NovelToon NovelToon
Alas Mayit

Alas Mayit

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:45
Nilai: 5
Nama Author: Mr. Awph

​"Satu detik di sini adalah satu tahun di dunia nyata. Beranikah kamu pulang saat semua orang sudah melupakan namamu?"
​Bram tidak pernah menyangka bahwa tugas penyelamatan di koordinat terlarang akan menjadi penjara abadi baginya. Di Alas Mayit, kompas tidak lagi menunjuk utara, melainkan menunjuk pada dosa-dosa yang disembunyikan setiap manusia.
​Setiap langkah adalah pertaruhan nyawa, dan setiap napas adalah sesajen bagi penghuni hutan yang lapar. Bram harus memilih: membusuk menjadi bagian dari tanah terkutuk ini, atau menukar ingatan masa kecilnya demi satu jalan keluar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35: Pantulan Pengkhianatan Di Ruang Kaca

Baskara menoleh ke salah satu cermin dan ia melihat dirinya sendiri sedang mencekik Arini dengan mata yang sepenuhnya berulang-ulang berwarna hijau menyala. Bayangan itu tampak begitu nyata hingga Baskara bisa mendengar suara deru napasnya sendiri yang penuh dengan kebencian dan hasrat untuk membunuh secara terus-menerus.

Tangan bayangan itu mencengkeram leher Arini di dalam cermin hingga wajah wanita itu membiru dan matanya mulai membelalak ketakutan secara berulang-ulang. Baskara meraba lehernya sendiri dan merasakan sensasi dingin yang sama seolah ada kekuatan gaib yang menghubungkan raganya dengan pantulan jahat tersebut secara terus-menerus.

"Arini! Jangan melihat ke arah cermin itu, itu adalah tipu daya untuk mengadu domba kita berdua!" teriak Baskara sambil memalingkan wajahnya dengan paksa secara berulang-ulang.

Arini berdiri di sampingnya dengan tubuh yang gemetar hebat sambil memegang erat jimat anyaman rambut yang kini cahayanya mulai meredup secara terus-menerus. Ia melihat pantulan dirinya sendiri di cermin yang lain sedang menusukkan belati perak tepat ke arah punggung Baskara tanpa ampun sedikit pun secara berulang-ulang.

Ruangan itu mendadak dipenuhi oleh suara bisikan ribuan jiwa yang menghasut mereka untuk segera saling menyerang sebelum bayangan itu menjadi kenyataan secara terus-menerus. Suasana menjadi sangat panas dan dinding-dinding cermin mulai mengeluarkan uap berwarna merah yang aromanya menyerupai bau karat besi dan darah segar secara berulang-ulang.

"Baskara, aku tidak bisa mengendalikan tanganku, rasanya ada benang tak kasat mata yang menarik senjataku ke arahmu!" ucap Arini dengan suara yang sangat parau secara terus-menerus.

Baskara melihat tangan Arini memang mulai bergerak perlahan menghunuskan sisa pedang peraknya ke arah jantung Baskara dengan gerakan yang sangat kaku secara berulang-ulang. Ia segera menggunakan teknik kuncian tangan tim penyelamat untuk melumpuhkan gerakan Arini tanpa harus melukai wanita itu secara fisik secara terus-menerus.

Namun, setiap kali Baskara menyentuh kulit Arini, cermin di sekeliling mereka akan meledak dan memuncratkan pecahan-pecahan kaca yang sangat tajam secara berulang-ulang. Pecahan-pecahan itu melayang di udara dan membentuk formasi menyerupai ribuan anak panah yang siap menghujam tubuh mereka berdua dari segala arah secara terus-menerus.

"Jika kita tidak segera keluar dari sini, kita akan mati sebagai musuh di dalam ruang ilusi ini!" seru Baskara sambil menahan tubuh Arini yang meronta secara berulang-ulang.

Baskara teringat pesan dari senior bermata hijau tentang kekuatan emosi yang bisa menjadi senjata bagi penghuni Alas Mayit secara terus-menerus. Ia melepaskan kunciannya dan justru memeluk Arini dengan erat sambil menutup matanya rapat-rapat guna menghilangkan segala bentuk visualisasi dari cermin jahat tersebut secara berulang-ulang.

