"Mulai sekarang kamu harus jadi Istriku dan juga Ibu sambung dari Ratu!"
"Siapa kamu? apa hak kamu memaksa aku menikah?"
"Aku Ayahnya Ratu! anakku menyukaimu dan aku harus memenuhi keinginan putriku yang ingin kamu menjadi ibunya!"
"Tapi ingat jangan berharap lebih pada ku! karena statusmu hanya Istri Rahasia dan juga Ibu Sambung Ratu!"
Deg!
"Aku belum bilang setuju!"
"Kamu tidak punya pilihan selain setuju!"
****
Nayyara dipaksa menjadi istri rahasia dari CEO Kejam bernama Ravindra dan juga Ibu sambung anak kecil lucu bernama Ratu.
Nayyara tidak bisa menolak karena Ravindra mengancamnya.
Apakah Cinta akan hadir diantara Ravindra dan Nayyara? Atau justru Nayyara pergi setelah memberikan kasih sayang yang tulus pada Ratu?
Simak cerita nya hanya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAYYARA-11.
2 bulan berlalu......
Pagi ini Ratu sudah mulai sekolah paud, wajah gadis kecil itu nampak di tekuk karena Ravin tidak bisa mengantar Ratu ke sekolah.
Padahal kemarin Ravin sudah janji untuk mengantar Ratu, bahkan Ravin juga mengatakan jika dia akan menjemput Ratu juga.
Ratu akhirnya diantar oleh Dea saja, Raka juga tidak bisa datang karena ada pekerjaan mendadak.
"Ratu kok cemberut sih? Katanya gak sabar mau sekolah biar banyak temen." Dea mencubit gemas pipi Ratu yang sudah menggembung lucu.
"Latu cebel cama Papa, kemalin Papa bilang mau antal Latu tapi kenapa Papa ndak jadi antal Latu." cerocos Ratu kesal, gadis kecil itu bersedekap dada.
Dea juga sebenarnya kesal karena Ravin mengingkari janjinya lagi pada Ratu, padahal Ratu sudah bersemangat ingin di antar oleh Ravin.
"Nanti biar Oma yang hukum Papa kamu, nakal Papa mu itu!" Dea juga sangat kesal melihat tingkah laku putranya yang tidak pernah berubah.
"Pokoknya Latu ndak mau ngomong cama Papa." Ratu merajuk, gadis kecil itu bersedekap dada.
"Iya bagus Oma dukung Ratu, biar Papa kamu itu kapok." Dea mengelus pucuk kepala Ratu.
"Oma, apa Kakak Nayya datang hali ini? kemalin Kakak Nayya cudah janji mau kacih bekal buat Latu." mata Ratu berbinar penuh harap, gadis kecil itu sangat ingin Nayya datang di hari pertamanya sekolah paud.
Jika Nayya tidak datang maka Ratu akan kecewa untuk kedua kalinya, jadi harapan Ratu sekarang adalah Nayya.
Dea terdiam, dia belum mendapat kabar dari Nayya meskipun Dea sudah memiliki kontak Nayya.
"Oma." Ratu menggoyangkan lengan Dea, wanita paruh baya itu tersadar.
"Eh iya.." Dea tersenyum meskipun hatinya gelisah, Dea bingung harus menjawab apa karena takut memberi harapan pada Ratu dan berakhir kecewa lagi.
"Sayang dengerin Oma ya, Kakak Nayya belum kasih kabar ke Oma tapi Ratu bisa berdoa semoga Kakak Nayya udah nunggu di sekolah Ratu." Dea memberikan jawaban sedikit ambigu, wanita paruh baya itu kembali mengelus pucuk kepala Ratu.
Mendengar itu Ratu semakin lesu, kini matanya berkaca-kaca semangat yang tadinya membara langsung hilang seketika.
"Ndak ada yang sayang Latu lagi." suara Ratu bergetar, airmatanya menggenang di pelupuk mata.
Dea langsung tertegun mendengar suara bergetar, dengan penuh penyesalan dan hati yang juga terluka Dea langsung memeluk Ratu dengan erat.
"Oma selalu sayang Ratu, Opa juga." bisik Dea penuh kelembutan, Ratu mengeratkan pelukannya pada Dea.
Mobil yang membawa Ratu dan Dea akhirnya sampai di paud tempat Ratu menimba ilmu, dengan lesu Ratu turun di tuntun oleh Dea.
Keduanya tidak sadar jika Nayya sudah menunggu di gerbang sekolah, rupanya ponsel Nayya mati karena tidak sempat di charger.
"Ratu!" Nayya langsung memanggil Ratu begitu melihat gadis kecil itu turun dari mobil.
Ratu langsung menoleh, wajah yang tadinya murung berubah semangat kembali, bahkan Dea ikut lega melihat kehadiran Nayya disana.
"KAKAK NAYYA!" Ratu langsung berteriak heboh, bocil lucu itu berlari kearah Nayya dengan tergesa.
"Eh kenapa lari." Nayya menangkap tubuh mungil Ratu kemudian memeluknya.
"Latu kila Kakak Nayya ndak akan datang antel Latu cekolah." Ratu memeluk erat leher Nayya.
