Siapa sangka Riana kembali bertemu dengan Brian, mantan suaminya, pria yang benyak menoreh kan luka pada pernikahan mereka terdahulu.
Rupanya semalam itu membuahkan hasil, dan kini demi status sang anak, mereka terpaksa kembali menikah, tentunya dengan banyak perjanjian dan kesepakatan.
Tanpa sepengetahuan Riana, Brian punya niat terselubung, setelah anak yang dia inginkan lahir.
Bagaimana reaksi kedua orang tua Riana, manakala mengetahui pernikahan Riana yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka setelah Riana mengetahui niat jahat Brian menikahinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
BAB 18.
Brian mengikuti Riana yang sudah turun dari mobil, seperti layaknya seorang kekasih yang mengantarkan wanitanya kembali ke rumah, tanpa di duga Brian mengembalikan karet rambut yang ia ambil paksa pagi tadi.
“Kenapa hanya dilihat?” tanya brian yang heran melihat Riana hanya memandang benda elastis yang berada di telapak tangannya.
“Buang saja, aku sudah punya yang baru,” jawab Riana dingin.
Brian mengulum senyum nya, “baiklah, aku akan mengembalikannya besok, aku anggap ini adalah alasan kecil yang kamu buat agar kita bisa bertemu lagi esok hari.”
Riana membulatkan netranya, kemudian merampas karet rambut yang hampir Brian masukkan kembali kedalam saku celananya.
“Jangan ke ge er an, jangan coba coba menemuiku besok pagi.” Riana hendak berbalik, tapi Brian menahan lengannya, tangan kanannya terulur mengusap perut Riana, jika saja Brian tidak menahan lengannya, mungkin Riana sudah mundur menjauh.
“Anak daddy … malam ini istirahat yah, daddy sudah tak sabar berjumpa denganmu.” Bisik Brian di depan perut Riana.
Brian kembali berdiri, lain tadi lain pula sekarang, wajah Brian kembali dingin, ia mendekat hingga nyaris menempelkan tubuhnya, kemudian berbisik.
“Segera selesaikan syarat yang kamu inginkan, atau aku akan membuktikan kata kataku, dan kita bisa segera pergi ke altar pernikahan tanpa ada surat perjanjian.”
“Baiklah, beri aku 2 hari, dan selama 2 hari itu jangan datang menemuiku, atau aku kabur membawa bayi ini.” Riana kembali mengancam.
“Hahahaha … kamu belum tahu siapa aku,”
“Dan kamu juga jangan lupa siapa aku,”
Suasana hangat yang tercipta ketika makan malam beberapa saat lalu, tiba tiba musnah, berganti dengan ketegangan.
“Baik 2 hari, jangan coba coba untuk lari.”
“Selama kamu tidak mengingkari perkataanmu, aku pun akan menjaga janjiku.”
Riana berbalik, tak lagi menoleh pada Brian, ia benar benar tak peduli pada mantan suaminya tersebut.
Brian kembali masuk ke mobil nya.
Sementara itu, dari kejauhan seseorang yang sejak sore tadi mengikuti mobil Brian, kini tengah melihat Brian dengan tatapan yang tak bisa diterjemahkan.
#siapa dia????
🌹
🌹
🌹
Riana terpekur di depan mac book nya, tak ia hiraukan layar komputer yang menyala di hadapannya, namun entah kemana pikirannya berkelana, memikirkan seperti apa masa depan dirinya, pernikahannya, bahkan anak yang tanpa sengaja hadir diantara mereka.
Belum apa apa, Riana sudah merasa bersalah pada janin dalam kandungannya, walau berawal dari kesalahan, tapi ia menyayangi bayinya, mungkin Brian pun merasakan hal yang sama dengannya, karena itulah Brian mencari jejaknya, hingga menderita syndrome ibu hamil, Riana menggelengkan kepalanya.
‘Riana, kenapa kamu jadi kasihan pada pria brengsek itu? bukankah dia yang dulu menorehkan luka pada pernikahan kalian, dengan berselingkuh bahkan tak pernah mau berusaha menerima dan mencintaimu,’
Beberapa kali Riana memukul dahinya sendiri, hati nuraninya mengatakan, ia tak menginginkan pernikahan secara kontrak, lalu kenapa harus ada kontrak? harus ada perjanjian? semuanya demi mengamankan dirinya sendiri, lalu bagaimana nasib bayinya, setelah kelak lahir, bayinya butuh orang tua lengkap, bisakah ia dan Brian mengalah, bersama sama membagi waktu luang, walau hanya demi anak mereka, karena untuk cinta, entahlah, Riana tak pernah berharap Brian mencintainya, begitu pula sebaliknya, suka atau tidak, masa setelah kelahiran bayinya akan jauh lebih penting, jika dibandingkan sebelum kelahiran, apalagi hanya soal nama sebagai simbol penerus keluarga.