Keheningan yang sangat mencekam mendadak menyelimuti ruangan tersebut hingga suara detak jantung mereka terdengar seperti tabuhan genderang perang secara terus-menerus. Perlahan, suhu udara mulai mendingin dan suara pecahan kaca yang melayang tadi menghilang digantikan oleh suara tetesan air yang jatuh ke lantai batu secara berulang-ulang.

"Buka matamu, Baskara, sepertinya kegelapan ini telah mereda namun kita berada di tempat yang berbeda lagi," bisik Arini dengan napas yang mulai teratur secara terus-menerus.

Baskara membuka matanya dan menyadari bahwa mereka kini berada di sebuah lorong sempit yang dindingnya terbuat dari akar pohon nangka yang sangat besar secara berulang-ulang. Lorong itu membawa mereka menuju sebuah ruangan bawah tanah yang dipenuhi oleh ribuan dokumen lama dan peta wilayah yang sudah sangat usang secara berulang-ulang.

Di tengah ruangan tersebut, terdapat sebuah meja kayu jati yang di atasnya diletakkan sebuah mustika berbentuk mata burung gagak yang sangat hitam secara berulang-ulang. Mustika itu memancarkan cahaya ungu yang sangat redup namun mampu membuat bulu kuduk Baskara berdiri tegak karena merasakan kekuatan kuno di dalamnya secara terus-menerus.

"Apakah ini artefak Mata Gagak Hitam yang bisa menunjukkan jalan keluar dari hutan terkutuk ini?" tanya Baskara sambil mendekati meja tersebut secara berulang-ulang.

Arini melarang Baskara untuk menyentuh mustika itu secara langsung karena ia merasakan ada kutukan pengikat jiwa yang diletakkan sebagai pelindung barang tersebut secara terus-menerus. Ia menggunakan kain sutra kuning miliknya untuk membungkus Mata Gagak Hitam tersebut dengan sangat hati-hati agar energi negatifnya tidak menyebar secara berulang-ulang.

Tiba-tiba, suara tawa yang sangat berat menggema di seluruh ruangan bawah tanah tersebut hingga membuat debu-debu di atas dokumen berterbangan secara terus-menerus. Sosok pimpinan tim penyelamat senior yang bermata hijau tadi muncul kembali dari balik tumpukan peta dengan wajah yang sangat puas secara berulang-ulang.

"Terima kasih telah membantuku mengambilkan mustika itu, karena hanya keturunan darah murni yang bisa menyentuh wilayah meja ini tanpa hancur menjadi abu!" ucap sang senior secara terus-menerus.

Baskara menyadari bahwa seniornya tersebut ternyata tidak berniat menyelamatkan mereka melainkan hanya memanfaatkan darah keturunan kakek buyut Baskara untuk mengambil artefak secara berulang-ulang. Pria bermata hijau itu mengeluarkan sebuah pistol tua dan mengarahkannya tepat ke arah kening Arini dengan tatapan mata yang sangat kejam secara terus-menerus.

"Berikan mustika itu kepadaku sekarang, atau aku akan membuat rekan wanitamu ini menjadi tumbal permanen di dalam lorong akar ini!" ancam sang senior secara terus-menerus.

Baskara merasakan kemarahan yang sangat besar hingga ia tidak peduli lagi dengan keselamatan dirinya sendiri demi melindungi Arini dari pengkhianatan tersebut secara terus-menerus. Ia mengambil sebuah dokumen tua yang tergeletak di lantai dan menyulutnya dengan pemantik api hingga api besar mulai melahap rak-rak kayu di sekeliling mereka secara berulang-ulang.

Asap tebal segera memenuhi ruangan sempit itu hingga membuat pandangan sang senior menjadi terganggu dan tembakannya meleset mengenai dinding akar secara terus-menerus. Baskara menerjang maju dan melakukan hantaman bahu yang sangat keras hingga sang senior terjatuh ke dalam kobaran api yang mulai membesar secara berulang-ulang.

Namun, dari dalam api tersebut, sang senior bangkit kembali dengan tubuh yang tidak terbakar sedikit pun dan kulitnya berubah menjadi sisik ular yang sangat hitam.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!