"Mulai sekarang, kamu adalah istri saya Feby Ayodhya Larasati. Apapun yang ada di dalam diri kamu, hanyalah milik saya!" Kalimat yang keluar dari mulut pria tampan di hadapannya ini membuat seluruh bulu kuduknya berdiri. Jantungnya berdebar kencang saat pria itu semakin menatapnya dengan tatapan intens.
.....
Feby Ayodhya Larasati gadis cantik dan periang yang duduk di bangku SMA.
Tak hanya parasnya yang cantik, dia juga memiliki prestasi yang sangat bagus di sekolah. Impian dalam hidupnya hanya satu, yaitu mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri.
Kehidupannya selama ini selalu berjalan lancar namun, tidak saat ia bertemu dengan pria bernama Arka William Megantara.
Pertemuan yang berawal dari mimpi, kini berubah menjadi nyata. Pertemuan yang berawal dari kesalahpahaman, kini berubah menjadi hubungan pernikahan.
.....
Arka William Megantara, seorang CEO muda yang memiliki paras tampan, tubuh tegap, tinggi, dan atletis. Dia adalah satu-satunya pewaris tunggal di perusahaan Mega
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Briany Feby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. "Tunggu saya di rumah, Feb"
Panasnya sinar matahari terasa begitu menyengat kulit. Apalagi saat jam menunjukkan pukul dua belas siang. Panas matahari bertambah sepuluh kali lipat. Tak hanya membakar kulit, rasa panas itu juga seakan membakar ubun-ubun kepala.
Feby berdiri di samping Manda. Dua gadis itu sudah berdiri hampir empat jam di tengah lapangan seraya terus mengangkat tangan kanannya memberi hormat kepada bendera merah putih.
Keringat mengucur deras di dahi Feby. Wajah cantik gadis itu terlihat begitu memerah karena terkena sengatan matahari. Ia berkali-kali mengusap keringat di wajahnya.
Manda melirik Feby yang tengah mengusap keringat dengan seragamnya.
"Feb lo nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Manda dengan khawatir pasalnya saat ini wajah Feby terlihat begitu merah.
Feby menggeleng pelan seraya tersenyum kecil. "Nggak Man. Aku nggak kenapa-kenapa kok tenang aja" Jawab Feby meskipun sebenarnya saat ini kepalanya terasa berdenyut sangat nyeri.
"Kenapa lo malah minta dihukum sama Bu Tasripah sih? Cuma gara-gara bawa bodyguard ke sekolah aja sampai harus dihukum segala! Terus kenapa lo nggak ngejelasin sama tuh guru tentang kejadian kemarin? Coba aja kalau lo ngejelasin yang sebenarnya, lo pasti nggak bakalan dihukum kaya gini Feb..." Cerocos Manda.
"Aku nggak mungkin biarin kamu dihukum panas-panas sendirian Man. Lagian kejadian kemarin itu juga sebenarnya antara aku sama Evandra. Tadi sebelum aku ngejelasin semuanya sama Bu Tasripah, tiba-tiba Evandra dateng terus masuk ke dalam kelas" Ucap Feby.
"Hah?! Evandra dateng? Terus gimana dia?"
"Dia ngarang cerita ke Bu Tasripah tentang kejadian kemarin. Dia bilang kalau aku bawa tiga bodyguard ke sekolah cuma buat gaya-gayaan doang. Dia juga bawa-bawa nama Om Arka di depan Bu Tasripah" Jelas Feby.
Kedua mata Manda langsung membelalak sempurna mendengar penjelasan dari gadis itu. "GILA! TUH COWOK BENER-BENER UDAH GILA FEB!" Saut Manda spontan setengah berteriak. Untung saja saat ini sudah masuk jam pelajaran. Jika tidak, teriakan gadis itu bisa didengar oleh seluruh murid.
"Aku juga bener-bener nggak nyangka Evandra bakalan bertindak sejauh itu. Apa ini semua gara-gara aku ya Man?"
"Kok lo ngomong gitu sih Feb?"
"Dia bersikap kaya gitu karena aku nggak bisa bales perasaan dia Man. Semakin aku berusaha, dia semakin ngejar aku bahkan sampai nekad bertindak sejauh itu" Kata Feby.
"Ya itu bukan salah lo Feb! Cinta itu nggak bisa dipaksakan! Sekarang gue tanya ke lo,
lo cinta nggak sama Evandra?" Tanya Manda.
Pertanyaan itu membuat Feby langsung menggelengkan kepalanya pelan tanpa ada sedikitpun keraguan.
"Wajar lo berusaha ngejauh kalau lo memang nggak cinta sama dia Feb" Ucap Manda.
Feby langsung membisu sesaat. Menatap hembusan angin yang datang secara tiba-tiba lalu menjatuhkan dedaunan kering.
Entah mengapa hembusan angin itu mengingatkannya kepada seorang pria yang juga datang secara tiba-tiba di hidupnya, lalu menjatuhkan semua mimpi-mimpinya.
