Dilarang plagiat, tambal sulam, atau sejenisnya. Jangan mengambil hak orang lain demi keuntungan sendiri. Ingat Azab.
~~~~
Jangan menyalahkan apa yang terjadi pada dirimu, karena di balik apa yang menimpa dirimu, akan ada keindahan yang menantimu.
Olivia Shea begitu bahagia saat dirinya di terima berkerja di Maxton Company. Impian mengubah hidupnya mengantarkannya pada kehidupan baru.
Regan Alvaro Maxton-CEO Maxton Company, meminta Shea mengantarkan berkas yang Shea lupakan, ke Adion Company.
Berniat mengantarkan berkas ke Adion Company menjadikan dirinya, menjadi korban salah sasaran. Bryan Adion-CEO Adion Company, yang mengira Shea adalah wanita yang di kirim asistennya, membuatnya memperkosa Shea.
Regan yang mengetahui bahwa Bryan-adik iparnya memperkosa sekertarisnya, hingga hamil, membuat Regan meminta Bryan untuk menikahi Shea.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka?
~~~
Follow IG Myafa16
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon myafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diamlah!
Setelah makanannya sudah datang, Bryan dan Regan menikmati sarapan mereka.
"Apa kamu tahu Shea, aku mual hampir setiap pagi. Kepalaku juga sangat berdenyut saat bangun tidur. Akhirnya setiap pagi aku selalu menghabiskan waktu di tempat tidur. Karena hari ini aku tidak mual dan pusing, jadi aku memutuskan untuk pergi jalan-jalan." Selly menceritakan panjang lebar padanya apa yang di alaminya selama masa kehamilan. "Apa kamu juga mengalaminya?" tanya Selly pada Shea.
"Aku tidak, Kak. Mualku tidak terlalu parah. Jadi aku masih bisa melakukan aktifitas normal." Shea yang memang tidak mengalami banyak hal dalam kehamilannya. Akfitasnya masih di kerjakan dengan sangat baik, tanpa halangan.
Selly memang tahu dari Regan, jika Shea masih berkerja seperti biasa. "Apa kamu tidak ingin sesuatu saat hamil?"
Shea mengerutkan dalam keningnya. "Maksudnya?"
"Jadi ibu hamil terkadang menginginkan sesuatu. Seperti mangga yang baru di petik, atau makanan yang susah di dapat," jelas Selly.
"Tidak, Kak."
"Aku pernah, waktu malam hari, aku ingin makan steak di restoran favorite aku, tapi sayangnya keinginan itu datang saat tengah malam, dan apa kamu tahu Regan memenuhinya. Dia menghubungi chef restoran, dan memintanya membuatnya." Selly bercerita seraya melirik pada Regan.
Bryan yang mendengar cerita kakaknya, bergidik ngeri membayangkan harus memenuhi keinginan Selly. Dia tahu pasti, saat tidak hamil saja keinginan Selly sangatlah banyak. Apa lagi sekarang di tambah kehamilan. Bryan tidak bisa membayangkan itu semua.
Shea memang pernah dengar saat wanita hamil, dia menginginkan sesuatu, dan suaminya akan siaga mencarikannya. Sekarang Shea benar-benar baru dengar ceritanya langsung dari sumbernya. Dan mendengar Regan memenuhi keinginan Selly, Shea sudah bisa menduga. Regan yang begitu mencintai Selly, akan melakukan apa pun untuk Selly.
"Apa kamu juga?" tanya Selly pada Shea.
Shea yang di tanya apakah dia mengalami hal yang sama hanya menggeleng.
Bryan yang melihat Shea menggeleng, bersyukur. Paling tidak Shea tidak minta aneh-aneh padanya. Seperti yang di lakukan Selly pada Regan.
"Bryan apa kamu masih punya, stok minyak wangi milikmu?" tanya Selly.
Bryan yang mendengar mengerutkan keningnya. "Untuk apa?"
"Aku sedang ingin Regan memakai parfum milikmu.
Bryan membulatkan matanya, dia benar-benar merasa heran dengan keinginan Selly. Tapi di bantah pun, Selly tidak akan mempan. "Aku akan ambilkan," ucap Bryan seraya berdiri. Melangkah ke kamar, Bryan mengambil apa yang di inginkan kakaknya.
"Sayang, aku ikut Bryan mengambil parfum dulu ya," ucap Selly pada Regan. Selly berdiri dan mengejar Bryan yang sedang ingin mengambilkan parfum untuknya.
