NovelToon NovelToon
Kusebut Namamu Dalam Doaku

Kusebut Namamu Dalam Doaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Janda / Selingkuh / Cerai / Pelakor / Pelakor jahat
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mutia Muthii seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Zulfikar Nizar selama 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yang cantik. Zulfikar adalah doa Mutia untuk kelak menjadi pasangan hidupnya namun badai menerpa rumah tangga mereka di mana Zulfikar ketahuan selingkuh dengan seorang janda bernama Lestari Myra. Mutia menggugat cerai Zulfikar dan ia menyesal karena sudah menyebut nama Zulfikar dalam doanya. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Dito Mahesa Suradji yang mengatakan ingin melamarnya. Bagaimanakah akhir kisah Mutia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ditabrak Dengan Sengaja

Mutia akhirnya menemukan rumah baru yang lain, ia berharap kali ini akan menemukan kedamaian di rumah baru ini dan tidak lagi berurusan dengan Luluk. Sejujurnya saat ini Mutia hanya ingin hidup yang tenang dan tidak mau banyak drama. Namun entah mengapa drama selalu saja datang menghampirinya tanpa diminta. Mutia dan kedua anaknya membersihkan rumah dengan gotong royong kemudian mereka melaksanakan salat bersama. Mutia nampak berdoa pada Tuhan setelah selesai salat untuk meminta kekuatan dan ketabahan dalam menjalani hidup ini. Selepas salat, kini Mutia mulai mencari makan malam untuk mereka bertiga, dengan yang sangat minim tentu saja ia tak dapat membeli banyak makanan. Hanya dapat membeli untuk kedua anaknya tapi ia sendiri pun tak masalah akan hal itu. Baginya yang terpenting adalah anak-anak bisa makan.

"Bunda kok gak makan?" tanya Sephia.

"Bunda nggak lapar, kalian bisa makan saja," jawab Mutia.

Namun Sephia paham bahwa sang bunda bohong nampak tak menghabiskan semua makanan itu, ia membuat separuh makanan itu untuk Mutia.

"Nggak perlu, Bunda nggak lapar."

"Tapi aku lihat Bunda pucat sekali tadi."

Tentu saja Mutia begitu terharu dengan apa yang dilakukan oleh anaknya ini. Ia pun menerima itu dengan senang hati. Bukan hanya Sephia namun Sania pun juga melakukan hal yang sama seperti kakaknya. Ia juga tidak mau membuat Mutia tidak makan walau Mutia mengatakan tidak perlu sampai kedua anaknya melakukan semua ini.

"Pokoknya Bunda harus makan."

"Iya Nak, Bunda akan makan."

Mutia sangat bahagia dan bersyukur walau dengan penuh kekurangan, ia dan kedua anaknya bisa hidup dan masih bisa makan.

****

Lestari dinyatakan hamil oleh dokter, wanita itu bahagia bukan main dan memberitahu pada Zulfikar mengenai kehamilannya namun entah mengapa Lestari merasakan bahwa suaminya itu seolah tidak bahagia mendengar soal kehamilannya ini.

"Mas, kamu kok kayaknya gak bahagia saat tahu saat ini aku sedang hamil?"

"Siapa yang mengatakan kalau aku nggak bahagia?" balas Zulfikar.

"Tapi dari nada bicara sama ekspresi kamu biasa saja."

"Lestari, kamu bisa gak sih jangan memikirkan hal yang aneh?!"

"Kok kamu malah jadi marah sama aku?"

"Aku lagi banyak pekerjaan di kantor, jadi tolong kamu jangan nambah beban masalahku."

Selepas mengatakan itu, Zulfikar gegas meninggalkan Lestari yang nampak heran dengan sikap sang suami. Lestari sangat yakin bahwa hal yang memicu amarah sang suami barusan bukanlah soal pekerjaan melainkan karena Mutia.

"Mutia, dia pasti sedang memikirkan Mutia."

Lestari yang memikirkan soal Mutia tentu saja geram bukan main, selama Mutia dan anak-anaknya ada maka selama itu pula posisinya sebagai istri Zulfikar yang sekarang tidak akan bisa diakui.

"Mutia dan anak-anaknya itu memang harus aku singkirkan. Mereka adalah dalang di balik penderitaan yang aku alami. Aku gak akan bisa tenang sebelum menyingkirkan mereka!"

