Meina Alfarez, seorang gadis cantik berumur 18 tahun yang sangat bar-bar binti sengklek ini adalah satu-satunya anak perempuan dari keluarga Alfarez. Keluarga yang kaya no1 yang sangat di segani oleh banyak klan mafia.
Dia juga mempunyai 2 saudara laki-laki yang jahilnya gak ke tulungan. bernama Delvin Alfarez 21 tahun, dan Dhilan Alfarez 15 tahun.
Masa-masanya di jalani dengan sangat bahagia, walaupun banyak orang yang ingin mencelakai keluarga dan dirinya. Tapi itu tidak masalah, dengan menyebut namanya saja musuh pun bergetar ketakutan. Bahkan ia di sebut sebagai Donna Morte (Ratu Kematian)
Setelah menginjak dewasa, Meina pun berkuliah di kampus milik keluarganya, walaupun banyak mahasiswanya yang tidak mengetahui identitas asli Meina. Banyak yang mengagumi kepintaran dan juga kecantikannya dan ada juga yang iri.
Semuanya berubah ketika seorang lelaki bernama Akara Antares, yang sangat teguh akan imannya mulai datang ke dalam hidupnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amari Antares, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
𖤓HAPPY READING𖤓
Sekitar 1 jam lebih muter-muter di taman, Delvin pun memutuskan untuk pulang, apalagi ia melihat adiknya sudah mengantuk seperti itu.
"Pulang yuk." ajak Delvin, Dhilan tak menjawab ia hanya menganggukkan kepalanya.
motor mereka ber dua pun meninggalkan taman yang cukup ramai itu, sampai mereka melewati jalan yang cukup sepi, hanya ada lampu jalan yang remang-remang menyinari nya.
Sciittt....
Delvin memberhentikan motornya secara mendadak, sepertinya Dhilan yang ngantuk pun langsung cenghar dan rewas.
"Bang Vin gimana sih." Dhilan langsung menepuk pundak Delvin dengan keras.
Prok..
Prok..
Prok..
Prok..
Prok..
Terdengar suara tepukan tangan dari arah depan.
ternyata alasan Delvin berhenti mendadak itu ada orang yang hajat sampai makan bahu jalan, yah bukan dong tapi ada 2 mobil hitam yang berhenti di tengah-tengah menghalangi mereka.
Di salah satu mobilnya, ada seorang wanita yang sedang duduk di atas cap mobil menumpang kaki dengan pakaian ketat dan celana pendek berwarna merah hitam jadar bukan 🤣
"Tuh perempuan apa bukan iya, terus itu bajunya kaya gitu gak dingin apa, aku aja yang gini dingin minta ampun." bisik Dhilan yang lagi-lagi membuat Delvin tak habis fikir dengan otak adiknya ini.
Jelas-jelas mereka dalam kondisi "berbahaya" masih aja sempet nanya yang begituan.
"Dhilan kamu diam di sini iya." Delvin pun turun menghampiri sekumpulan orang-orang tersebut.
"Hai sayang sudah lama tidak bertemu." betapa terkejutnya Delvin ketika melihat bahwa perempuan itu adalah Sophia.
"Apa yang kau ingin, menjauhlah dari ku." ujar Delvin dengan nada marah.
Dhilan masih saja memperhatikan dari kejauhan, entah abangnya itu bicara apa, tanpa menghiraukan nasihat abangnya tadi Dhilan malah menghampiri Delvin.
Dasar iya emang si Dhilan ini kepo akut. "Siapa bang, temen abang ya?" tanyanya dengan wajah polos.
Sontak Delvin pun terkejut ketika melihat Dhilan sudah berada di sampingnya.
"Kan udah abang bilang diam di sana." bisik Delvin jengkel, benar-benar ia ingin karungin adiknya terus lempar ke laut.
"Lah abang, gelap di sebelah sana Dhilan takut." jawabnya dengan ketus yang membuat Delvin menepuk jidatnya.
