Mengisahkan tentang perjuangan hidup seorang gadis bernama Anindyta Kailila .
Dalam menggapai cita-citanya dengan
keadaan hidup yang sederhana.
Bekerja sebagai asisten seorang model papan atas, merupakan batu loncatan baginya untuk mengais rupiah dengan tetap harus pintar membagi waktu mengurus ayahnya yang sakit.
Jangan tanyakan tentang kisah cintanya.
Sebab semenit saja, otak dan hatinya tak pernah kosong, karena perintah dari sang model yang selalu datang bertubi-tubi.
Namun, apalah dayanya jika ternyata kegigihannya bekerja justru mempertemukannya dengan seorang CEO yang ternyata kekasih sang model.
Bahkan perasaan mereka tidak dapat di bendung untuk saling jatuh cinta.
Mungkinkah seorang asisten mendapatkan cinta seorang presdir bahkan kekasih bosnya sendiri...?
Ikuti ceritaku " Di Balik Layar"
Semoga di sukai pembaca.
Salam santun
salam sehat untuk semua
🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 : RENCANA KE PUNCAK
"Bang Emil." Ujar Anin sambil nyengir.
"Nah..gitu dong. Kan enak di dengarnya.
Kamu hati hati di jalan ya." Ujarnya sambil berdiri menunggu Anin masuk mobil dan meninggalkannya.
Sesampai di apartemen Felysia. Darel tampak kikuk. Bingung harus memulai pembicaraan dari mana. Tetapi Felysia yang memang jago akting, tentu mudah menghadapi situasi itu.
"Gimana ? Enak masakan ku Darling?" tanya Felysia menyesuaikan panggilan yang seperti di gunakan Anin pada chat WA mereka.
Segera Darel menelan makanan yang masih di mulutnya. Lalu menjawab : "Enak ... enak banget honey." Jawabnya dengan wajah yang di buat seolah antusias. Sebab makanan itu memang enak, tapu sesungguhnya Darel ragu jika itu buatan Felysia.
"Siapa dulu dong yang masak. Calon istrimu ini lah" Ujar Felysia sambil mengedipkan matanya.
"Oh..ya. Eh, tadi aku ketemu Anin di parkiran. Dia dari sini?" tanya Darel yang curiga masakan ini di buat oleh asisten serba bisa itu.
"Iya, katanya kamu mau ajak kerja lagi ya...?"
"Iya, rencana kita mau melakukan pemotretan di daerah puncak deh.bMinggu depan bisa?" tanya Darel.
"Kayaknya bisa siih. Tapi berangkatnya kapan? Terus kira kira nginap berapa malam?" tanya Felysia.
"Mungkin kita bisa berangkat kamis dan pulang sabtu atau minggu." Jawab Darel sambil membersihkan mulutnya denga tisue, selesai makan.
"Apa tidak kelamaan?" tanya Felysia sambil menarik kursi mendekati Darel.
"Kenapa? Kamu ga mau lama - lama bareng aku?" tanya Darel sambil terus memandangi wajah cantik Felysia.
"Bukan begitu, aku siih suka lama - lama dekat kamu. Cuma ... Ga tau Anin bisa lama atau tidak. Kemarin pas ke pantai itu karena hanya 1 malam, dan ada kakaknya yang datang menemani ayahnya. Kalau sampai 3 hari 2 malam, sepertinya dia akan kesulitan meninggalkan ayahnya yang sakit itu." Terang Felysia yang tangannya mulai berani sesekali menepuk paha Darel.
"Sama asisten aja kamu perhatian banget ya Honey, apalagi sama aku. Ya ... nanti kamu coba tanya Anin deh. Atau dia tinggal saja." Ujar Darel sambil berdiri menghindar kontak fisik yang di lakukan oleh Felysia.
"Ya ga mungkinlah, aku berangkat tanpa Anin. Siapa yang mengurus semuanya kalau dia tidak ada, percuma kan aku bayar dia kalo dia ga kerja apa - apa." Ucap Felysia yang mulai menunjukkan sifatnya.
"Ya... di bicarakan dulu aja sama dia. Oh iya.. kamu suka gelang atau kalung? Aku mau kasih kamu hadiah. Kita udah jadian blom sih?" tanya Darel membuat Felysia kesenangan.
"So sweet Darling. Gelang saja ya.." Jawabnya singkat.
"Janji kalo ku kasih, ga boleh dilepas kemanapun dan di manapun kamu berada, jika kamu lepas berarti kamu tidak serius atas hubungan kita. Nanti Aku VC saat membelinya, agar kamu benar benar suka dengan yang aku berikan." Ujar Darel. Sambil berharap agar Felysia tidak berniat ikut ke toko perhiasan untuk memilih sendiri. Sebab, ia akan susah meletakan alat sadap yang ingin di pasangnya untuk memantau dan mencari kebenaran tentang Felysia.
"Oke baik lah Darling. Aku tunggu VC mu" Ujarnya yang tanpa malu malu sudah berada di atas pangkuan Darel.
