Perjuangan Dalam Pernikahan Dini

Willie menatap layar ponselnya yang menampilkan nama Natasya yang sedang menghubungi dirinya. Pantas saja langsung membuat Mentari keluar dari kamar-nya begitu saja.

Willie langsung saja menekan tombol merah pada layar ponselnya. Willie tidak ingin berbicara dengan Natasya saat ini, ia masih marah dan kesal.

“Tari..”

“Mentari..” panggil Willie dari dalam kamar.

“Kalau panggilan suami nggak dihiraukan dosa loh” teriak Willie.

Mentari hanya dapat berdecak kesal mendengarkan ucapan cowok itu. Willie paling bisa membuat Mentari luluh dan tidak membantah kata-katanya.

“Kenapa kak?” tanya Mentari datar.

“Lu nyuruh gua makan, tapi lu sendiri malah keluar kamar” ujar Willie ketus.

Ucapan Willie tersebut membuat Mentari mengerutkan kening-nya dan menatap Willie bingung.

‘Makan tinggal makan aja, kenapa harus manggil aku juga’ batin Mentari.

“Tadi kenapa main keluar gitu aja?” tanya Willie.

“Tari nggak ingin nganggu kakak yang lagi telfonan sama Natasya” ujar Mentari, ia duduk di pinggir ranjang kasur Willie.

“Gua nggak lagi telfonan sama dia!”

“Udah lu sekarang suapin gua” ujar Willie santai.

Mentari menyipitkan kedua matanya menatap kearah Willie. Apa dia tidak salah mendengar ucapan yang baru disebut oleh cowok di sampingnya ini.

“Kenapa malah bengong lu, suapin gua!”

Mentari langsung saja mengambil makanan di atas meja dan dengan ragu ia menyuapi sesendok makanan ke mulut suaminya sendiri.

Sedangkan Willie yang melihat wajah Mentari sedikit merona serta tangan yang gemeteran karena gugup tersenyum tipis.

‘Lucu’ batin Willie.

Tapi ia berusaha bersikap biasa saja saat menatap Mentari. Bahkan bisa dikatakan saat ini Willie menatap Mentari sangat datar.

.

Sedangkan saat ini seorang gadis yang membanting semua barang yang ada di dalam kamarnya.

“Bangsat!”

“Beraninya Willie mereject telfon dari gua” gumam Natasya emosi.

“Gua harus buat Willie nggak marah lagi sama gua!”

“Apa pun itu caranya! Karena gua nggak mau kehilangan mesin ATM berjalan itu” Natasya berdiri dengan berkacak pinggang sebelah tangan. Tangan yang satunya lagi meremas ponsel dengan kuat.

“Beby kamu kenapa sih?” tanya seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamar gadis itu.

Cowok itu memeluk Natasya dari belakang dengan tangannya melingkar sempurna di perut ramping Natasya.

“Kamu ngomong apa sama Willie Regal?” tanya Natasya.

Regal langsung saja melepaskan pelukan nya pada Natasya, ia berjalan ke pinggir kasur gadis itu.

“Aku nggak suka ya saat kita berdua kamu bicara anak anjing itu” ucap Regal sambil menghidup kan rokoknya.

“Tapi kamu tahu kalau dia sekarang marah sama aku” Natasya membalikan tubuhnya menatap ke arah Regal.

“Kenapa kamu setakut itu banget kehilang tu cowok” ucap Regal ketus dengan menatap Natasya tajam.

“Aku juga bisa untuk menuhi semua kebutuhan shoping kamu itu” lanjut Regal dengan nada suara yang tinggi.

‘Mampus gua!’ batin Natasya.

‘Gua nggak mau kalau Regal ikutan marah sama gua’ Natasya menatap Regal dengan takut.

“Maaf beby” ucap Natasya lirih.

“Arrgghh.. sial!” teriak Regal kuat.

“Kamu tahu, aku itu cemburu setiap kali ngelihat kamu bermesraan dengan cowok itu!”

“Aku mau kamu putus sama dia!”

