Kumpulan Cerita Pendek Horor
Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.
Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.
Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.
Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Tersesat Saat Liburan
"Semuanya udah dimasukin? Gak ada yang ketinggalan kan?"
"Gak ada Mah."
"Udah semua!!"
"Udah dirapihin semua barangnya di mobil!!"
Mara menganggukkan kepalanya mengerti mendengar jawaban dari anak-anaknya. Ia melangkah mendekati adiknya, "Sar, barang lo udah semua kan?" tanyanya pada Sara.
Sara mengangguk singkat, "udah, coba cek aja."
"Ya udah kalau gitu, kalian masuk mobil langsung." Mara melangkah mendekati anaknya, "Raya nanti duduk di bagian tengah ya sama Tante Sara," ucapnya.
Raya menganggukkan kepalanya mengerti, "iya."
"Ayo Raya sama Tante," ajak Sara seraya mengulurkan tangannya pada Raya.
Raya langsung berlari mengikuti Sara untuk segera masuk ke dalam mobil. Mereka sudah harus berangkat untuk pergi berlibur. Mengisi waktu liburan yang cukup panjang.
Mara menghembuskan napasnya lega saat semua barang sudah selesai dimasukkan ke dalam mobil. Saat ini mereka akan berlibur ke Bromo, tidak hanya keluarga inti dari Mara saja. Tetapi Ibu, Ayah, dan dua adiknya juga ikut dalam perjalanan ini.
"Udah siap semua?"
Mara menoleh ke arah Bisma yang tak lain ialah suaminya. Ia menganggukkan kepalanya pelan untuk menjawab pertanyaan Bisma, "iya."
"Kenapa sih? Sakit? Mau dibatalin aja liburannya?" tanya Bisma saat melihat Mara yang terlihat tidak semangat.
Mara menggelengkan kepalanya dengan cepat, "gak, cape aja," jawabnya pelan.
"Cape kenapa?"
"Selain kamu yang urusin mesin mobil, barang bawaan aku semua yang urus. Jadi lumayan cape, apalagi bukan satu dua orang," jelas Mara dengan pelan.
Bisma menganggukkan kepalanya mengerti, lalu ia menepuk bahu Mara beberapa kali dengan pelan, "ya udah, sekarang kan kita mau liburan jadi gak bakal capek-capek lagi. Kita harus seneng-seneng, oke?"
Mara tersenyum tipis seraya menganggukkan kepalanya mengerti, "oke."
"KAK CEPETAN!! KEBURU MACET!!"
Mara dan Bisma langsung menoleh secara bersamaan ke asal suara. Mara langsung menghembuskan napasnya lelah, sedangkan Bisma hanya menggelengkan kepalanya heran.
Bisma langsung menatap Mara yang terdiam, "yuk."
Mara menganggukkan kepalanya seraya mengikuti langkah Bisma menuju mobil. Ia langsung menatap semua anggota keluarganya saat ka sudah masuk ke dalam mobil.
"Berapa jam Kak perjalanannya?" tanya Sara pada Mara di depan.
Mara menghembuskan napasnya pelan, "perkiraan 11-12 jam," jawabnya.
"Lama amat."
Bisma menoleh untuk bisa menatap adik iparnya itu, "nanti kita berhenti-berhenti aja, biar gak kecapean," celetuknya.
"Bang, nanti gantian aja ya kalau cape. Inget gue ada di sini, gue bisa nyetir mobil," ujar Bara dari arah belakang.
Bisma menganggukkan kepalanya seraya mengangkat ibu jarinya, "oke, bisa diatur."
Bisma mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak lupa ia mengisi bahan bakar terlebih dahulu agar tidak ada kendala saat sudah di dalam tol. Mara yang berada di depan hanya menyandarkan tubuhnya di kursi mobil, sesekali ia membuka pembicaraan pada suaminya itu.
Perjalanan selama setengah hari tentu saja akan sangat melelahkan. Apalagi mereka hanya menggunakan mobil pribadi untuk pergi ke Bromo. Awalnya Mara ingin menggunakan kereta api untuk pergi ke daerah Malang. Tetapi Bisma menolak karena mereka akan kesulitan berpergian karena tidak ada kendaraan.