Darel yang risih dengan posisi itupun langsung permisi untuk pulang. Dengan alasan ada pertemuan penting sore harinya.
Sesampai di kantornya.
Darel duduk malas di sofa ruangannya. Sesekali memijat mijat dahi, pelipis dan bagian alisnya. Darel bingung dengan perasaannya, mengapa dia tidak merasakan debaran atau getar getar kuat seperti saat ia jatuh cinta pada beberapa tahun lalu. Bahkan kontak fisik yang di lakukan Fely justru membuat ia takut, baginya Fely terlalu agresif. "Apa yang di katakan Andre dan Gerald itu benar? Tentang ia adalah seorang wanita malam bahkan simpanan om om. Tapi, bukankan kah ia anak pengusaha kaya. Bahkan saat kuliah pun ia sudah berangkat kemana mana dengan mobil mewahnya. Kurang apa dalam hidupnya, sampai segitunya menjalani hidup." Darel bermonolog dengan hatinya. Sampai ia di kejutkan oleh Gerald yang tiba - tiba masuk ke ruangannya.
"Woooii...!! Mikirin apa...serius amat." Ujar Gerald yang sangat jarang melihat temannya seperti orang lagi galau.
"Ga ... ga mikir apa-apa." Yuk anterin aku beli gelang buat Felysia. Udah kutanya tadi. Katanya dia mau gelang." Ujar Darel sembari berdiri merapikan kemejanya, dan siap siap keluar lagi bersama Gerald.
Meraka pun berjalan beriringan menuju mobil di parkiran. Tampak semua kepala menunduk hormat saat mereka melewati beberapa karyawan yang berpapasan dengan mereka. Seperti janji Darel, bahwa ia akan melakukan VC saat di toko perhiasan. Sehingga proses pemilihan gelang untuk Felysia pun berlangsung dengan cepat. Tetapi butuh waktu 2 hari untuk memasang alat sadap di dalam gelang tersebut.
Rencana pemotretan pun sudah di sampaikan Darel pada Gerald. Agar dia bisa menyiapkan transportasi bagi mereka semua. Darel sesungguhnya lebih bingung pada Anin. Akan persetujuannya bisa ikut atau tidak. Maka ia mulai lagi beraksi sebagai Gerald.
"Anin, Bos ku bilang kamis depan Felysia sudah setuju akan melakukan pemotretan di puncak. Kamu bisa ikut?" Chat Darel pada ponsel Anin.
"Kamis..sampai hari apa? Fely belum bilang ke aku, jadwal ini." Balas Anin.
"Kayaknya sampai Sabtu."
"Wah...lama ya. Aku belum pernah lama meninggalkan ayah sendirian di rumah bang." Jawab Anin
"Jadi...apakah kamu akan tinggal?"
"Masa aku ga ikut. Ntar siapa yang urus pakaian dan lain lainnya Felysia."
"Tapi, ayah mu juga pentingkan bagimu."
"Iya... banget. Tapi aku ga profesional dong. Ga kerja karena alasan keluarga."
"Jadi gimana?"
"Nanti aku tanya ayah dulu. Beberapa hari yang lalu, tetanggaku kedatangan saudara jauh. Katanya di kampung kena musibah suaminya meninggal, dan rumahnya di sita. Sehingga sekarang mereka ga punya rumah, jadi ke Kota ini berharap dapat pekerjaan dan tempat tinggal."
"Terus apa hubungannya, kok kamu malah ngegosip sama aku?" tanya Darel.
"Iih...abang!! Bukan Gosip. Jadi, ntar aku samperin deh. Kali saudaranya itu masih perlu pekerjaan, jadi kan aku bisa bayar harian untuk jaga ayah selama aku pergi. Gitu Bang."
"Iya juga ya. Kamu coba aja lah dulu. Ku tunggu kabar selanjutnya. Nanti Bos Darel ribut kalo aku ga bisa beresin urusan ini." Ujar Darel seolah oleh dia benar Gerald.
"Iya.. oke abang. Segera ku kasih kabar." Balas Anin.
Yang kemudian menyampaikan pada ayahnya, bahwa ia akan pergi bekerja dan memakan waktu berhari-hari. Ia juga menyampaikan pada ayahnya, tentang idenya yang ingin mempekerjakan saudara tetangganya itu, untuk menjaga ayah. Awalnya ayah seperti keberatan sebab belum terbiasa dengan orang baru. Tapi, Anin meyakinkan ayahnya. Bahwa orang itu hanya datang memasak dan membersihkan rumah saja. Tidak perlu menginap. Maka, ayahnya pun setuju.
Bersambung
...Bagaimana keseruan mereka di puncak?...
...Apakah Darel bisa membuktikan siapa Felysia sesungguhnya?...
...Tetap ikuti kelanjutannya yaa.....
...Mohon dukungannya 🙏...
...Komen kalian...
...sangat autor harapkan lho...
...Kasih 👍💌✍️🌹...
...seikhlasnya yaa...
...Biar makin semangat...
...Terima kasih...
selamat membaca yaaak