Allesya

Allesya

PUTUS

Allesya Maharani, biasa dipanggil Alle gadis itu tengah berada dibangku taman, bibirnya tak berhenti tersenyum cerah sebab hari ini adalah tiga tahun hari jadiannya dengan sang kekasih, Ares Sastra Wijahnto.

Yah mereka berhubungan sejak lama, ketika dia kelas 11 SMA dan Ares kelas 12 SMA, jarak usia mereka hanya beda 1 tahun.

Gadis yang tengah duduk ditaman itu awalnya agak heran, tak biasanya Ares merayakan hari jadian mereka ditaman. Biasanya Ares akan menyewa Cafe atau dinner romantis ditepi pantai.

Namun tak apa, yang terpenting bagi Alle dia bertemu dengan sang kekasih, karna hampir seminggu mereka tak bertemu.

Entah mungkin Aresnya yang sibuk karna dia adalah ketua bam beberapa Minggu nanti akan ada acara. Jadi Alle memakluminya.

Gadis dengan hodie berwarna biru, warna kesukaannya itu Masi menunggu.

Sudah terhitung satu jam dia menunggu ditaman itu, beberapa kali dia melihat jam yang melingkar ditangannya.

Tadi saat dia mengirim chatt, Ares hanya membalas tunggu saja.

Dan yah, Alle akan tetap sabar menunggu.

Taman mulai agak sepi, karna langit sedikit mendung padahal baru jam 4 sore namun cuaca seperti jam 6 sore karna mendung menutupi langit yang cerah dan berapa orang yang masih disana berjalan tergesa, mungkin takut hujan turun tiba-tiba.

Hingga tak lama suara sepatu ditempat yang cukup sunyi itu membuatnya beranjak, dia menoleh dengan wajah yang berbinar ketika mendapati sang kekasih datang, menyeryit ketika mendapati seorang wanita seumuran dengannya jalan bersisihan.

Tak ambil pusing, Alle segera berlari dan berhambur memeluk sang kekasih dengan erat.

"Sayang, aku udah lama nunggu kamu, lama banget" Alle berujar dengan suara manja, namun anehnya Ares tak membalas pelukannya, tak seperti biasanya.

Gadis yang mempunyai tinggi tak sebanding dengan sang kekasih lantas mendongak, menatap sang kekasih yang menatap acuh.

Tampak dingin, sesaat jantungnya berdegup kencang ketika melihat tatapan dingin yang tak pernah diberikan Ares padanya sebelumnya, dan lebih tepatnya.

Tak ada tatapan Cinta.

Memang, Ares tipe laki-laki yang cukup dingin diluar, namun jika dengan orang terdekatnya dia sangat manis.

Dan penuh perhatian.

Belum selesai dengan terkejutnya tiba-tiba saja Ares melepaskan pelukan Alle dengan keras namun tak menyakiti.

Lalu laki-laki itu mundur beberapa langkah, memberi jarak hingga posisi Ares lebih dekat dengan wanita yang bersamanya tadi.

"Al..."

"Gue Mau Putus"

Kalimat yang keluar dari mulut Ares bertepatan dengan suara petir yang bergelegar, sama halnya dengan suara jantungnya, Nyaris bersamaan.

Meskipun sempat terkejut, Alle hanya mengusap dadanya sekilas lalu tersenyum cerah kembali.

"Sayang, jangan bercanda deh, ini benar hari ini anniversary kita. Tapi kejutannya jangan gini dong, aku ngak suka" rujuknya dengan suara manja, berpikir ini hanya prank Ares semata mengingat ini adalah hari anniversary mereka.

Ares tak membalas ucapan Alle namun dia dengan tegas menggenggam tangan gadis disampingnya dan menatap Alle dengan tatapan dingin yang menusuk.

"Gue udah selingkuh sama Kara, 2 bulan yang lalu dan..."

Meskipun tak percaya mata Alle tak bisa dibohongi, mata bening gadis itu berkaca-kaca, bahkan air matanya nyaris tumpah, Alle mengigit bibir bawahnya.

"Kamu pasti bohong kan?"

Ares menggeleng sekali, "Dan Kara sedang hamil anak gue."

Alle menguatkan genggaman tangannya lalu kembali menggeleng keras "Kamu pasti bohong kan Res, kamu ngak mungkin kayak gitu."