Menyisakan Shea dan Regan di meja makan, membuat kecangungan di antara mereka berdua. Biasanya mereka berdua bertemu di kantor, sebagai atasan dan sekertaris. Tapi kini, mereka bertemu sebagai ipar. Ada rasa aneh yang Shea rasakan, saat mendapati statusnya dan Regan saat di luar.
"Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Regan membelah keheningan setelah kepergian Selly.
Shea yang sedang fokus dengan waffle miliknya menengadah saat Regan memberikan pertanyaan. "Saya baik."
"Jangan terlalu formal saat di luar, kamu bisa gunakan 'aku' saja, dan bisa memanggilku kakak seperti kamu memanggil Selly." Regan menatap Shea, dan memberikan sedikit senyuman.
Shea yang mendapati senyuman di wajah Regan terpaku. Apa dia tersenyum padaku?
Regan yang melihat wajah Shea, merasakan ada yang sedikit berbeda. "Kenapa pelipismu memar?" Regan yang menemukan perubahan apa dari Shea langsung bertanya.
"Memar?" gumam Shea.
"Iya, memar." Regan menatap lekat wajah Shea, dan memastikan bahwa itu adalah memar.
Shea baru mengingat memar yang di maksud oleh Regan. "Oh, ini akibat beturan kaca mobil," ucap Shea menjelaskan.
Regan mencari kebenaran atas apa yang di katakan Shea. "Apa kamu yakin itu bukan perbuatan Bryan?" Entah kenapa Regan berpikir, jika Bryan lah yang melukai Shea.
Mendengar ucapan Regan, Shea bingung menjawabnya. Memang benar adanya, karena kesalahan Bryan lah, dirinya terbentur. "Itu hanya tidak sengaja."
Regan menajamkan pandangan pada Shea " Sampai memar kamu bilang tidak sengaja?" Suara Regan sedikit meninggi.
Shea semakin di buat bingung saat Regan menatap tajam dirinya. Suara Regan pun terdengar lebih kencang dari sebelumnya. Pandangan Regan penuh dengan kemarahan, dan Shea tidak tahu apa yang menyebabkan Regan marah.
Dia marah karena memar di dahiku atau karena Bryan yang membuat memar?
Shea memikirkan apa yang membuat Regan marah. Rasanya Shea tidak mau berpikir jauh, jika Regan kesal Bryan melukainya.
"Sayang, lihatlah aku sudah dapat parfum Bryan." Suara Selly memecah ketegangan antara Regan dan Shea yang sedang membahas memar di dahi Shea.
Regan yang tadi fokus pada Shea, beralih menatap pada Selly. "Kalau kamu suka, aku akan memakainya." Regan menarik ujung bibirnya, membuat sebuah lengkungan senyum, melihat istrinya yang begitu senang saat mendapatkan apa yang di inginkan.
Shea yang melihat Regan sedang fokus pada Selly pun, akhirnya meminta izin untuk bersiap. Melangkah ke kamar, Shea langsung menuju ke cermin. Dia ingin memastikan apa memarnya memang sangat terlihat jelas, hingga Regan mengetahuinya.
Memandang cermin lebih dekat, Shea memastikan seperti apa memar di pelipisnya. "Memang terlihat memarnya, tapi aku rasa kalau seseorang tidak memperhatikan dengan lekat wajahku, memarnya tidak akan kelihatan." Shea sesekali memundurkan tubuhnya. Melihat bekas memar dari kejauhan.
"Jika dari jauh sebenarnya tidak kelihatan." Shea yang memundurkan tubuhnya, mendapati memar yang tidak terlalu terlihat jelas. "Aku akan memakai concealer saja untuk menutupinya." Satu hal yang di bisa di lakukan Shea adalah menutupinya. Shea tidak mau orang tahu, dan banyak bertanya padanya, seperti yang Regan lakukan.
Menganti baju, dan memoles sedikit wajahnya, Shea bersiap untuk ikut Selly pergi. Sebelum Shea keluar dari kamar, dia memastikan dulu concealer yang menutupi memar di pelipisnya, rata menutupi bekas memar.
Membuka pintu kamar Shea keluar dari kamarnya. Saat keluar dari kamarnya Shea melihat Bryan juga keluar dari kamarnya. Kamar mereka yang terletak bersebelahan, membuat mereka berdiri bersebelahan.
