NovelToon NovelToon
Gadis Magang Milik Presdir

Gadis Magang Milik Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Black moonlight

Demi melanjutkan pendidikannya, Anna memilih menjadi magang di sebuah perusahaan besar yang akhirnya mempertemukannya dengan Liam, Presiden Direktur perusahaan tempatnya magang. Tak ada cinta, bahkan Liam tidak tertarik dengan gadis biasa ini. Namun, suatu kejadian membuat jalan takdir mereka saling terikat. Apakah yang terjadi ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehidupan Anna

Siang hari itu, matahari menembus kaca jendela rumah sakit dengan cahaya yang hangat tetapi menyilaukan. Anna duduk di tepi ranjang, tangannya masih sedikit bergetar ketika ia merapikan kemeja polos yang dikenakannya semalam. Meski dokter sudah mengizinkan ia pulang, rasa lemas masih menguasai seluruh tubuh. Namun ia memaksa berdiri, memaksa tersenyum, seakan ingin menepis kenyataan bahwa dirinya baru saja pingsan karena kelelahan di tempat kerja.

Gema berdiri di dekat pintu, tangan terlipat di dada. Sementara Liam, meski tak banyak bicara, tetap berdiri tak jauh darinya. Aura canggung memenuhi ruangan, seakan setiap kata yang ingin terucap terperangkap di tenggorokan masing-masing.

Anna merapikan rambutnya yang kusut. Pada saat itu, ia melihat pantulan dirinya di kaca lemari—wajah pucat dengan lingkar mata gelap yang tidak bisa berbohong betapa kerasnya hari-hari terakhir ini. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.

Sebelum ia selesai membereskan barang-barangnya, sebuah suara pelan memanggil,

“An…”

Anna menoleh. Liam yang memanggil.

Ia menelan ludah, gugup, tidak tahu harus merespons apa. Ia hanya menatap Liam sebentar lalu kembali sibuk dengan barang-barangnya. Tapi Liam melangkah mendekat.

“Saya…” Liam memulai, suaranya terdengar serak seolah kata-kata itu lama tertahan.

“Saya minta maaf.”

Gema yang mendengar itu berhenti bersandar dan mengalihkan pandangannya pada Liam—seakan ingin memastikan telinganya tidak salah.

Anna mengangkat wajah perlahan. Sorot matanya kosong, bingung, dan penuh kehati-hatian.

Liam mengembuskan napas panjang.

“Saya keterlaluan. Saya membawa konflik pribadi ke dalam ruang profesional. Dan saya menyadari itu hanya karena… kejadian ini membuka mata saya.”

Anna menggigit bibir bawahnya, menahan emosi yang tiba-tiba naik ke tenggorokan. Ia tidak pernah berharap permintaan maaf itu datang—jangankan permintaan maaf, perlakuan setara pun rasanya sudah cukup baginya.

Namun ucapan itu justru membuat hatinya remuk.

Air mata mulai menetes tanpa bisa ia cegah. Ia buru-buru menyeka, malu jika terlihat terlalu rapuh.

Dengan suara yang nyaris putus, Anna berkata,

“Saya… tidak masalah, Pak. Saya memang salah soal teh panas itu. Saya juga kurang hati-hati… tapi…”

Ia menghela napas gemetar.

“Tolong beri saya kesempatan yang seharusnya. Saya butuh magang ini. Kalau tidak lanjut… mungkin saya harus berhenti kuliah. Dan kalau saya berhenti kuliah…”

Anna menatap lantai.

“Keluarga saya mungkin akan menyuruh saya pulang dan menikah di kampung.”

Kata terakhir itu membuat ruangan seolah membeku.

Liam terdiam. Gema bahkan ikut meluruskan tubuhnya, tidak menyangka Anna membawa beban seberat itu di balik wajah polosnya.

Anna mengusap air mata, memaksa senyum kecil.

“Saya tidak manja, Pak. Kalau harus kerja keras saya siap. Tapi tolong… jangan beri saya tugas yang bukan untuk diuji coba kemampuan manusia.”

Ia menunduk rendah, suaranya melemah.

“Saya hanya ingin kesempatan yang adil.”

Liam tertunduk. Untuk pertama kalinya, ia tidak punya argumen, tidak punya pembenaran. Ucapannya sebelumnya—tegas, dingin, penuh gengsi—hancur begitu saja oleh kejujuran sederhana gadis itu.

Ia baru menyadari sesuatu:

Anna bukan tidak mampu. Anna hanya tidak diberi ruang untuk bernapas.

Setelah beberapa detik yang terasa sangat panjang, Liam berkata pelan,

“Kamu bisa lanjut.”

Anna mengangkat wajah cepat, matanya membesar.

Liam melanjutkan,

“Kamu akan tetap menjadi sekretaris pribadi sementara. Dengan upah dan kompensasi yang sesuai. Tidak ada lagi perlakuan tidak adil. Tidak ada ‘tes khusus’.”

Gema tersenyum kecil—senyum lega yang sejak tadi tidak muncul.

