Alrazi adalah seorang suami yang hanya memiliki pekerjaan sebagai tukang ojol, saat ia kembali ke rumah, ia semua bajunya sudah ada di teras rumah. Dan istrinya mengaku telah berhubungan dengan mantan pacarnya yang kaya.
Ia di usir dari rumah, dan motornya di ambil, akhirnya ia pun pergi dari rumah tersebut. Tak sengaja ia menendang sebuah kotak misterius, yang ternyata ada sistem.
Dengan adanya sistem, hidupnya berubah total menjadi lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32~ Misi Selesai
...🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️...
...happy reading...
...⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️...
[MISI SELESAI: Menangkap pelaku pencurian dan pelecehan terhadap tamu villa]
[SELAMAT ANDA MENDAPATKAN HADIAH UANG: 1.000.000.000 IDR]
[SELAMAT ANDA MENDAPATKAN: 3000 POIN SISTEM VILLA PREMIUM]
[SALDO ANDA SAAT INI: 3.229.370.000 IDR]
[POIN: 10.000]
Baru saja Alrazi menyelesaikan aksi menyelamatkan Genia dari cengkeraman Rodi, seorang tamu yang curang dan berani menyakitinya. Sekarang, dua petugas polisi yang tiba cepat sedang membawa Rodi pergi.
"Tunggu saja kau! Setelah aku lepas nanti, aku tidak akan membiarkan kalian berdua hidup tenang!" teriak Rodi dengan wajah kemerahan marah, pandangannya menusuk ke arah Alrazi dan Genia yang berdiri di depan pintu villa.
"Heh! Sempat-sempatnya kau mengancam!" ujar polisi yang memegang tangannya dengan kuat, membuat Rodi mengerang kesakitan. Tangan polisi itu seperti rantai baja yang tidak bisa dilepaskan.
Setelah polisi membawa Rodi meninggalkan halaman villa, tinggallah Alrazi, Genia, resepsionis bernama Siti, pemilik villa Bara, dan dua petugas keamanan yang masih terkejut melihat urusan tadi. Angin malam menyebalkan menyentuh wajah mereka, membawa bau bunga melati dari taman di sekitar.
Genia mendekat Alrazi dengan langkah lemah, kepalanya sedikit tercondong ke bawah. Matanya terisi air mata yang hampir menetes. "Tuan Alrazi... Terima kasih banyak karena telah menolong saya. Saya... saya tidak tau bagaimana membalas Anda," katanya dengan suara lemah, suara itu bergema lembut di telinga Alrazi.
Alrazi tersenyum lembut, "Tidak perlu membalas, Nona. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan."
Genia menundukkan kepala, "Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Tuan tidak datang."
Alrazi meletakkan tangan di atas kepala Genia, "Jangan pikirkan lagi, Nona. Yang penting Anda sekarang aman."
Resepsionis dan pemilik villa mendekati mereka, "Terima kasih, Tuan, karena telah menolong tamu kami."
Alrazi mengangguk, "Tidak perlu berterima kasih. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan."
Siti, resepsionis yang baru menyadari, menatap Alrazi dengan tatapan penasaran. Dia ingat jelas, beberapa menit yang lalu pria ini tiba dengan wajah tergesa-gesa, menanyakan keberadaan Genia tanpa ragu.
"Oh ya, bukannya Anda tadi yang mencari Nona Genia, teman Anda?" tanyanya, matanya tetap terarah ke Alrazi yang seolah-olah sibuk melihat lantai.
Alrazi terkejut sedikit, kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu dengan gerakan kaku. Bibirnya memutar, mencari alasan yang masuk akal. "Hm... anu... teman saya memang bernama Genia, tapi bukan Genia yang ini, mungkin saya salah masuk villa," katanya dengan suara yang agak terengah-engah, terpaksa berbohong. Padahal sebenarnya, dia datang tepatnya untuk menolong Genia, semua karena notifikasi misi dari sistemnya.
"Oh begitu, apa Anda ingin mencari di villa yang lain?" tawar Siti dengan sopan, masih tidak sepenuhnya yakin dengan jawaban itu.
"Ah tidak perlu, tadi saya coba telpon nomor tidak aktif, saya mau langsung pulang saja," kata Alrazi dengan cepat, berusaha mengakhiri percakapan agar rahasia sistemnya tidak terbongkar.
Saat itu, Genia yang berdiri di samping pemilik villa. Dia masih terlihat pucat, tangannya menggenggam tasnya dengan kuat. "Saya juga mau pulang juga, saya benar-benar tidak menyangka, liburan kali ini membuat saya trauma," katanya sambil menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.
Bara mendekat Genia dengan wajah sungguh menyesal. "Maafkan kami Nona Genia, kami tidak memastikan villa ini dalam keadaan aman dan baik untuk tamu," ujarnya dengan suara lemah.
Genia menggeleng dengan tegas. "Tidak apa-apa, ini bukan salah kalian, ini semua gara-gara Rodi brengsek itu!" suaranya sedikit meninggi, penuh kemarahan. "Dia tega mendekapku di lemari karena hanya aku tidak mau menandatangani surat perusahaan ku atas namanya. Akan ku pastikan dia mendekam di penjara!" katanya dengan tekad yang terlihat jelas di matanya, mata itu menyala dengan api kebenaran.
Mata Genia yang masih sedikit merah karena tangisan tadi sekarang terarah ke Alrazi. Udara di dalam mobil—yang dipinjamkan oleh Bara, pemilik villa—terasa hangat dan tenang, jauh dari kegaduhan kejadian di villa. Setelah beberapa menit diam, dia memecah keheningan dengan suara yang lembut tapi penuh rasa penasaran.
"Oh ya, rumah Anda di mana Tuan?" tanyanya, matanya menatap wajah Alrazi yang sedang mengemudi. Dia merasa ingin tahu lebih banyak tentang pria yang telah menyelamatkannya dua kali dalam seminggu—sekali di lemari villa, dan sekali lagi ketika Rodi mencoba menyerangnya di jalan pulang.
Alrazi terkejut sedikit dengan pertanyaan itu, kemudian mengangkat alisnya sambil memikirkan. Dia tidak ingin memberitahu alamat yang terlalu rinci, tapi juga tidak mau berbohong lagi setelah semua yang terjadi. "Rumah saya ada di... jalan manggis, nomor 17," katanya, mengingat alamat rumahnya yang tenang di pinggiran kota, tidak jauh dari keramaian.
Genia mengangguk, menyimpan alamat itu di benak. Kemudian, dia membuka tas kecilnya dan mengambil selembar kartu nama yang berwarna biru muda, dengan tulisan emas yang elegan. Dia memberikannya kepada Alrazi, jari-jarinya sedikit bergetar. "Ini kartu saya, jika ada yang Anda butuhkan, hubungi saja saya," katanya dengan senyum lembut. Di kartu itu tertulis: Genia Adhisty - CEO PT. Citra Langit, beserta nomor telepon dan alamat kantornya.
Alrazi menerima kartu itu dengan hati-hati, memandangnya sejenak sebelum menyimpannya di dompet.
"Terima kasih," kata Alrazi.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
why bekas bininya pun dikerjakan
kenapa tak direjek saja
lanjut up lagi thor