Natasya langsung saja terkejut mendengar ucapan Regal. Natasya tidak bisa putus dari Willie, karena bagaimana pun Willie lebih kaya dibanding dengan Regal.

“Beby nggak bisa kayak gitu dong!”

“Kita kan udah sepakat untuk menjalin hubungan ini secara diam-diam. Dan aku tidak akan memutuskan Willie.”

“Sampai kapan kita harus sembunyi-sembunyi seperti ini!” bentak Regal pada Natasya.

“Kamu tahu kalau aku sama Willie hanya sebatas ATM aku aja.”

“Rasa sayang dan cinta aku udah pindah sama kamu” ucap Natasya.

“Apa kurang yang aku kasih sama kamu selama ini” lanjut Natasya dengan sedikit menaikan suaranya.

Gadis itu merasa kesal dan emosi kalau Regal bersikap seperti ini. Apalagi sampai memaksa dirinya untuk memutuskan Willie.

‘Uang lu belum bisa muasin gua Regal, jadi gua masih butuh Willie’ batin Natasya.

Regal menatap Natasya dalam, kemudian ia menghampiri gadis itu dan memeluk-nya erat.

“Maafkan aku beby.”

“Aku nggak suka lihat kamu mesra-mesraan sama cowok itu di sekolah atau di luar sana” ucap Regal lembut.

“Aku janji nggak bakalan terlalu bermesraan sama Willie setelah ini. Tapi kamu tau kalau semua anak-anak tau aku pacaranya Willie” ujar Natasya.

“Tapi aku nggak mau kamu bersikap seperti ini” lanjut Natasya.

“Maafin aku, aku janji nggak akan ngebentak kamu lagi” ujar Regal.

Natasya hanya mengangukkan kepala saja dalam pelukan cowok itu. Ini semua yang tidak ia dapatkan dari seorang Willie, dan hanya dia dapatkan dari seorang Regal.

“I want you tonight” bisik Regal tepat di telingan Natasya.

“Aku juga menginginkan kamu malam ini” balas Natasya, yang langsung membuat Regal tersenyum bahagia.

.

.

Willie kini telah tertidur setelah makan dan minum obat. Jelas terlihat raut wajah cowok itu yang lagi sakit dan down. Mentari bisa merasakan bagaimana sakit hati nya Willie saat ada seseorang yang menyebut kalau kekasihnya selingkuh. Sama seperti dia saat ini yang sakit hati melihat secara nyata suaminya yang memiliki hubungan dengan wanita lain.

Saat mentari hendak berdiri tegap dan keluar dari kamar Willie, tiba-tiba saja tangannya di tahan oleh cowok itu.

“Natasya” entah cowok itu sadar atau tidak nama Natasya yang disebut oleh Willie. Tapi tangan Mentari yang di pegang oleh cowok itu.

Seolah-olah Willie sedang mengatakan pada seseorang untuk jangan tinggalkan dirinya sendirian.

Bohong kalau Mentari tidak cemburu dan sakit hati. Disaat sedang tidur saja cowok itu masih memikirkan kekasihnya. Tapi Mentari tidak bisa pungkiri kalau hubungan Willie dan juga Natasya sudah jelas dari awal.

Dari perlakuan dan sikap Willie saat ini, Mentari bisa merasakan kalau cowok itu sedang membutuhkan seseorang untuk berada di samping dia.

Akhirnya Mentari memutuskan untuk tidur di samping ranjang Willie dengan tangannya yang masih di pegang oleh cowok itu.

Mentari tidur dengan posisi kepalanya yang menumpu pada pinggiran kasur, dan tubuhnya berada di lantai.

Willie yang tengah malam terbangun, melihat ada kepala seseorang yang berada di sebelah tangannya. Dia menatap Mentari dalam dan menyingkir kan anak rambut yang menutupi wajah gadis itu.

“Cantik dan mengemaskan” gumam Willie menatap Mentari.

Dia mengusap lembut puncak kepala Mentari dan tersenyum melihat wajah teduh gadis itu.

“Maafin gua yang belum bisa menerima lu sebagai istri gua” gumam Willie.

Bersambung…