"Kan Kakak Nayya udah janji masa di ingkari?" Nayya mengusap lembut punggung Ratu, anak itu tidak langsung menjawab melainkan melepas pelukannya kemudian menatap Nayya.
"Kalo gitu kenapa Papa ndak tepatin janjinya cama Latu."
DEG
Nayya terkejut mendengar pengakuan Ratu, sejujurnya Nayya belum sadar Ravin ada disana atau tidak, sekarang Nayya celingukan mencari keberadaan Duda anak satu itu.
"Ravin gak anter Ratu, dia sibuk sama kerjaannya dan dia lebih milih kerjaannya dibanding janji sama anaknya sendiri." Dea langsung memberitahu Nayya.
"Tante.." Nayya mencium tangan Dea, Ibu dari Ravin itu tersenyum haru.
"Makasih Nayya kamu sudah datang buat anter Ratu, tadi dia sedih banget." Dea sedikit berbisik di akhir kalimatnya, Nayya jadi merasa bersalah karena tidak memberi kabar dulu.
"Maafin Nayya Tante, sebenernya Nayya mau kasih kabar kalo Nayya bakal tunggu disini, tapi semalem Nayya lupa charger hp dan tadi gak sempet buka hp soalnya Nayya langsung bikin bekal ini." Nayya menjelaskan semuanya dengan jujur.
Dea terkekeh pelan melihat Nayya yang begitu merasa bersalah, di sisi lain Dea merasa sedih karena Ravin tidak memiliki perasaan seperti ini terhadap Ratu.
"Gak perlu minta maaf, justru Tante berterimakasih banget sama kamu, liat kamu pasti repot kan harus bikin bekel buat Ratu." Nayya langsung menggelengkan kepalanya.
"Engga kok Tante, Nayya sama sekali engga ngerasa repot justru Nayya senang." Nayya mencubit pipi Ratu yang wajahnya penuh binar bahagia kali ini.
"Jadi Latu dapat bekal Kakak?" Ratu mendongakkan kepalanya menatap Nayya, matanya berkedip lucu.
Dea dan Nayya terkekeh gemas, Ratu memang selalu sukses membuat orang lain merasa gemas, mereka juga tidak bisa menolak karena wajah memelas Ratu membuat siapapun yang melihatnya merasa tidak tega.
"Dapat dong, Kakak masakin makanan kesukaan Ratu jadi Ratu harus semangat belajarnya, besok Kakak bikinin lagi deh." Nayya memberikan paperbag berisi kotak makan itu pada Ratu.
"YEAYY! Latu pacti cemangat belajalnya, tapi becok Latu mau diantal Kakak Nayya juga boleh?" Ratu mengerjapkan matanya lucu, bocil itu sedang merayu Nayya.
"Tentu cantik."
"YES! LATU CENANG OMA!" Ratu melompat senang, Dea ikut senang karena semangat cucunya sudah kembali.
"Kalo udah seneng kita masuk yuk, keburu mulai." ajak Dea, namun Ratu malah menatap Nayya.
"Kakak Nayya ikut ya?" Ratu kembali memohon, Nayya sedikit tak enak hati Dea yang sadar langsung tersenyum.
"Ayo Nayya kamu ikut aja gapapa kok." ucap Dea, Nayya yang tidak tega menolak Ratu akhirnya mengangguk.
"Iya Tante."
"YEAAYYY! MAKACIH KAKAK NAYYA!"
"Sama-sama cantik." Nayya menggandeng tangan Ratu, kini Ratu berjalan di tengah sambil menggandeng tangan Nayya dan juga Dea.
****
Sementara itu di perusahaan, Ravin yang sedari tadi sibuk sedang bertelpon dengan anak buahnya yang diminta untuk mengawasi Dea dan Ratu.
[Nona Ratu sudah sampai di sekolahnya Bos, dan Nona Nayya sudah membawakan bekal sesuai janjinya.] Ravin tersenyum misterius.
[Apa dia hanya membawa satu?]
[Sepertinya ada satu lagi Bos.] Ravin makin melebarkan senyumnya.
[Bagus, kamu ambil nanti dan langsung antar ke saya!]
[Baik Bos, tapi ada hal penting yang harus saya sampaikan Bos.] anak buah Ravin itu terdengar ragu.
[Ceritakan, jangan ada keraguan sedikitpun!] tegas Ravin.
[Maaf Bos, tapi sepertinya Nona Ratu sedih karena tidak jadi diantar oleh anda.]
DEG
Ravin terdiam sebentar, ada rasa bersalah yang menggelayuti hatinya, tapi kembali ego Ravin mengalahkan segalanya.
[Tidak usah terlalu berlebihan, nanti aku pasti bisa membujuk Ratu!]
'Bos selalu saja begini, kasihan Nona Ratu sepertinya aku mendukung Nyonya besar membawa Nona Ratu supaya Bos sadar akan sikapnya yang keterlaluan ini.'
Bersambung........
.
.
rasain noh kenak senggak sama papi raka kn,, makanya jngn ego mulu yg diutamakan ravindra....