Rahasia Dibalik Perjodohan

Tiga bersaudara menceritakan satu orang tokoh ,yaitu pelayan muda yang bekerja di rumah Fram.

sesekali mereka

tertawa bersenda gurau.

Divya terlihat paling bahagia ketika melihat kedua adiknya tertawa lepas.

Sejenak Divya melupakan semua masalahnya.

Jarang-jarang mereka mengobrol terutama setelah kepergian ayah Ibrahim.

Dulu,saat Ibrahim masih hidup setiap sore beliau pasti mengumpulkan anak-anaknya di satu ruangan ,sekedar bertukar cerita.

Atau Memantau ketiga anaknya belajar.

Momentum yang selalu dikenang indah oleh ketiga anaknya.

Mereka bertiga mengobrol hingga lupa waktu.

Sudah pukul 07.00 WIB,sudah masuk waktunya jam makan malam.

Bahkan sampai jam segini Ameera masih saja belum mandi.

Hingga akhirnya beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Divya memberi isyarat agar Ameera membukakan pintu.

"Ah Kakak"

Ameera cemberut kesal.

" Kak Divya saja yang bukakan pintu,kakak kan paling dekat"

Ameera balik menyuruh kakaknya itu.

Dimas hanya tersenyum,setuju dengan adik bungsunya.

"Hah kalian adik-adik kurang ajar"

Divya pun pasrah dia melengos pergi membukakan pintu.

Lihat ! Kedua adiknya malah cekikikan menahan tawa.

Dan begitu pintu terbuka,di lihatnya Erik sudah di depan pintu.

"Eh hai Rik !"

Sapa Divya , begitu tahu Erik yang datang,

sontak Ameera melompat dari ranjang dan lari ke kamar mandi.

Astaga kak Erik,aku belum mandi.

Tadi dia lihat aku gak ya.

Ameera merasa malu sendiri,jam segini anak gadis masih belum mandi.

Bahkan masih memakai baju yang sama.Apa yang akan dipikirkan Erik coba kalau melihat semua ini.

Dimas tergelak melihat tingkah adiknya.

Sudah dia suruh mandi dari tadi tapi si bungsu itu malah ngeyel.

"Ada apa,Rik?"

Divya kembali bertanya saat erik masih berdiri didepan pintu.

"Ayo masuk ada Dimas juga disini "

Ajak Divya setelah mengetahui bagaimana latar belakang Erik .

Divya juga yakin kalau dia pemuda yang baik.

"Ah tidak Non,saya kesini memanggil Nona untuk turun makan malam,sekalian Dimas juga kalau memang ada disini"

Erik menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke kamar Divya dan Ameera semata-mata karena perintah tuan Fram.

"Oh iya,keasikan ngobrol jadi lupa,Erik duluan saja nanti kami turun."

Jawab Divya ia tersenyum ramah.

"Baik Nona,saya permisi"

Erik pun mengangguk,ia pamit kembali ke lantai bawah.

Divya juga kembali menutup pintu.

Dimas yang masih duduk di ranjang sambil terus memainkan ponselnya,

bertanya.

" Erik ya kak?"

"Iya !" Jawabnya singkat.

"Ada apa?"

"Nyuruh kita makan malam"

Seranya mengedarkan pandangan.

"Dimana Ameera?"

"Tuh !"

Dimas menunjuk arah kamar mandi dengan memajukan bibirnya.

Divya hanya mampu menggeleng-gelengkan kepala.

Anak itu !

"Kau sendiri bagaimana Dim,?"

Kali ini Divya bertanya serius pada adik laki-lakinya,ia menepuk bahu Dimas memerhatikan apa yang dilakukan ia dengan ponselnya.

"Bagaimana apanya,Kak?"

Dimas yang tidak mengerti maksud pertanyaan kakaknya balik bertanya.

"Kau sudah punya pacar?"

"Tidak !" Secepat kilat Dimas menjawab.

"Yang benar?!"

Divya menggoda Dimas dengan terus mendesaknya.

Kali ini Divya beralih duduk di meja rias,tangannya sibuk menyisir rambut serta mengikatnya rapih.

"Serius !"

Dimas meyakinkan bahkan sampai menunjukkan simbol dua jarinya.

Divya melihat itu dari balik cermin

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Ya kenapa belum mau pacaran?"

Divya mengulang dan memperjelas kembali pertanyaannya.

"Ya karena aku masih belum yakin saja untuk itu"

Dimas menjawab enteng sambil terus melanjutkan aktivitas nya bermain game .

"Aku ini kan masih kuliah, kalau bisa sih pengen kerja dulu.Jangan sampai nasibku sama seperti para pria yang dekat dengan kak Divya.Hehe"

Imbuhnya melirik Divya sambil terkekeh geli.

"Apa !"

Divya yang merasa tidak terima dengan ucapan adiknya pun berbalik duduk menghadap Dimas.

Meletakkan sisir yang masih dipegangnya, kasar.

"Ya,banyak pria yang jadi teman dekat kakak waktu SMU dulu kan,mereka habis di ceramahi ibu!"

"Aku gak mau sampai nasibku seperti mereka"

Sambung Dimas lagi ketika Divya hanya terdiam tak menjawab.

"Iya sih"

Saat itu memang ibunya terlalu protektif apapun yang dilakukan Divya selalu tak lepas dari pantauannya.Ini itu tidak boleh.

Berteman saja harus pilih pilih.

Divya mengakui hal itu benar adanya.

"Baguslah kalau kamu paham itu,aku setuju saja.Yang terpenting kamu jujur padaku.Paham !"

Nasihat Divya memperingatkan adiknya itu.

"Siap kakakku yang cantik,yang sebentar lagi mau menikah dengan tuan muda"

Jawab Dimas menggoda sang kakak.

"Ah kamu tuh,bahas itu lagi.Sudah cepat pergi sana ! Sudah ditunggu makan malam juga sama paman"

Usir Divya pada Dimas pura-pura kesal.

"Ini anak mandi kenapa lama banget sih"

Gerutu Divya .Kesal juga dia ketika Ameera masih belum keluar kamar mandi.

"Meeraaa,kakak sama kak Dimas duluan kebawah ya"

Teriak Divya

dari depan pintu kamar mandi .

"Iya kak,bentar lagi aku nyusul "

Jawab Ameera dari dalam kamar mandi.

Divya dan Dimas pun pergi menuju ruang makan.

Meninggalkan Ameera yang masih betah dengan ritual mandinya.