Jadilah mereka pergi dengan menggunakan mobil pribadi. Mara mengajak Raya dan keluarganya untuk pergi berlibur. Mumpung liburan sekolah telah tiba dan cukup panjang, jadi Mara tidak perlu khawatir mengenai jadwal sekolah maupun kegiatan lain.
Mungkin hanya Bisma yang izin beberapa hari untuk melakukan liburan. Apalagi usaha tempat suaminya kerja milik keluarga besar, jadi Bisma bisa izin kapanpun dan selama apapun dengan syarat pekerjaan sudah diselesaikan semua.
•••
Jam dua pagi mereka sudah sampai di daerah tujuan. Waktu sampai lebih cepat dari apa yang sudah diperkirakan. Bisma menatap jalanan di depan yang cukup sepi. Sesekali mereka bertemu warga lokal di jalanan yang saat ini terlihat sangat sepi.
"Kita mau ke mana?" tanya Bisma pada Mara yang masih terjaga.
Mara menoleh ke arah Bisma, "ke arah hotel A, dia hotelnya di bukit gitu," jawabnya.
Bisma menganggukkan kepalanya mengerti dan mulai mengeluarkan ponselnya, "aku coba pake Google Maps dulu," ucapnya memberitahu.
"Hm." Mara menganggukkan kepalanya mengerti dengan ucapan Bisma.
"Lumayan jauh ya," ucap Bisma seraya melihat layar ponselnya.
"Aman?" tanya Mara memastikan.
Bisma menganggukkan kepalanya dengan pelan, "aman."
Setelah itu Bisma mulai melajukan mobilnya dan mengikuti arahan Google Maps. Semakin lama rumah-rumah warga semakin sedikit mereka lihat. Sisanya kebanyakan pohon yang cukup tinggi dan lebat. Bisma masih fokus pada jalan di depan dengan mengikuti arahan dari Google Maps.
Mara yang sedang melihat-lihat daerah luar hanya mengerutkan dahinya bingung. Ia menoleh ke arah Bisma yang sedang fokus menyetir, "ini bener ke sini?" tanyanya.
"Iya, dari Google mapsnya gitu kok," jawab Bisma.
Mobil masih terus melaju di jalan setapak yang tidak terlalu besar. Sesekali mobil bergoyang karena jalanan yang tidak rata karena bebatuan. Samping kanan kiri mereka tidak terlihat adanya rumah warga, hanya ada pohon-pohon yang berjejer rapat dan gelap.
"Kok jalannya begini ya?" tanya Lastri yang terbangun karena guncangan mobil.
Mara menoleh ke belakang untuk menatap ibunya yang terlihat masih mengantuk, "udah bukan aspal Bu jalannya, makanya goyang gitu," jawabnya memberitahu.
Beberapa orang yang berada di mobil terbangun satu persatu karena guncangan mobil yang tidak rata. Mereka menatap keluar mobil yang terlihat gelap. Tidak ada sesuatu yang bisa mereka lihat untuk menjadi tanda agar tidak tersesat.
"Ini bener jalannya di sini?" tanya Sara yang sedari tadi memperhatikan jalan di luar.
"Iya, dari mapsnya diarahkan ke sini," jawab Bisma masih menatap layar ponsel dan jalan di depannya bergantian.
"Kita gak nyasar Bang?" tanya Bara yang sedikit curiga dengan jalan yang mereka lewati.
Bisma menggelengkan kepalanya dengan tegas, "kalau ikutin maps sih gak, kita masih ada di jalurnya."
Mereka yang berada di dalam mobil hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Lalu terdiam dengan terus menatap keluar jendela.
"Gelap ya."
"Hm, hutan gitu."
Mobil terus melaju di jalan setapak yang tidak rata. Bisma yang merasa aneh hanya mengerutkan keningnya dengan bingung. Sudah beberapa menit ia berkendara tetapi mereka tidak sampai ke tempat tujuan. Bahkan google maps sedikit lambat karena sinyal yang tidak menentu di tempat tersebut.
"Ini bener Pah?" tanya Mara pada Bisma.
Bisma menganggukkan kepalanya dengan pelan, "betul, tapi kenapa kita gak sampai-sampai ya. Hampir satu jam loh kita di sini," jawabnya.
"Terus gimana Bang?" tanya Sara mulai agak panik, "kita nyasar?"
"Sshh." Mara langsung menoleh ke belakang untuk menatap Sara, "jangan sembarangan ngomong."
