Seoul tidak pernah tidur, tetapi bagi Han Ji-woo, kota ini terasa seperti sedang koma.
Di bawah gemerlap lampu neon Distrik Gangnam, Ji-woo duduk di bangku taman yang catnya sudah mengelupas, menatap layar ponselnya yang retak. Angin musim gugur menusuk jaket tipisnya yang bertuliskan "Staff Event". Dia baru saja dipecat dari pekerjaan paruh waktunya sebagai pengangkut barang bagi para Hunter (pemburu).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dosa Sang Pemenang
Judul Bab: Dosa Sang Pemenang
PANTULAN YANG KAYA RAYA
Lantai 10: The Lake of Reflection.
Han Ji-woo, Yuna, dan Valerius berdiri di atas permukaan air yang tenang laksana cermin. Langit di atas mereka berwarna ungu gelap, dipenuhi bintang-bintang yang membentuk simbol mata uang dari berbagai dimensi.
"Sepi sekali," bisik Yuna. "Tidak ada monster?"
"Monster di sini ada di bawah kaki kita," kata Ji-woo, menatap bayangannya sendiri di air.
Tiba-tiba, bayangan Ji-woo di air berhenti meniru gerakannya.
Saat Ji-woo mengangkat tangan kanan, bayangan itu mengangkat tangan kiri.
Saat Ji-woo mengerutkan kening, bayangan itu tersenyum lebar—senyum serakah yang memperlihatkan gigi emas.
Air di depan mereka mendidih.
Bayangan itu merangkak naik keluar dari permukaan danau.
Sosok itu memiliki wajah Han Ji-woo. Tapi penampilannya... berlebihan.
Dia memakai Zirah Beban Hidup (Lantai 2), tapi dilapisi emas.
Dia memegang Pedang Meleset di tangan kiri dan Tongkat Sihir di tangan kanan.
Di lehernya tergantung Cek 10 Triliun (yang hilang di Arc 3).
Di jarinya ada sepuluh cincin permata.
Sistem Menara memberikan notifikasi merah darah:
[BOSS LANTAI 10: THE HOARDER (SANG PENIMBUN)]
Deskripsi: Manifestasi dari semua harta yang pernah kau miliki, kau buang, atau kau inginkan.
"Halo, Ji-woo," suara The Hoarder berat dan bergema. "Kau membuang kami. Kau menolak kekayaan demi kekuatan sesaat. Kau pikir kami tidak sakit hati?"
The Hoarder mengangkat tangannya. Ribuan koin emas melayang di udara.
"Sekarang, rasakan beratnya Aset yang kau sia-siakan!"
BERATNYA MASA LALU
The Hoarder menyerang.
SKILL: ASSET BOMBARDMENT.
Koin-koin itu melesat seperti peluru senapan mesin.
TATATATA!
Ji-woo memutar Linggis Sengsara-nya untuk menangkis.
TING! TING! TING!
Setiap koin yang dia tepis terasa sangat berat.
"Valerius! Analisis!" teriak Ji-woo sambil mundur.
"Itu bukan koin biasa!" Valerius bersembunyi di balik jubah tirai Ji-woo. "Itu adalah Opportunity Cost (Biaya Peluang)! Setiap koin mewakili momen di mana Anda bisa jadi kaya tapi memilih jadi miskin! Beratnya adalah berat penyesalan!"
The Hoarder melangkah maju. Langkahnya membuat danau bergetar.
"Ingat 10 Miliar dari Park Min-ho yang kau tolak? TERIMA INI!"
Dia melemparkan bongkahan emas raksasa.
Ji-woo menghindar. Bongkahan itu menghantam air, menciptakan ledakan ombak.
"Ingat Cek 10 Triliun Yuna yang hangus? TERIMA INI!"
Dia menembakkan laser kertas tajam.
Ji-woo terpojok. Musuh ini menggunakan semua "Potensi Kekayaan"-nya sebagai senjata. Dan karena Ji-woo sering membuang peluang kaya, amunisi musuh tak terbatas.
"Kau munafik, Ji-woo!" teriak The Hoarder. "Kau bilang kau suka miskin, tapi jauh di lubuk hatimu, kau takut menjadi tidak berdaya! Kau menimbun kekuatan, sama seperti orang lain menimbun emas!"
Kata-kata itu menusuk lebih tajam dari koin emasnya.
Aura Ji-woo meredup. Apakah dia benar-benar munafik?
The Hoarder melihat keraguan itu. Dia menyeringai dan mengangkat Pedang Meleset (versi emas).
"Mati kau, Pecundang!"
KEKUATAN RONGSOKAN
Pedang emas itu terayun ke leher Ji-woo.
Tapi... pedang itu meleset.
Bilahnya berbelok drastis ke kiri, nyaris memotong telinga The Hoarder sendiri.
"JANGAN ATUR AKU!" teriak pedang itu (yang ternyata masih punya kepribadian pengecut).
The Hoarder kaget. "Apa?! Aku sudah melapisimu dengan emas! Kenapa kau masih meleset?!"
Ji-woo melihat kejadian itu. Dia tertawa kecil.
"Kau salah paham, Bayangan."
Ji-woo berdiri tegak, memegang Linggis Sengsara-nya yang jelek dan berkarat.
"Kau menimbun barang-barang itu, melapisinya dengan emas, dan menganggapnya berharga. Tapi kau lupa sifat asli mereka."
Ji-woo menunjuk Pedang Meleset di tangan musuh.
"Pedang itu pengecut. Emas tidak mengubah sifatnya."
Ji-woo menunjuk Zirah Beban di tubuh musuh.