****

Maka Lestari pun kemudian menelpon seseorang untuk bisa membantunya melakukan pekerjaan yang jahat. Lestari mau supaya orang itu membuat Mutia celaka kalau bisa membuat Mutia meninggal dunia sekarang juga. Lestari sudah dibutakan oleh kebencian hingga dirinya bisa rela melakukan hal apa pun untuk mencapai apa yang ia inginkan.

"Pokoknya buat saja seolah-olah itu seperti kecelakaan. Paham?!"

Setelah memberikan perintah, Lestari gegas menutup sambungan teleponnya. Ia menarik napas dalam-dalam untuk meredam emosi yang saat ini tengah menguasai dirinya.

"Mutia, kamu harus mati! Apa pun caranya."

Lestari sudah tidak sabar melihat bagaimana orang suruhannya beraksi dan ia sangat yakin kalau saat ini semua rencananya akan berjalan dengan sangat baik dan mulus.

"Semua akan berjalan sesuai dengan rencanaku dan aku gak akan pernah membiarkan Mutia lolos."

****

Sementara itu saat ini Mutia tengah mencari lowongan pekerjaan namun sayangnya sampai saat ini ia belum juga menemukan lowongan pekerjaan untuk dirinya.

"Ya Allah, semoga engkau segera bisa menjawab doa hamba."

Mutia tengah berjalan seorang diri di pinggir jalan yang sepi dan tanpa ia ketahui bahwa bahaya saat ini sedang mengintai dirinya. Sebuah mobil sedan hitam sedang parkir di belakangnya tiba-tiba melaju dengan kencang ke arahnya. Mutia tak menyadari sampai mobil itu dengan sengaja menabrak tubuhnya hingga membuat Mutia terlempar dan kemudian tubuhnya membentur aspal jalanan. Selepas kejadian itu maka mobil yang sudah menabrak Mutia pun segera melarikan diri. Mutia berdarah dan pingsan bersimbah darah. Banyak warga sekitar yang kemudian segera berdatangan.

"Segera telepon ambulance."

Tak lama kemudian ambulance datang dan membawa Mutia ke rumah sakit terdekat, Mutia segera di bawa menuju IGD sementara orang suruhan Lestari menelpon wanita itu dan melaporkan bahwa misinya sudah selesai.

****

Sephia dan Mutia nampak sudah pulang sekolah tapi sampai saat ini mereka belum juga menemukan di mana Mutia berada. Salah seorang tetangga datang mengatakan bahwa Mutia mengalami kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit. Kedua anak itu nampak panik dan menangis. Tetangga mengatakan bahwa untuk sementara mereka tak perlu datang ke rumah sakit dulu.

"Kalian jangan ke rumah sakit dulu, nanti kalau bunda kalian sudah siuman. Saya janji akan membawa kalian menemui bunda kalian."

Sephia dan Sania menganggukan kepalanya sementara itu di rumah sakit, dokter dan timnya sedang berjuang keras membuat Mutia bisa tetap hidup dan selamat walau kondisinya sedang kritis saat ini. Mereka tak pernah menyerah hingga akhirnya mereka bisa juga menyelesaikan pekerjaan mereka. Mutia bisa selamat saat ini dan kondisinya sudah mulai normal. Ia pun sudah bisa dipindahkan ke ruang inap biasa. Tetangga yang diberikan kabar dari rumah sakit mengenai kondisi Mutia nampak lega, ia kemudian membawa Sephia dan Sania ke rumah sakit menjenguk Mutia.

"Kalian tahu nomor telepon kakek dan nenek kalian?"

Sephia menganggukan kepala sebagai jawaban, ia kemudian memberitahu nomor kakek dan neneknya pada tetangga. Pada akhirnya kedua orang tua Mutia pun tahu kondisi Mutia terkini yang ada di rumah sakit.

****

Dito tak pernah lelah mencari di mana Mutia dan anak-anaknya berada saat ini. Ia tak pernah putus dalam berdoa semoga saja Tuhan memberikan dia petunjuk di mana keberadaan mereka sekarang namun mungkin memang belum saatnya mereka bisa bertemu lagi. Sudah hampir 4 hari lamanya, Dito berusaha mencari di mana Mutia dan kedua anaknya berada namun belum juga membuahkan hasil.

"Dari mana saja kamu?" tanya Luluk saat Dito baru saja kembali ke rumah.

Namun Dito sama sekali tak mau menanggapi pertanyaan sang mama yang pastinya nanti berujung mereka akan silang pendapat lagi. Ia lelah seharian bekerja di kantor dan kemudian mencari Mutia namun belum juga ketemu.

1
StepMother_Friend
semangat kak
Serena Muna: makasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!