"Coba kita tanya orang di luar aja," celetuk Bara.
"Hah? Orang?" tanya Sara dengan bingung.
"Iya, lo liat ke luar aja. Banyak orang kok itu, kayanya petani gitu deh," ujar Bara memberitahu.
"Coba Pah tanya," ucap Mara pada Bisma.
Bisma menganggukkan kepalanya seraya memelankan mobilnya di depan salah satu penduduk, "kamu yang tanya ya," ucap Bisma pada Mara.
"Iya," jawab Mara singkat.
Mobil terhenti di dekat penduduk yang terdiam. Mara langsung membuka jendela mobil dengan full. Angin dingin langsung masuk ke dalam mobil saat jendela dibuka dengan lebar.
"Permisi Pak, kami boleh tanya gak ya Pak? Sepertinya kami tersesat," ucap Mara pada penduduk yang masih terdiam.
Semuanya yang berada di dalam mobil terdiam karena penasaran. Mereka menatap penduduk lokal tersebut yang masih terdiam.
"Dia denger gak sih?" tanya Bara dengan pelan.
Sara menggelengkan kepalanya tidak tau, "gak tau, harusnya sih denger."
"Pak permisi, kami mau ke hotel A. Tapi sepertinya kami salah jalan," ucap Mara lagi.
Masih tidak ada respon dengan penduduk di depannya. Mara menghembuskan napasnya pelan seraya menutup kaca mobil dengan rapat. Mara menoleh ke arah Bisma yang terlihat bingung.
"Coba sama yang di depan Kak, siapa tau dijawab," ucap Sara memberi saran saat ia melihat penduduk lainnya di depan.
Bisma menganggukkan kepalanya mengerti dan kembali melajukan mobilnya dengan pelan. Sama seperti sebelumnya, Mara langsung menurunkan kaca jendela mobil. Ia langsung bertanya pada penduduk tersebut untuk meminta petunjuk.
Sama halnya dengan penduduk sebelumnya, penduduk yang baru saja Mara tanyakan tidak menjawab apapun. Semuanya yang berada di mobil hanya bisa menghembuskan napasnya pelan.
Tidak ada jawaban satupun dari penduduk lokal, membuat Bisma menghembuskan napasnya lelah. Ia kembali melajukan mobilnya di jalan setapak. Sedari tadi mobil melaju dengan kecepatan pelan, jalan yang tidak rata dan terus menanjak membuat mereka sedikit lelah.
"Kita istirahat di sini aja dulu, kayanya kalau tetep dilanjut gak bakal sampai deh. Ini kita bener tersesat," ujar Sara memberi saran.
Bara yang berada di belakangnya menganggukkan kepalanya setuju, "iya, kita istirahat di sini dulu aja Bang. Besok pagi pasti jalan keliatan. Siapa tau ada penduduk yang normal juga," ujarnya.
Bisma menghembuskan napasnya pelan seraya menganggukkan kepalanya setuju, "ya udah, kita istirahat aja di dalam mobil," ucapnya final.
Dengan rasa bingung yang terjadi, mereka semua mulai mengistirahatkan tubuhnya di dalam mobil. Berharap saat matahari terbit mereka bertemu dengan penduduk lokal yang dengan senang hati membantunya.
•••
Matahari bersinar terik dan menembus kaca jendela mobil. Mara mengerutkan dahinya bingung dan mulai terbangun dari tidurnya. Ia menatap keluar jendela yang terlihat hutan dengan pohon yang besar.
Mara membuka pintu mobil dan keluar untuk menghirup udara segar. Ia mengerutkan dahinya bingung saat melihat sekeliling mobilnya hanya ada jurang. Suara pintu mobil yang tertutup membuat Mara mengalihkan tatapannya.
"Kenapa?" Tanya Bisma bingung.
Mara menunjuk sekitarnya, "ini jurang, kanan kiri lagi. Kenapa mobil kita bisa masuk ke sini? Padahal tadi malam gak ada jurang?" Lalu ia melihat jalan yang sebelumnya mereka lewati, "kita harus keluar dari sini, tadi malem beneran gak beres."
"Gak beres?"
"Iya, kita gak fokus dikit tadi malem. Semuanya bisa masuk ke jurang, dan kemungkinan gak selamat."
•••