"Halo tampan, perkenalkan aku ini calon istri abang mu." Sophia pun mengarahkan tanganya, tapi Dhilan hanya cuek aja.
"Apaan kamu ini Phia, sudah cukup aku ingin pergi jangan halangi aku." balas Delvin sambil menepis tangan Sophia.
Sontak para anak buah Sophia pun keluar dari mobil sambil mengarahkan senjata kepada mereka ber dua.
Sophia tertawa, suara yang nyaring dan penuh ejekan. "Jangan pura-pura gak kenal, Delvin. Aku tahu semua tentangmu." Dia menunjuk ke arah Dhilan. "Termasuk adikmu yang manis ini."
"Tahan, Delvin ikutlah denganku aku benar-benar merindukanmu." ucap Sophia dengan manja. Dhilan yang melihatnya pun memunculkan ekspresi ingin muntah, yang membuat Sophia ingin sekali menendangnya.
"Kalau abang ku gak mau jangan di paksa Mbak, gak tahu malu banget jadi cewe." balas Dhilan dengan wajah datar.
Mendengar perkataan Dhilan membuat Sophia naik pitam, ia melangkah mendekati Dhilan dan hendak menampar nya.
Sebelum tamparan itu berhasil, tangan Delvin sudah mencegahnya terlebih dahulu.
"LEPASKAN DELVIN!! LEPAS, LEPASKAN TANGAN GUE!!!" teriak Sophia karena Delvin menggengam tanganya dengan kencang.
"Gue lepasin, asalkan lo jangan ganggu gue lagi." ujar Delvin dengan tatapan mengerikan, Dhilan saja sampai merinding ini baru pertama kalinya ia melihat abangnya semarah itu.
Delvin pun melepaskan genggamannya dan langsung menarik tangan Dhilan untuk pergi menjauh.
"Brengsek." gumam Sophia "KALAU GUE GAK BISA MILIKIN LO, ORANG LAIN JUGA TIDAK." Sophia memerintahkan anak buah nya untuk menangkap Delvin tanpa luka sedikit pun.
DOR
Suara tembakan mengarah ke arah Delvin dan Dhilan tapi seperti di sengaja meleset.
Merasa berbahaya Delvin pun langsung mengeluarkan bom asam dari bawah celana dan melemparnya ke arah belakang.
"Ayo Dhilan." Delvin menarik tangan Dhilan dan berlari, ke arah sebaliknya tapi sayangnya mereka berdua telah di kepung.
"Wah siapa mereka bang, temen abang banyak banget." ujar Dhilan, Delvin hanya fokus tidak menggubris perkataan Dhilan tadi.
Delvin pun menyuruh Dhilan untuk mundur ke belakangnya.
"KALAU KAU BENAR-BENAR TIDAK MAU IKUT DENGANKU BUKTIKAN!!" suara Sophia begitu menggelegar di antara sunyinya malam.
Delvin tak bisa lagi bersembunyi, akhirnya pertarungan sengit pun terjadi. Untungnya Delvin jago bela diri karena di ajari kakeknya dulu.
BUAGH..
DOR..
DOR..
BRUGH..
Satu persatu anak buah Sophia pun tumbang terkena pukulan Delvin bertubi-tubi.
"Eh jangan ngarahin pistol itu ke gue, gak sopan, ambil nih-ambil." Dhilan pun melempari anak buah Sophia dengan batu kerikil. "Nih ambil nih."
Merasa jengah dengan perilaku bocil yang ada di hadapannya, anak buah Sophia pun langsung saja memukul kepala Dhilan dengan tongkat kayu, untung saja Dhilan dengan refleks menghindar cepat.
"Aduh jangan main kasar bang." Dhilan pun langsung menendang perut penjahat itu dengan kencang hingga jatuh tersungkur.
Sophia yang melihat anak buah nya pada tumbang pun merasa kewalahan dengan apa yang harus dia perbuat.
