Pernikahan sudah di depan mata. Gaun, cincin, dan undangan sudah dipersiapkan. Namun, Carla Aurora malah membatalkan pernikahan secara sepihak. Tanpa alasan yang jelas, dia meninggalkan tunangannya—Esson Barnard.
Setelah lima tahun kehilangan jejak Carla, Esson pun menikah dengan wanita lain. Akan tetapi, tak lama setelah itu dia kembali bertemu Carla dan dihadapkan dengan fakta yang mencengangkan. Fakta yang berhubungan dengan adik kesayangannya—Alvero Barnard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Ratus Juta
Setelah kembali ke apartemen, Carla merenung lama di sofa di dekat ranjangnya. Kenangan silam kembali malang melintang dalam ingatan, menghadirkan bermacam rasa yang membuat hati berkecamuk tak menentu.
Masih sulit dipercaya, Gilang yang sebelumnya datang laksana teman baik, ternyata adalah akar dari permasalahan yang menjeratnya hingga detik ini.
Pengakuan Gilang terkait jebakannya terhadap Vero, mengingatkan Carla pada status lelaki itu. Ya, Gilang dan Vero bukan sekadar teman seangkatan, melainkan teman rasa sahabat. Tak beda jauh dengan Rimba. Dan Carla yakin, pertemuan mereka bukanlah di tempat pernikahan seperti yang Gilang ceritakan, tetapi di rumah Esson, ketika dia ada di sana dan kebetulan Gilang ikut pulang bersama Vero.
"Aku yakin sebelum menghampiriku malam itu, Gilang pasti sudah sempat mengawasiku. Dan pasti, dari awal melihatku dia sudah menargetakanku untuk bekerja bersamanya," gumam Carla seorang diri.
Lantas, setelah meyakini bahwa pemikirannya tidak mungkin keliru, Carla bergegas menghubungi Zayn yang saat ini sudah kembali ke Jepang.
"Tuan Zayn ... saya meminta waktu Anda besok pagi. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan langsung dengan Anda," ucap Carla setelah sambungan telepon terhubung.
"Baik, besok aku tunggu kamu di ruanganku."
Carla menghela napas lega karena Zayn langsung meluangkan waktu yang ia pinta. Dia tak ingin menunda-nunda, apa yang harus diselesaikan, harus secepatnya diurus agar tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.
"Indonesia, mungkin takdirku memang harus kembali lagi ke sana," batin Carla sambil memejam dan menyandarkan punggungnya.
Sekelebat bayangan Esson kembali melintas. Saat-saat asmara mereka tertulis indah, juga saat luka dan tangis mengakhiri kisah tersebut. Lantas ... wajah sendu Vero ketika memohon di bandara, menjadi penutup ilusi yang mengisi lamunan Carla.
"Dia bukan Esson yang cerdik dan pandai membaca situasi. Dan mungkin dia lupa dengan statusnya sebagai tuan muda di keluarga Barnard, makanya menganggap semua orang baik, dan akhirnya terperangkap dalam jebakan yang dibuat oleh sahabatnya sendiri," batin Carla dengan mata yang masih betah memejam.
_______
"Tadi pagi aku sudah menemui Tuan Zayn. Dia mau-mau saja menyetujui surat pengunduran diriku, tapi harus bersedia membayar lima juta yen."
Carla tidak basa-basi, langsung saja memberitahukan hal penting yang memang akan dia bahas dengan Gilang pada siang itu.
Gilang sedikit terkejut dengan nominal yang disebutkan Carla. Lima juta yen, kurang lebih setara dengan lima ratus enam puluh enam juta rupiah. Jumlah yang cukup fantastis, mengingat itu hanya uang muka sebelum kerja sama resmi berjalan.
Kemarin Gilang menyanggupi akan membayar kompensasinya karena tak menyangka jumlahnya akan sebesar itu. Perkiraannya sekitar dua atau tiga ratus jutaan, bukan di atas lima ratus juta, bahkan hampir mencapai enam ratus juta.
