Duke Arland.
Seorang Duke yang dingin dan kejam. Selama menikah, dia mengabaikan istrinya yang sangat menyayanginya, hingga sebuah kejadian dimana dirinya harus berpisah dengan istrinya, Violeta.
Setelah kepergian istrinya, dia bertekad akan mencari istrinya, namun hasilnya nihil.
......
Violeta istri yang sangat mencintai suaminya. Selama pernikahannya, ia tidak di anggap ada, hingga sebuah kenyataan yang membuatnya harus pergi dari kediaman Duke.
Kenyataan yang membuatnya hancur berkeping-keping. Violeta yang putus asa pun mencoba bunuh diri, sehingga jiwa asing menemani tubuhnya.
Lima tahun kemudian.
Keduanya di pertemukan kembali dengan kehidupan masing-masing. Dimana keduanya telah memiliki seorang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermuka Tebal
Duke Arland ikut berdiri. Dia sendiri yang akan menjaga Alfred. "Ayah gendong."
"Tidak perlu!" Suaranya dingin menggetarkan semua orang.
"Kamu sakit Alfred, ayah yang akan menggendong mu."
"Yang sakit tangan ku, bukan kaki ku, jadi tidak perlu." Alfred menoleh pada ibunya. "Ayo, Bu."
Duke Arland pun tak tinggal diam, ia langsung membopong tubuh Alfred.
"Lepaskan aku!"
"Berteriaklah, aku tidak peduli teriakan mu." Duke Arland melangkah, dia tidak peduli dengan Alfred yang terus memberontak.
"Duke, turunkan Alfred."
Duke Arland mengabaikan permintaan Violeta. Dia terus berjalan menaiki tangga, sedangkan Alfred menggerutu, mengoceh pada Duke Arland.
"Istirahatlah, jika ada sesuatu yang kamu butuhkan, kamu perlu meminta pada ku," ujar Duke Arland seraya membaringkan tubuh Alfred ke atas ranjangnya.
"Sudah, biarkan aku saja." Timpal Violeta bermaksud membuang sepatu Alfred.
Duke Arland menghentikan tangan Violeta. "Sudah biarkan aku saja, Duchess tinggal diam dan duduk santai."
Duchess Violeta semakin tak tahan dengan perlakuan Duke Arland, yang seenaknya saja menyuruhnya bersantai sedangkan hatinya sangat resah. "Berhentilah Duke, kamu tidak perlu melakukannya. Dari dulu aku yang merawatnya, sakit dan senangnya hanya aku yang tahu."
Duke Arland diam, ia melanjutkan membuka sepatu Alfred. Biarkan semuanya memarahinya, dia akan melakukan apa yang ia inginkan selama tidak menyakiti Alfred dan yang lainnya.
"Hentikan!"
"Alfred, jika ada sesuatu panggil Ayah."
Sekilas Duke Arland melihat wajah Violeta. Selama kedepannya, dia harus menutup telinga dan matanya.
"Argh!!"
"Dia benar-benar bermuka tebal."
Alfred diam saja, dia memperhatikan Duke Arland yang menjauh. Ada rasa tak enak di hatinya, entahlah, dia tidak tahu dengan perasaannya itu.
"Sayang, istirahatlah."
Alfred mengangguk dan tersenyum.
Violeta mengelus pucuk kepala Alfred, kemudian mencium keningnya. "Aku menyayangi mu," ujarnya. Dia membenarkan selimut Alfred kemudian berlalu pergi.
Sesampainya di depan pintu, dia melihat Aleta yang berdiri dengan wajah cemas. "Ibu bagaimana keadaan kakak, maaf aku baru mengetahuinya dari ibu asuh."
Violeta tersenyum, "Kakak tidak apa-apa, sekarang dia beristirahat. Aleta ketemu nanti ya sama kakak."
"Em, baiklah, Bu."
Sejenak dia terdiam, ia bingung ingin menanyakannya atau tidak. Ia ingin tahu, kenapa wajah Duke bersedih, ia sudah bertanya, namun Duke hanya tersenyum.
"Ibu, apa ada tadi ada sesuatu yang terjadi."
Violeta tampak berfikir, setahunya tidak ada kecuali Alfred yang terluka. "Tidak ada sayang."
"Oh, aku akan kembali nanti, bu."
Aleta berlari, dia mencari keberadaan Duke Arland.
Krek
Aleta membuka pintu kamarnya, melihat sekelilingnya dan matanya tertuju pada dua orang di dekat jendela. Duke Arland menghadap ke jendela sedangkan Aronz menghadap ke arahnya. "Duke.. "
Sontak Duke Arland dan Alfred memutar tubuh mereka. "Aleta, ada apa sayang? Apa ada sesuatu yang terjadi pada Alfred?"
Aleta menggeleng, wajahnya sangat gugup. "Apa ada sesuatu yang terjadi hari ini? Kenapa wajah Duke bersedih?"
Seperti mendapatkan undian, Duke Arland paham. Perlahan putrinya memperhatikannya. Dan hal itu akan membuatkan Violeta perlahan luluh. "Ayah baik-baik saja." Duke Arland menaikkan kedua bahunya.
"Apa Ibu berbicara sesuatu atau kakak?"
Duke Arland menjajarkan tubuhnya dengan Aleta. "Tidak ada, ayah akan terbiasa seperti itu. Jadi tidak perlu khawatir, doakan ayah ya sayang, biar ibu mu mau memaafkan ayah."
Aleta mengangguk antusias, hatinya sangat menginginkannya.
"Anak pinter, apa Aleta mau bermain dengan ayah dan Aronz."
"Iya, Aleta mau."
Duke Arland menggendong Aleta di tangan kirinya dan tangan kanannya menggenggam tangan Aronz.
Keduanya pun menikmati salju di halaman depan. Sesekali Duke Arland mencubit hidung Aleta dan kemudian tertawa bersama.
"Lihatlah Duchess, kamu melihatnya." Laki-laki yang tak lain guru dari Aleta dan Alfred mencoba membuat Duchess mengerti. Sekarang dia paham setelah menanyakan siapa laki-laki asing itu dan ternyata masa lalu membuat mereka menjauh. Ia sangat yakin, ada kesalahpahaman di antara mereka yang harus di tuntaskan.
"Alfred memang bersikap dingin, tapi saat dia mendengarkan 'aku pulang' Alfred langsung menoleh. Aku juga mendengarkannya, itu lah yang membuat ku penasaran. Biasanya Alfred sangat fokus. Mulutnya berkata tidak, tapi hatinya."
"Aku tidak bisa, aku takut ada seseorang yang mencelakai Alfred."
"Sebelum Alfred dan Aleta terkena tusukan pisau, Yang Mulia Duke lah yang lebih dulu tertusuk. Dia yang akan menjadi tameng untuk keduanya, bukan hanya mereka tapi anda Duchess. Aku merasa cintanya sangat besar untuk Duchess. Seseorang yang sudah di anggap mati, tidak akan percaya begitu saja karena hatinya masih ada namanya dan dia akan tetap mencari serta merasa yakin akan cintanya yang masih hidup."
akoh mampir Thor