Alle berusaha meraih tangan Ares yang satunya namun laki-laki itu semakin mundur membawa Kara dalam genggamannya.

Hingga sesaat Ares merogoh sesuatu dalam saku celananya dan melemparkannya pada Alle tepat didepannya.

Tanpa melihat dua kali Ares jelas tahu, itu adalah test pack kehamilan dan tepat saat dilempar tadi, test pack langsung mengarah padanya dengan jelas ada dua garis merah disana.

Dan Alle tak bodoh untuk bertanya apa maksudnya, namun dengan masih tersenyum gadis itu menggeleng, sangat tak percaya.

"Kamu ngak kayak gitu Res, aku tau itu, kamu cuma sayangnya sama aku."

Ares mendengus, cukup keras sampai Alle bisa merasakan, "Jangan naif Al, perasaan bisa berubah, gue muak dengan sikap mu yang selalu manja, dan selalu nempel sama gue."

Meskipun terdengar menyakitkan Alle tetap teguh pendirian, dia tak akan goyah, Ares bukan seperti itu.

"Tapi selama ini kamu tidak mempermasalahkan itu Ares, bahkan kamu tau aku ngak gampang akrab dengan orang baru, aku ngak punya teman, aku cuma punya kamu."

"Itu masalahnya, Lo harus punya teman ngak harus dekat sama gue terus-terusan gue risih."

Air mata Alle turun bertepatan dengan gerimis yang tiba-tiba datang, belum sempat membalas ucapan Ares. Laki-laki itu berlari manjauh sembari sebelumnya membentangkan jaket yang dilepas untuk melindungi Kara dari gerimis yang semakin besar.

Alle menggeleng tak percaya, dulu dia ada diposisi itu tapi, kenapa harus gadis itu yang ada didekat kekasihnya.

Setelah menenangkan diri, bukannya malah berteduh gadis itu kembali duduk, air matanya kembali deras. namun bibirnya terus bergumam.

"Ngak, ini pasti mimpi, Ares cuma mau ngasih kejutan yang lebih besar lagi, aku yakin."

Ares tadi mempertanyakan kenapa dia tidak berteman dengan orang manapun, padahal dia sendiri tau kenapa dirinya sampai tidak mau berteman dan hanya selalu disisi Ares semata.

Sekitar 2 jam hujan mengguyur tubuhnya, Alle memutuskan untuk pulang, tubuhnya mengigil dengan bibir yang semakin pucat.

Sebaiknya dia tidur, mungkin besok ketika dia bangun akan kembali normal seperti semula, Ares yang manis dan dengan segala perhatiannya.

Keesokan paginya, tubuh Alle terasa sangat panas, belum lagi kepalanya terasa sangat pusing.

Mungkin efek kehujanan kemarin ditamba sejak sore perutnya belum terisi makanan sedikitpun.

Gadis itu mengecek ponselnya, siapa tau ada pesan dari Ares. Namun nihil, terakhir hanya pesan kemarin.

Dia pun mengetik pesan untuk Ares.

Sayang, udah bangun?

Aku sakit, kepalaku agak pusing, tapi ngak apa-apa, aku pengen ketemu kamu. (p'_'o )

Terkirim 7.30.

Jangan Lupa Sarapan, Nanti Sakit.

Terkirim 7.31.

Setelah turun dari kamarnya yang ada dilantai 2 Alle segera menuju dapur, disana ada mbok Sari pembantu yang bekerja dirumah, tengah memasak. Dan nampaknya sudah selesai tinggal menghidangkan, Alle pun segera duduk.

"Loh, Non Alle, kayaknya pucat. Sakit? Tanyak mbok Sari setelah melihat wajah Alle.

Gadis itu tersenyum tipis, sembari menggeleng.

Memang mbok Sari tidak terlalu dekat dengan Alle, karna Alle pendiam.

selesai sarapan Alle menuju kampus.

Jarak yang lumayan jauh membuat Alle membutuhkan waktu 45 menit untuk sampai disana.

Sesampainya disana, baru saja dia turun dari mobil, Alle mendapati semua orang mantap aneh dengan dirinya, dan itu membuatnya tidak nyaman.

Kasihan yaa, gue kira hubungan mereka bakalan langgeng, soalnya kayak perangko sama kertas, nempel mulu sampe sempat dapat julukan.