Di tengah pertarungan yang sengit itu, Sophia tiba-tiba mengeluarkan pisau kecil yang berkilau di bawah cahaya lampu mobil. Dia menusuk ke arah Delvin, namun Delvin berhasil menangkisnya. Pisau itu mengenai lengannya, merobek jaket kulit dan melukai kulitnya. Darah segar mengalir, membasahi aspal yang dingin. Delvin meringis kesakitan, tetapi tetap melawan dengan gigih.
Dengan satu tendangan keras, Delvin berhasil menjatuhkan salah satu preman. Namun, preman lainnya langsung menyerangnya dari belakang. Delvin terhuyung, tubuhnya oleng. Sophia memanfaatkan kesempatan itu, menusuk lagi, kali ini mengenai perut Delvin. Delvin jatuh tersungkur, merasakan sakit yang menusuk.
Sophia mendekat, pisau yang masih terhunus di tangannya. "Ini baru permulaan, Delvin," katanya, suaranya dingin dan penuh ancaman. Dia menoleh ke arah Dhilan, tersenyum sinis. "Kau akan menjadi milikku juga."
Sebelum Sophia bisa melakukan apa pun, sebuah mobil tiba-tiba muncul dari arah berlawanan. Sophia dan premannya melarikan diri dengan mobil hitam mereka, meninggalkan Delvin dan Dhilan yang terluka dan dalam keheningan malam. Hanya aroma darah dan tanah basah yang tersisa sebagai saksi bisu pertarungan sengit itu..
*
*
*
*
*
"Kok anak-anak belum pulang sayang." Amari benar-benar merasa khawatir ia terus saja memandang keluar jendela berharap putra atau putrinya mereka tiba.
Kinaan hanya diam saja sambil memandang ponsel, ternyata ia sedang berbicara dengan anak buah mengenai penelusuran di mall tadi.
"Siapa dia?" 📱
"Dia hanya lah seorang pemuda saja, dia bilang hanya iseng menjatuhkan koper tersebut." 📱
"Hanya iseng, putraku bisa saja tiada tadi." 📱
"Apa yang harus aku lakukan?" 📱
Kinaan pun berpikir sejenak, ia ingin sekali menghajar orang yang hampir membuat anaknya celaka, tapi dia hanya seorang pemuda biasa.
"Sudah lah ampuni saja dia, tapi belikan dia sedikit saja pelajaran, sedikit.📱
" Baik tuan."📱
panggilan pun berakhir...
"Apa kau sudah menemuinya?" tanya Amari tapi matanya masih saja menatap jendela.
"Dia bahkan tidak mau menatapku lama, sepertinya aku tidak berani lagi untuk bertemu dengannya, lirikan matanya saja penuh kebencian dan rasa sakit." jawab Kinaan.
"Aku tahu, tapi kita harus membenarkan bahwa kecelakaan itu bukanlah kesalahan kita." balas Amari.
"Apa kau meyakini bahwa mereka berdua belum tiada?" tanya Kinaan dengan wajah serius.
"Pemikiran ku berkata demikian, tapi kita tidak ada petunjuk mengenai keberadaan mereka selama 15 tahun ini." ungkap Amari.
"15 tahun bukan lah waktu yang singkat." sambung Kinaan.
"Kau benar, bukanlah waktu yang singkat."-
Drtt...
" Kinaan maaf menganggu waktumu."📱
"Tidak masalah Revan, ada apa!?"📱
" Di mana Dhilan, apakah dia ada di rumah!?"📱
"Dia sedang pergi keluar bersama Delvin." 📱
"Oh benarkah? aku hanya memberi tahu bahwa sepeda listriknya sudah selesai di perbaiki." 📱
"Karena saat aku menghubungi Dhilan, Delvin, tidak aktif sedangkan Meina dia tidak menjawabnya." 📱
"Kau benar, baik lah." 📱
Revan pun menutup panggilan tersebut, merasa ada yang janggal Kinaan pun mencoba menghubungi nomor putra putri mereka.
-
-
See you again🥰
kok senang produk luar.anak bangsa jg banyak yg ganteng.Sy penggemar Drakor mbok ya visual nya jangan slalu orang Korea