Pria itu datang dan menciptakan hubungan rumit yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dan hubungan itulah yang membuatnya harus menjaga batasan dengan pria manapun termasuk Evandra.
"Gue tau Feb, lo pasti juga punya alasan di balik semua itu. Alasan yang buat lo haus jaga jarak sama Evandra. Iyakan?"
Kata Manda seakan mampu menebak isi pikirannya.
Kringgggg...
Suara dering hp milik Feby memecahkan keheningan. Feby merasa terselamatkan dari pertanyaan Manda. Gadis itu merogoh sakunya lalu mengambil benda pipih tersebut yang masih berdering. Kedua mata Feby langsung membulat sempurna saat melihat nama Arka yang terpampang di layar hpnya. Kenapa pria itu harus menelpon di waktu yang tidak tepat? Kenapa perasaannya malah menjadi tidak enak?
"Angkat aja Feb jangan bikin cowok lo marah" Ucap Manda.
Uhuk! Uhuk!
"A-apa maksud lo Man?"
Saut Feby terbata-bata.
Manda terkekeh pelan melihat raut wajah Feby yang saat ini berubah menjadi pucat pasi. Hal itu membuat kecurigaan Manda semakin bertambah dua kali lipat.
"Angkat dulu Feb atau lo mau seluruh sekolah dapet amukan dari cowok lo itu?"
Feby hanya mematung mendengarkan itu. Manda dengan sengaja menekan kata 'cowok lo' saat ia bicara. Tatapan gadis itu juga berubah. Entah mengapa hal itu semakin membuat hati Feby merasa tidak enak. Apa jangan-jangan Manda curiga dengan hubungannya dan Arka?
'Nggak! Nggak mungkin! Pasti kamu yang berpikir berlebihan Feb!' Batin Feby.
Gadis itu pada akhirnya mengangkat panggilan tersebut. Ia berusaha berpikir positif dan bersikap senormal mungkin agar Manda tidak curiga.
"Halo assalamualaikum Feb?" Suara Arka terdengar dari sambungan telepon.
"Ya waalaikumsalam, ada apa?"
Saut Feby tanpa berani mengatakan embel-embel 'Mas' di depan Manda.
"Malam ini saya akan pulang"
Deg!
Kalimat itu benar-benar membuat Feby langsung mematung. Arka akan pulang malam ini?! Apakah ia tidak salah dengar?!
"K-kenapa?" Dari sekian banyak respon, entah mengapa respon itu yang keluar dari mulut Feby dengan terbata-bata.
"Karena saya tidak bisa membiarkan kamu tinggal sendirian lebih lama lagi" Jawab Arka.
"Kamu di mana? Kamu bersama dengan ketiga bodyguard yang saya perintahkan untuk menjaga kamu kan?" Tanya Arka.
"A-a-anu... Itu..."
"Berikan hpnya kepada bodyguard itu. Ada yang ingin saya bicarakan dengan mereka" Titah Arka.
Feby menggigit bibir bawahnya. Ia berpikir keras mengenai alasan apa yang akan ia katakan kepada Arka. "Itu... Bodyguard lagi pada ke kamar mandi. Tadi pagi mereka makan ketoprak terus kepedesan jadinya perut mereka pada mules" Ucap Feby mengarang cerita.
Padahal saat ini ketiga bodyguard itu sedang berada di ruang guru tengah diintrogasi oleh Bu Tasripah. Arka nampak diam beberapa saat setelah mendengar ucapan Feby.
Hal itu semakin membuat Feby gelisah. Tak selang beberapa lama kemudian, Arka kembali bicara.
"Cerita yang kamu karang, sungguh tidak masuk akal Feb" Jawab Arka. Suara bass dari pria tampan itu terdengar begitu menohok hingga membuat Feby gelagapan harus menjawab apa.
"A-apa maksud Om Arka?" Karena gugup, Feby sampai bingung harus memanggil Arka dengan embel-embel apa. Pada akhirnya, ia pun terpaksa harus memanggil pria itu dengan sebutan 'Om' agar Manda tidak curiga.
"Katakan kepada saya, apa yang telah terjadi" Titah Arka.
"A-apa maksudnya? T-tidak terjadi apa-apa" Jawab Feby.
"Apakah kamu pikir saya percaya, hmm?"
"Terserah Om mau percaya atau tidak itu bukan urusan aku!" Kata Feby dengan nada yang sedikit meninggi.
Gadis itu mulai kehilangan kesabarannya karena Arka terus saja mencercanya dengan berbagai macam pertanyaan. Semua yang terjadi terlalu rumit hingga ia sampai bingung harus menjelaskan bagaimana.
"Feby Ayodhya Larasati!"
Deg!
Jantung Feby berdebar hebat saat Arka tiba-tiba saja menyebut nama lengkapnya dengan suara yang terdengar begitu tegas. Nyali gadis itu langsung menciut seketika. Suara tegas dari Arka mengingatkannya pada Ayahnya. Sama seperti yang Arka lakukan, ketika Ayahnya marah pria itu akan menyebut nama lengkapnya dengan suara tegas.