Tapi risih juga ngak sih, kalo jadi Ares, tiap hari dikintilin mulu sama dia.

Tapi kasihan juga ngak sih, udah ortunya ngak ada, sekarang dia ditinggalin pacarnya.

Alle semakin mempercepat langkahnya, kupingnya terasa panas mendengarkan orang-orang yang mengunjingkan dirinya.

Baru saja akan berjalan menuju kelas bisnis dimana kelas Ares memang berbeda dengannya, karna dia jurusan bahasa. Dia mendapatkan 3 teman dekat Ares yang memang tidak terlalu dekat dengannya.

"Mau kemana Lo? mau nyamperin Ares? Dia ngak ada dikelas, lagi nyamperin pacarnya dikelas Sastra." ujar seorang berwajah judes.

Andre namanya, laki-laki itu memang teman pacarnya yang terlihat sangat membencinya, bahkan mungkin saja dia orang yang paling suka jika dirinya dan Ares berpisah.

Andre maju satu langkah, lalu tersenyum miring, "gue lebih setuju sama Kara sih, lebih kalem, cantik, mandiri ngak kayak Lo, manja dan nyusahin."

Alle menggigit bibir bawahnya, menahan sakit hatinya.

"Dedek Al muka Lo pucat, Lo sakit? Sini Abang temanin ke UKS, jangan dengarin botol kecap." ujaran penuh perhatian itu tak membuat Alle mendongak.

Namanya Leo, laki-laki yang cukup baik dan humoris. meskipun semenjak dia berpacaran dengan Ares, dia cukup tertutup dengan semua orang termaksud ketiga teman Ares.

Dan yang terakhir Tico, laki-laki dingin yang sangat cuek dengan keadaan, hanya beberapa kali Alle mendengar dia berbicara.

Keempat orang termaksud Ares adalah laki-laki tertampan yang cukup terpandang dikampusnya jadi tak heran jika salah ada masalah ataupun hal sepele akan menjadi topik hangat yang cepat menyebar.

Dan diam-diam Tico cukup kasihan dengan Alle, gadis pendiam itu sangat tertutup dan hanya akrab dengan Ares, semua orang tau Alle sudah tidak mempunyai keluarga.

"Udah lah Co, jangan peduliin gadis bisu, yang ngak tau diri ini."

Baru saja akan beranjak, suara deduman sesuatu terbentur kelantai cukup keras membuat ketiganya menoleh, diikuti pekikan beberapa pelajar.

"Astaga." pekik Andre, sembari berlari membantu Alle yang pingsan, dia memopong tubuh kecil Alle untuk membawa ke UKS.

"CK, Nyusahin. Pasti dia lagi caper aja."

Andre tak mengindahkan ucapan temannya itu, dia segera membawah tubuh Alle yang ternyata panas ke ruang UKS.

Setelah ditangani petugas, dia pun bergegas kekantin untuk membeli makanan karna dokter yang sedang mencek kondisi Alle berkata tubuh Alle lemah karna belum makan 2 hari.

"CK, tuh cewek yang sudah tidak jadi pacarnya Ares masih aja nyusahin, beban aja hidupnya." gerutu Leo ketika melihat Andre berlarian membawah bungkusan makanan dan minuman hangat yang diyakininya untuk Alle.

Mereka berdua memang tengah berada dikantin, setelah Andre Mambawa Alle. Leo mengajak Tico kekantin karna memang kelas akan dimulai 1 jam lagi.

"Untung aja udah putus, kalau ngak. Gue kasihan Ares ditempelin cewek manja dan bisu kayak dia."

"Loh bisa diam ngak sih? Beriiiisikkk..." tekan Tico dengan suara dingin dan tajamnya, wajahnya tidak menatap Leo namun suaranya yang menusuk membuat laki-laki yang terus menjelekkan Alle itu terus diam.

Tak lama kemudian, Ares datang dengan Kara. Disampingnya hal itu membuat seisi kantin cukup heboh berbisik-bisik dan senyum Leo bangkit seketika.

sedikit heran dengan hubungan keduanya, awalnya mereka tidak pernah bertegur sapa sebelumnya tapi kenapa bisa-bisa keduanya menjalin hubungan.