Mata Shea dan Bryan saling beradu, saat memperhatikan pakaian yang di pakai keduanya. Mereka berdua sama- sama memakai turtleneck knit warna navy. Shea dan Bryan merasa aneh saat tanpa sengaja mereka memakai baju yang sama.
"Wah, kalian pakai baju couple, so sweet sekali." Selly yang hendak memanggil Shea dan Bryan melihat pemandangan yang romantis dari Shea dan Bryan.
"Aku akan menganti," ucap Shea dan Bryan secara bersamaan. Mereka tidak mau terlihat memakai baju yang sama.
"Untuk apa kalian ganti, tidak perlu, karena aku tidak mau terlambat menonton film." Selly yang melihat sepasang suami istri itu ingin menganti baju pun melarang.
Shea dan Bryan yang mendengar larangan Selly, akhirnya menuruti untuk mengurungkan niatnya berganti baju. Dengan langkah bersamaan Shea dan Bryan mengekor di belakang Selly.
Shea, Selly, Bryan dan Regan keluar dari apartemen. Selly yang meminta untuk membawa satu mobil. Membuat Bryan urung mengambil mobilnya. Selly yang memilih duduk di samping Regan, membuat Bryan dan Shea duduk di belakang berdua.
Selly dan Regan saling pandang, saat melihat Shea dan Bryan yang duduk berjauhan, menyisakan ruang kosong di tengah-tengah mereka.
Sesampainya di mall, Regan menautkan jemarinya pada jemari Selly. Mengandeng mesra istrinya, menyusui jalanan menuju bioskop. Shea dan Bryan yang mengekor di belakang Selly dan Regan, berjalan berjauhan. Tidak ada tautan jemari, atau gandengan mesra dari keduanya. Mereka seperti orang asing yang sedang tidak sengaja berjalan beriringan.
"Aku akan membelikan tiket, pop corn dan minuman, tunggulah di sini," ucap Regan seraya membelai pipi Selly.
Bryan sudah sangat biasa memandang keromantisan antara Selly dan Regan. Bagi Bryan, apa yang di lakukan Regan adalah tanda perbudakan cinta. Regan yang selalu mau menuruti keinginan Selly, membuat Bryan berpikir jika pria macam Regan tidaklah pantas di sebut pria, karena mau di suruh-suruh oleh wanita.
Pemandangan di artikan lain oleh Shea. Shea yang melihat bagaimana perhatian Regan pada Selly, membuatnya benar-benar merasa iri. Kalau biasnya di kantor Shea melihat wajah garang Regan. Bersama Selly, Shea melihat wajah Regan manis dengan hiasan senyuman yang tak surut dari bibirnya.
Di kantor Shea sering mendengar cerita Regan tentang bagaimana dirinya membantu kehamilan Selly, memberikan Selly perhatian, dan kini dia melihat dengan kedua matanya sendiri, bagaimana Regan memperhatikan Selly.
"Apa kamu tidak beli popcorn? " tanya Shea yang melihat Bryan diam menunggu tanpa beranjak membeli apapun.
"Aku kemari untuk menonton film, bukan makan." Bryan memang tidak terbiasa makan dan minum selama menonton film. Bryan lebih suka fokus menonton dari pada fokus pada makanan dan minuman yang dia bawa.
Mendengar ucapan Bryan, Shea hanya mendengus kesal. Rasanya tidak habis pikir dengan yang di pikirkan oleh Bryan. Tapi dirinya begitu ingin pop corn. Tapi melihat entah kenapa dirinya malas sekali untuk mengantri.
Regan yang sudah membeli tiket, pop corn dan meminumnya kembali menghampiri Selly, Shea dan Bryan.
Dari kejauhan Regan terlihat kerepotan membawa dua pop corn dan dia minuman. Dua pop corn dia dekap di dadanya, dengan menggunakan tangannya yang sedang memegang dua minuman.
Selly yang melihat Regan kesusahan langsung membantu Regan. Meraih dua minumannya, Selly membantu membawakannya.
"Berikan minumannya satu pada Shea," ucap Regan pada Selly. Selly pun langsung memberikan minuman pada Shea.
"Terimakasih."
"Ini untukmu," ucap Regan menyerahkan pop corn pada Shea.
Shea yang mendapatkan minuman dan pop corn dari Regan, hanya bisa menatap Regan sejenak. Shea tidak menyangka, jika Regan akan membelikannya juga untuknya.
"Apa kamu bisa membawa keduanya?" tanya Regan memastikan.
Shea yang sedang dalam pikirannya tersadar saat mendengar pertanyaan dari Regan. "Aku bisa membawanya," ucap Shea meyakinkan.
