isi cerita Sinta adalah fantasi yang mustahil, manifestasi traumanya sangat nyata.

​Dr. Bima mencatat istilah-istilah:

​Acute Stress Disorder (ASD) transitioning to PTSD.

​Religious Delusions and Hallucinations.

​Hypervigilance and Hysteria.

​Visual and Auditory Paranormal Hallucinations due to extreme oxygen deprivation (Asphyxia) and psychological stress.

​Di benak Dr. Bima, siksaan kubur itu adalah hasil dari kerusakan saraf dan ketakutan ekstrem akibat mati suri (mati suri atau pengalaman nyaris mati). Namun, Sinta menceritakan semuanya dengan detail dan keyakinan yang total.

​💊 Diagnosis dan Pengobatan

​Setelah Sinta selesai, ia terdiam, tersengal-sengal. Air mata Alim mengalir. Ia tidak melihat semua itu, tetapi ia mendengar cukup banyak suara aneh malam itu untuk percaya bahwa kakaknya telah melalui sesuatu yang melampaui logika.

​Dr. Bima menutup bukunya. "Terima kasih, Sinta. Saya mengerti. Anda telah melalui pengalaman yang sangat traumatis. Apa yang Anda lihat sangat nyata bagi Anda."

​Setelah itu, dia langsung diperiksa. Dr. Bima memeriksa denyut nadi, tekanan darah, dan melakukan tes neurologis singkat untuk mengesampingkan kerusakan fisik. Secara fisik, Sinta baik-baik saja, namun secara mental, ia hancur.

​"Ini adalah trauma yang sangat parah. Sinta, saya akan memberikan Anda obat untuk membantu Anda tidur dan mengurangi kecemasan," kata Dr. Bima.

​Sinta dibawa ke ruang farmasi di klinik itu. Resepnya adalah kombinasi obat penenang ringan, obat anti-kecemasan dosis rendah, dan obat tidur yang kuat.

​Alim menerima resep itu dengan sedih. Ia membayar biaya konsultasi, merasa bahwa uang itu tidak sebanding dengan apa yang telah dialami Sinta.

​Saat mereka berjalan keluar, Sinta berbisik kepada Alim, matanya penuh ketakutan.

​"Alim, dokter itu tidak percaya. Dia menulisnya sebagai penyakit. Tapi aku tahu. Aku tahu Slamet masih disiksa sekarang. Aku harus taat. Aku harus bertaubat."

​Alim hanya bisa memegang tangan Sinta dengan erat. Ia telah membawa Sinta mencari penyembuhan, tetapi ia tahu bahwa jiwa Sinta tidak sakit—ia telah menyaksikan kebenaran yang terlalu berat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!