Kara memang bukan orang pendiam seperti Alle namun dia mahasiswa yang terbilang biasa saja, tidak terlalu menonjol karna kepintaran ataupun kecantikannya. Meskipun gadis itu memiliki rupa yang cantik.

"Wah, ini pasangan baru kita?" celutuk Leo ketika keduanya duduk didepan mereka.

"Andre kemana?" tanya Ares, ketika tak mendapati salah satu temannya itu.

Wajah Leo mendadak memalas "Lagi sibuk ngurusin si beban." degusnya dengan nada tak suka.

Alis Ares terangkat tak mengerti maksud Leo.

"Alle" jawab Andre melihat raut tak mengerti Ares.

Laki-laki itu hanya merespon dengan diam.

"Kenapa Alle?" itu bukan Ares yang tanya, melainkan Kara.

"Tadi dia pingsan." jawab Leo sembari melirik Ares, laki-laki itu tampak acuh, membuat Leo sedikit heran karna biasanya jika terjadi sesuatu dengan Alle dialah orang yang paling peduli, bahkan selama ini waktunya habis untuk Alle dan mereka jarang berkumpul mengingat Alle memang tidak terlalu akrab dengan orang-orang.

"Apa dia sakit karna hujan, hujanan kemarin ya?" gumam Kara pelan namun masi dapat di dengar.

"Hujan. Hujanan? Kenapa emangnya Ra?" tanya Leo penasaran.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Ares tiba-tiba ketika Kara hendak membalas pertanyaan Leo.

"Nasi goreng aja." jawab Kara dengan pelan.

Ares pergi untuk memesan makanannya dan juga Kara.

"Ohiya, gue kepo dengan hubungan kalian deh, gimana bisa kalian pacaran? Gue aja ngak pernah lihat kalian dekat." Leo kembali bertanya, bahkan kursinya sedikit dimajukan seakan siap mendengar cerita Kara.

Kara berdehem singkat "Udah sekitar dua bulanan sih."

"Apa?"

Leo sedikit berpikir, "Kok bisa? Padahal dua Minggu yang lalu gue lihat dia masi mesra-mesraan sama tuh cewek beban deh."

"Apa mungkin Kelian selingkuh dibelakang cewek beban itu?" tanya Leo menuduh dengan tatapan intimidasi, membuat Kara sedikit gelagapan takut dan wajahnya menjadi panik.

"Wahahahah...." tiba-tiba saja Leo tertawa cukup keras, membuat Kara menjadi heran dan Arga tak peduli. "Gue becanda, gue sih ngap apa-apa Kelian selingkuh kek, apa kek, tapi gue tetap dukung kalian, gue lebih suka loh sama Ares daripada sama cewek itu "

Kara bernafas lega dia takut jika ternyata teman-teman Ares membencinya tapi ternyata tidak.

Tak lama kemudian Andre datang dengan wajah capeknya yang langsung menyambar minuman Tico namun laki-laki itu hanya diam, sudah biasa dengan kelakuan seenaknya Andre.

"Ares? Kara?" tanya Andre setelah duduk disamping Arga.

"Emmm iya?" Kara menjawab dengan wajah malunya.

Andre hanya mengangguk tak peduli. "Kemana Ares?"

"Lagi pesanin Kara makan"

"Oh, Yo pesanin gue mie ayam dong."

Leo mendengus "Apaan dah datang-datang nyuruh-nyuruh, siapa juga yang nyuruh Lo bantuin sibeban, suruh noh dia yang pesanin ngerepotin aja."

"Cepat deh Yo, gue lapar. Lo mau nanti gue pingsan Lo bopong gue ke UKS?"

Leo mendelik, mantap Andre malas namun tetap berdiri dan memesankan makanan.

Hingga tak lama kemudian Ares datang, dia sendiri hanya memesan seporsi siomay dan memberikan Nasi gorengnya kepada Kara.

"Res, Alle tadi pingsan." ujar Andre tiba-tiba sedikit pelan takut menyinggung Kara yang dia dengar dengar menjadi kekasih temannya itu meskipun tidak tahu pasti kapan Ares dan Alle berpisah.

Ares menghela nafas pelan, namun terkesan tidak peduli. "Udah Lo bawak ke UKS kan?"

Andre mengangguk.

"Yaudah, udah bukan urusan gue lagi."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!