Regan pun mengangguk, mengerti ucapan Shea. Tangan Regan masih sibuk dengan pop corn milik Selly.
Melihat Regan membawa pop corn, Selly langsung menukar apa yang di bawa oleh Regan. Regan yang awalnya membawa pop corn bertukar dengan minuman yang di bawa oleh Selly. Selly memakan pop corn miliknya, seraya menunggu film di mulai.
Saat film di mulai, Bryan, Shea, Regan, dan Selly masuk ke dalam bioskop. Dengan urutan duduk Bryan, Shea, Regan dan Selly, membuat Shea duduk di antara Bryan dan Regan.
Selly yang memilih film romantis, membuat Bryan mendengus kesal. Ingin rasanya dia tidak ikut menonton, tapi rasanya Bryan tidak sangup mendengar celoteh Selly.
Pikir Bryan, dia akan tidur saja sepanjang film, jadi dia tidak akan mendengar ocehan Selly.
Saat film di mulai, Shea, Selly dan Regan sibuk menonton, sedangkan Bryan sibuk bergumam mencibir setiap adegan. Shea yang duduk di samping Bryan, bisa mendengar setiap gumaman Bryan.
"Bisakah kamu diam!" Shea sedikit memiringkan tubuhnya, dan menolehkan kepalanya ke arah Bryan. Agar tidak menganggu penonton lain Shea menurunkan nada suaranya, setengah berbisik.
Bryan yang melihat aksi Shea mendekat berbisik, menaik senyum di ujung bibirnya. Seragai licik mengiringi senyum Bryan. Dengan memiringkan tubuhnya, Bryan pun berbisik. "Aku malas menonoton film seperti ini."
"Kalau kamu malas diam lah, atau kamu bisa tidur." Shea balas berbisik pada Bryan.
Bryan merasa aroma manis dari napas Shea, benar-benar membuatnya ingin sekali membenamkan bibirnya pada bibir Shea. "Aku tidak bisa diam," ucapnya pada Shea.
Shea benar-benar merasa sangat geram dengan ulah Bryan. "Diam, dan makanlah ini!" Shea memberikan pop corn miliknya, dan meminta Bryan untuk tidak bersuara.
"Aku sudah bilang bukan, aku tidak biasa makan saat menonton film."
Kesabaran Shea sudah habis, saat tanpa henti Bryan berbicara. Akhirnya terlintas ide untuk membukam mulut Bryan dengan pop corn. Mengambil pop corn, Shea mengarahkan pop corn ke mulut Bryan.
Bryan yang melihat tangan Shea di depan mulutnya, langsung membuka mulutnya. Dengan lahap Bryan memakan pop corn dari tangan Shea. Rasanya, Bryan merasa beruntung bisa makan dari tangan lembut Shea.
Saat Shea fokus menatap layar bioskop menghayati adegan demi adegan film, Bryan akan bersuara untuk mengalihkan fokus Shea. Shea yang kesal pun menyumpal mulut Bryan dengan pop corn untuk diam.
"Se..em.." teriak Bryan yang mulutnya penuh pop corn.
Shea yang fokus pada layar bioskop, tidak sadar jika dia memasukkan pop corn berkali-kali tanpa henti ke mulut Bryan. Sampai Bryan sedikit berteriak pun Shea tidak sadar. Sampai akhirnya, Bryan menepuk tangan Shea.
"Bryan bisakah kamu di...." Shea menoleh pada Bryan. Tapi matanya membulat, saat melihat mulut Bryan penuh pop corn. "Minumlah," ucap Shea seraya menyerahkan minuman pada Bryan.
Menerima minum dari Shea, Bryan meminumnya setelah dapat mengunyah pop corn di dalam mulutnya. "Apa kamu mau membunuhku?" tanya Bryan kesal pada Shea.
Shea yang mendengar ucapan Bryan hanya mendengus. "Itu bagus, jadi surat perjanjian kita berakhir sebelum anak kita lahir." Ucapan itu lolos begitu saja dari mulut Shea.
Bryan tercengang dengan kata-kata yang di ucapkan Shea. Bukan karena dirinya yang akan mati saat ini juga karena pop corn tapi, karena Shea berharap perjanjian pernikah mereka akan berakhir bersama kematiannya. Entah apa yang di rasa Bryan, tapi dia sedikit merasa sesak di dadanya saat mendengar ucapan Shea.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tetap jangan lupa like👍🏻