Anna menutup mulutnya dengan tangan, menahan isak haru.

“Terima kasih… terima kasih banyak, Pak.”

Ia membungkuk dalam, meski tubuhnya masih terasa lemas.

Gema kemudian menepuk bahu Anna.

“Sudah, jangan kebanyakan mikir. Fokus sembuh dulu. Besok belum perlu masuk. Kami urus administrasinya.”

Anna mengangguk pelan.

Dokter memberikan berkas terakhir dan mengizinkan Anna pulang. Mereka berjalan bertiga menyusuri koridor rumah sakit. Lampu-lampu putih bersinar redup, suara instrumen medis terdengar samar di kejauhan.

Setiap langkah Anna terasa berat, bukan karena sakit, tetapi karena malu sekaligus terharu—dua lelaki yang tadi membuatnya bekerja setengah mati kini mengantar pulang dengan sikap yang jauh lebih manusiawi.

Ketika mereka keluar dari pintu utama rumah sakit, udara panas kota langsung menyergap. Gema membuka pintu mobil, mempersilakan Anna masuk. Liam duduk di sisi lain, tetap diam namun rautnya jauh lebih lembut dari sebelumnya.

Perjalanan pulang tidak banyak percakapan. Gema hanya sesekali mengecek keadaan Anna—apakah pusingnya kambuh, apakah ia ingin mampir membeli sesuatu. Liam lebih banyak menatap keluar jendela, pikiran melayang-layang, sepertinya masih memikirkan bagaimana ia bisa begitu keras pada seseorang yang bahkan ia tidak benar-benar kenal.

Mereka tiba di kontrakan Anna sekitar tiga puluh menit kemudian.

Kontrakan petak itu kecil—sangat kecil. Saat Anna membuka pintu, ruangan itu terlihat tidak lebih besar dari walk-in closet di rumah Liam. Tempat tidur tipis, meja belajar kecil, dan kompor portable di pojok ruangan. Cat dinding yang mulai mengelupas hanya semakin menonjolkan betapa sederhana hidup Anna.

Gema menghela napas pendek.

“Ya ampun, An… kamu tinggal di sini?”

Anna tersenyum kikuk.

“Iya, Pak. Dekat sama halte. Jadi lumayan hemat.”

Liam hanya berdiri diam. Tapi ekspresi wajahnya jelas menunjukkan sesuatu berubah.

Bukan kasihan—lebih tepatnya, memahami.

Memahami mengapa Anna tidak pernah menyerah meski didorong hingga titik hancur.

Memahami mengapa gadis itu bangkit setiap kali ia coba jatuhkan.

Anna membutuhkan hidup yang lebih baik—dan magang ini adalah satu-satunya pintu.

Anna menatap mereka berdua sambil memeluk tas kecilnya.

“Terima kasih banyak sudah nganter. Maaf merepotkan…”

“Gak repot sama sekali An” jawab Gema cepat.

“Sudah istirahat ya. Jangan mikir kerjaan dulu.”

Anna mengangguk.

Liam menatap Anna sebentar. Ia tidak tahu harus mengatakan apa, jadi ia hanya menyampaikan satu hal yang paling penting.

“Sampai ketemu di kantor setelah kamu pulih.”

Anna tersenyum tipis.

“Iya, Pak. Saya akan lebih kuat nanti.”

Pintu kontrakan tertutup pelan.

Dan untuk pertama kalinya, Liam merasa sangat tidak yakin—bukan pada Anna, tetapi pada dirinya sendiri.

Karena gadis magang yang hampir ia hancurkan itu ternyata lebih kuat daripada seluruh ekspektasi yang pernah ia miliki.

1
Noer Edha
karya ini membuat kita masuk dalm arus ceritqnya...setiap kalimatx tersusun..dan memuaskan bagi sqya yang membacanya..
Evi Lusiana
sial bner nasib ana thor punya boss ky gk puny hati
Evi Lusiana
dasar boss aneh,msih mencari² titik lemah ny seseorang yg bnr² cerdas
Evi Lusiana
kesempatan datang bwt ana
Drezzlle
udah jatuh tertimpa tangga ya rasanya pasti
Evi Lusiana
betul kt lusi,ceo kok gk profesional
Evi Lusiana
egois gk sih si liam,jd bos besar hrsny profesional kko pun mo memberi hukuman sm ana y gpp tp jgn smp smua org jd mengucilkany krn kmarahan liam sm smuany
Evi Lusiana
bagus critany thor,perusahaan yg tdk hny mnilai fisik lbih k kmampuan calon karyawan ny
Evi Lusiana
percayalah ana tiada perjuangan gg sia2
Evi Lusiana
mewek bacany thor,bayangin hdp merantau sndr menanggung beban sndri
Evi Lusiana
semangat ana kebahagiaan menantimu
Valen Angelina
makanya Liam jgn jahat2 ..nnti jatuh cinta gmn wkwkwkw🤣
Valen Angelina
bagus ceritanya...moga lancar ya 💪💪💪
Valen Angelina
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!