"Zirah itu berat. Emas hanya membuatnya makin berat."
"Kau bukan 'Sang Penimbun'," kata Ji-woo. "Kau cuma Tukang Loak yang Salah Kostum."
Ji-woo mengaktifkan Skill Linggisnya: Tetanus Shot & Chicken Curse.
"Ayo kita lihat seberapa 'Mahal' dirimu kalau sudah karatan!"
Ji-woo menerjang maju.
SKILL: RUSTY REVOLUTION (REVOLUSI KARAT).
Dia tidak memukul The Hoarder. Dia memukul Armor-nya.
Ujung linggis yang mengandung virus karat menusuk lapisan emas Zirah The Hoarder.
KREK... HISS...
"Tidak! Emasku!" The Hoarder panik melihat noda cokelat menyebar di baju zirahnya. Emas murni itu berubah menjadi besi tua rapuh dalam hitungan detik.
"Valerius! Yuna! Serang mentalnya!" perintah Ji-woo.
Yuna berdiri dan berteriak:
"HOI! GAYAMU NORAK! CINCIN SEPULUH JARI ITU KAMPUNGAN!" (Serangan Fashion).
Valerius menambahkan:
"TUAN! ANDA BELUM BAYAR PAJAK KEPEMILIKAN EMAS ITU! DENDA 500%!" (Serangan Audit).
The Hoarder goyah. Dia diserang secara fisik, estetika, dan administratif.
"Diam! Aku kaya! Aku berkuasa!"
The Hoarder mencoba lari, tapi dia tersandung. Kenapa?
Karena dia memakai Cincin Kesialan di jari kakinya (dia serakah, jadi semua jari dipakai).
GEDEBUK.
Raksasa emas itu jatuh tertelungkup. Barangnya berhamburan.
LIKUIDASI ASET
Ji-woo melompat ke punggung The Hoarder yang sedang berusaha bangun (tapi keberatan beban).
Ji-woo menempelkan ujung linggisnya ke leher musuh.
"Kau tahu bedanya aku dan kau?" bisik Ji-woo.
"Apa?!" geram The Hoarder.
"Aku tahu kapan harus Melepaskan (Let Go)."
Ji-woo menekan linggisnya.
SKILL: FORCED DONATION (SEDEKAH PAKSA).
Cahaya hitam keluar dari linggis, menyebar ke tubuh The Hoarder. Skill ini memaksa target untuk melepaskan kepemilikan asetnya.
Satu per satu, item di tubuh The Hoarder terlepas dan melayang pergi, berubah menjadi butiran cahaya yang menghilang ke langit.
Zirah emas... hilang.
Pedang... hilang.
Cek Triliunan... hilang.
Tubuh The Hoarder menyusut. Dari raksasa emas, dia kembali menjadi bayangan hitam kecil yang polos.
Dia terlihat... lega.
"Ringan..." gumam bayangan itu. "Rasanya ringan sekali..."
Ji-woo turun dari punggung bayangan itu. Dia mengulurkan tangan.
"Bangunlah. Kau tidak butuh semua sampah itu untuk jadi kuat."
Bayangan itu meraih tangan Ji-woo.
Saat mereka bersalaman, bayangan itu tersenyum, lalu melebur masuk ke dalam tubuh Ji-woo.
TING!
[FLOOR 10 CLEARED!]
[BOSS DEFEATED: EGO GREED]
Anda telah menerima bagian diri Anda yang hilang.
REWARD:
[SKILL PASIF BARU: BANKRUPTCY AURA (AURA KEBANGKRUTAN)]
Efek Area: Membuat musuh di sekitar Anda merasa miskin, menurunkan moral dan statistik mereka sebesar 50%.
Ji-woo merasakan kekuatan baru mengalir.
"Aura Kebangkrutan? Wow, sekarang aku benar-benar jadi wabah berjalan."
Yuna dan Valerius mendekat.
"Bos," kata Yuna. "Pintu keluar sudah muncul. Tapi bentuknya aneh."
Di tengah danau, muncul sebuah tangga spiral yang menuju ke langit. Tapi tangga itu transparan dan terlihat rapuh.
[SELAMAT! ANDA TELAH MENYELESAIKAN 'MENARA BAWAH' (LOWER TOWER)]
[LANTAI 11-20 ADALAH 'MENARA TENGAH' (MIDDLE TOWER)]
[PERINGATAN: DI MENARA TENGAH, KONSEP 'UANG' AKAN BERUBAH]
"Berubah bagaimana?" tanya Valerius cemas.
Sebuah suara sistem menjawab:
[DI MENARA TENGAH, MATA UANGNYA ADALAH 'FOLLOWER' (PENGIKUT/POPULARITAS).]
[SELAMAT DATANG DI ERA STREAMING.]
Ji-woo melongo.
"Jangan bilang... kita harus jadi YouTuber?"
Sebuah drone kamera kecil muncul entah dari mana, berdengung di depan wajah Ji-woo. Lampu merah 'REC' menyala.
[LIVE STREAMING DIMULAI DALAM 3... 2... 1...]
[JUDUL: PETUALANGAN GELANDANGAN OP DI MENARA!]
"Matikan! Aku tidak mau jadi konten!" teriak Ji-woo, mencoba memukul drone itu dengan linggis.
Tapi drone itu menghindar lincah.
Komentar netizen mulai bermunculan di udara (hologram).
User123: Wah, MC-nya miskin banget.
SultanGaming: Bajunya dari gorden? Unik! Subscribe!
Hater_01: Senjatanya karatan. Dislike.
Wajah Ji-woo memerah padam.
"Ini mimpi buruk baru..."