"Itu Tuan Zayn sudah berbaik hati dan menurunkan nominalnya. Karena jika merujuk pada surat kontrak, aku harus membayar tujuh ratus jutaan, setara dengan gajiku selama masa kontrak, dua tahun," lanjut Carla. Ia pun melihat keterkejutan yang tercetak jelas di wajah Gilang.
Gilang belum menyahut dan sekadar mengangguk canggung. Lantas meraih gelas minumannya dan meneguk hingga habis setengah.
"Selama ini aku punya tanggungan yang cukup banyak. Kamu mungkin pernah mendengar tentang bisnis keluargaku yang jatuh. Dan meski aku menjalin hubungan dengan Esson, aku tidak pernah memanfaatkan hartanya untuk menutup hutang, bahkan aku malah menyembunyikan itu darinya. Selain itu, kamu juga tahu sendiri aku masih menyewa apartemen di distrik ini, dan kamu pasti tahu harganya kisaran berapa. Jadi ... aku juga tak banyak tabungan." Carla bicara lagi, menjeda sejenak ucapan sambil menunggu tanggapan Gilang.
Namun, lelaki itu masih setia dalam diamnya. Sampai kemudian, Carla pula yang kembali membuka suara.
"Aku tahu jumlah itu pasti memberatkan kamu dan ... tidak pantas juga jika aku langsung memintamu membayarku dengan jumlah sebanyak itu. Aku sudah memikirkannya, Gilang."
"Maksudnya, Mbak?" tanya Gilang.
Carla tersenyum. "Aku ada tabungan tiga ratus juta. Jadi, dua ratus enam puluh enam jutanya aku bisa membayar sendiri. Nanti sisa tabunganku kugunakan untuk biaya hidup di Indonesia. Karena tidak mungkin kan aku bergantung ke kamu."
"Jadi ... aku hanya perlu membayar tiga ratus juta, Mbak?" Mata Gilang membulat dan raut wajahnya sedikit sumringah, tidak seresah tadi.
"Iya. Untuk sekarang, aku butuh tiga ratus juta dari kamu agar bisa lepas dari kontraknya Tuan Zayn. Tapi, seratus jutanya aku anggap hutang. Nanti jika kerja sama kita sudah berjalan dan vendorku mulai stabil, seratus jutanya akan kukembalikan."
Gilang menunduk, menyembunyikan tawa liciknya karena ternyata Carla sangat polos. Jika orang lain, pasti akan memohon agar dirinya mau membayar semua kompensasi itu, mengingat dalam kerja sama ini dirinyalah yang paling butuh. Namun, Carla berbeda. Wanita itu justru mau rugi agar kerja sama mereka bisa berjalan. Mungkin ... karena keinginannya untuk membalas dendam pada Esson sangat tinggi, makanya tak banyak berpikir ketika peluang itu ada di depan mata.
"Baik, Mbak, aku setuju."
Tanpa basa-basi, Gilang langsung menyetujui usul Carla. Lantas mengulurkan tangan sebagai tanda mereka benar-benar resmi bekerja sama.
Karena kedua pihak sudah mencapai kesepakatan, hari itu juga Carla resign dari bisnis perhotelan milik Zayn. Hari itu pula ia berkemas karena rencana penerbangan mereka adalah esok pagi.
Di tempat yang berbeda—Carla di apartemen, sedangkan Gilang di share house, keduanya saling mengulum senyum untuk diri masing-masing.
Gilang tersenyum puas karena cukup merogoh dua ratus juta saja untuk uang muka kerja sama, sementara Carla tersenyum puas karena baru saja mendapatkan dua ratus juta secara cuma-cuma.
Bersambung....
tenang pikiran mu Vero, fokus dulu kesembuhan, supaya kamu secepatnya temui Carla.