Hanya memikirkan hal ini saja membuat rasa kantuk dan penat yang Riana rasakan sejak siang tiba tiba musnah.
🌹
🌹
🌹
Brian menyiram wastafel, seperti biasa ia pusing dan mual setiap pagi, hanya saja dua hari kemarin tak ada penawarnya, sebisa mungkin ia menahan diri agar tak mendatangi mantan istrinya, agar Riana segera menyelesaikan syarat syarat yang ia inginkan untuk pernikahan kedua mereka, dan ini adalah dua hari terberat sepanjang hidupnya, karena harus menahan mual pusing, bahkan tidak bisa menelan makanan, jika tidak ada suplemen dari dokter, mungkin brian hanya akan berbaring di tempat tidur selama dua hari kemarin.
Dan Brian bisa berbahagia, karena hari ini pun tiba, penantiannya tak sia sia, Brian sungguh bersemangat, hingga ia sudah bersiap siap pagi sekali, Brian bangun pagi pagi karena ia sudah tak sabar bertemu Riana, aneh dirasa tapi inilah fakta nya, wanita yang dahulu ada tapi tak dianggap, kini begitu ia nantikan saat saat bisa berjumpa dengannya.
Bahkan Fabian di minta Brian untuk menginap di mansionnya, agar mereka bisa berangkat pagi pagi, sungguh konyol tingkahnya, hingga Fabian hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“Tuan … apa anda sedang jatuh cinta?” tanya fabian ketika mereka dalam perjalananan menuju apartemen Riana.
“Tidak.” jawab Brian yakin.
“Tapi gelagat anda seperti seseorang yang akan menamui kekasih hati.”
Plak!!!
Brian memukul pundak Fabian menggunakan map berisi berkas pekerjaan.
Brian jelas tak terima, jika ia dikatakan sedang kasmaran, karena hingga kini nama Alicia masih tersimpan rapih di hatinya, setiap kali matanya terpejam, hanya senyuman Alicia yang nampak.
Lalu Riana????
Brian mendadak bertanya ke dalam hatinya sendiri, benarkah kehadiran Riana masih sama seperti dulu? hanya sebuah kesalahan? atau sebuah kebetulan yang akhirnya membuahkan seorang bayi di antara mereka? Brian masih tak ingin memikirkannya, yang jelas kini ia bahagia, karena sebentar lagi ia sungguh sungguh akan menjadi seorang daddy, kali ini ia tak akan melewatkan setiap detik berharganya.
Dulu Brian sibuk bekerja, karena ia hanya mengandalkan gajinya untuk menghidupi Alicia bersama bayi mereka yang masih berada dalam kandungan, Brian hanya berpikir, ia harus menghasilkan uang sebanyak banyaknya, agar kelak anaknya tidak hidup kekurangan, karena kesibukannya ia sering meninggal kan Alicia sendirian di mansion, hingga kecelakaan itu pun hanya ia dengar dari para pelayan di rumah.
“Jaga perkataanmu,”
“Benarkah anda tidak merasakan apa apa pada nona Riana?”
“Tidak.”
“Maafkan saya tuan, tapi tolong pikirkan lagi, jangan sampai anda menyesal, karena kali ini anda yang memaksa nona Riana agar bersedia menikah dengan anda, dan kehadiran nona Riana akan memudahkan langkah anda menguasai warisan Tuan Roger.”
Brian membuang pandangannya ke luar jendela, suka atau tidak, perkataan Fabian ada benarnya.
Tapi ia belum rela membuang nama Alicia dari hatinya, terlebih menggantinya dengan nama Riana, entah kenapa Brian belum rela, saat ini ia hanya memikirkan anaknya, tidak lebih.
Egois??
Itulah Brian, ia begitu marah, bahkan membenci Riana yang pernah dihadirkan oleh papa Roger sebagai istri, karena papa Roger tidak menghendaki wanita lain menjadi menantu idamannya, papa Roger, hanya menginginkan Riana seorang, gadis baik hati, pintar, seorang dokter yang kredibilitasnya bisa dipertanggungjawabkan, selain itu Riana juga berasal dari keturunan terpandang keluarga William, pemilik dari William medical Center.
.
.
.
.
.
.
.
happy weekend gaeeesss
.
.
.
.
sarangeeeeeeee 💜💙🖤