"Apakah seperti cara kamu bicara dengan suami kamu, hah?!" Tandas Arka dari balik sambungan telepon.
Feby diam beberapa saat untuk mengumpulkan keberanian membela diri. Sejujurnya, ia saat ini merasa begitu takut karena nada bicara Arka yang terdengar berbeda dari biasanya. Pria itu nampaknya terdengar begitu marah mendengar ucapannya tadi.
"Saya bicara dengan kamu Feb! Saya bertanya baik-baik namun seperti inikah respon kamu?" Ucap Arka karena tak kunjung mendapatkan jawaban apapun dari Feby.
Feby memejamkan matanya seraya mengumpulkan keberanian.
"Aku sudah mengatakan tidak ada yang terjadi! Aku baik-baik saja di sini! Berhenti bertanya tentang keadaanku karena Om nggak berhak tau!" Jawab Feby dengan satu tarikan napas panjang.
"Saya berhak tau karena saya suami kamu!" Saut Arka mengulang kalimat andalannya yang selalu saja membuat Feby bingung harus menjawab apa.
Kenapa pria itu selalu saja mengungkit-ungkit hubungan diantara mereka? Bukankah pernikahan yang terjadi diantara ia dan Arka hanyalah kebohongan? Pria itu bahkan menyuruhnya menandatangani sebuah kontrak perjanjian mengenai batasan hubungan diantara mereka berdua. Lalu apa yang pria itu lakukan?
"Berhenti mengatakan kalau Mas Arka adalah suami aku! Aku benci dengan kenyataan itu!" Ujar Feby dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
Manda yang sejak tadi berdiri di samping gadis itu, hanya diam mematung mendengar kalimat yang keluar dari mulut Feby. Feby nampaknya begitu emosi hingga gadis itu melupakan bahwa Manda saat ini masih berdiri di sampingnya.
"Namun itulah kenyataan. Saya, adalah suami kamu. Dan saya berhak atas diri kamu!" Arka semakin mempertegas posisinya.
"Hari ini saya akan kembali ke Indonesia. Tunggu saya di rumah"
Tuuud... Tuuud...
Sambungan telepon tiba-tiba saja dimatikan begitu saja oleh Arka. Tubuh Feby langsung merosot lemas hingga membuat gadis itu hampir saja ambruk di atas tanah. Melihat itu, Manda dengan sigap langsung menyangga tubuh Feby agar gadis itu tidak ambruk. Wajah Feby terlihat begitu pucat pasi. Feby menatap Manda dengan mata yang semakin berkaca-kaca.
"Man... A-aku..." Lirih gadis itu.
Manda langsung memeluk tubuh Feby seraya menepuk pelan pundak Feby untuk menenangkan gadis itu. "Udah Feb... gue ngerti apa yang lo rasain. Gue paham posisi lo Feb. Lo nggak perlu ngejelasin sekarang ke gue. Kalau lo mau nangis, nangis aja nggak apa-apa. Nggak usah ditahan Feb. Keluarin semuanya..." Kata Manda berusaha menenangkan gadis itu.
Mendengar itu, air mata Feby mulai menetes. Lalu perlahan-lahan berubah menjadi semakin deras hingga membuat gadis itu pada akhirnya terisak. Siang itu, di bawah teriknya sinar matahari Feby menumpahkan semua kerumitan yang terjadi di hidupnya dalam pelukan Manda. Manda rela membiarkan baju seragamnya basah akibat air mata Feby
Ia tidak akan bertanya apapun mengenai hubungan diantara Feby dan Om-nya itu sampai gadis itu sendiri lah yang mengatakannya. Yang mampu Manda lakukan sekarang hanyalah membiarkan gadis itu menangis dan menumpahkan segalanya.
"Aku bakalan ceritain semuanya sama kamu, Man" Ucap Feby pada akhirnya setelah ia berhenti menangis.
...🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️...
"Jadi... Lo dan Om lo itu suami istri Feb?" Pertanyaan itulah yang meluncur begitu saja dari mulut Manda begitu Feby menceritakan hubungannya dengan Arka. Manda mengecilkan suaranya saat membahas hal tersebut.
"Dia bukan Om aku Man. Dia anak dari sahabat Ayah aku" Jawab Feby.
"Terus kenapa lo manggil dia Om? Lo juga waktu itu bilang kalau dia itu Om lo, iya kan?"
"Ya aku terpaksa ngelakuin itu supaya hubungan ini nggak kebongkar. Aku nggak mau orang-orang tau kalau aku ternyata sudah menikah. Bisa-bisa aku dikeluarin dari sekolah dan masa depanku juga bisa hancur Man" Lirih Feby.
Mendengar itu, tatapan Manda langsung berubah seketika. Ia menatap Feby dengan tatapan iba. Ia tidak membayangkan bagaimana rasanya jadi Feby.
Manda sudah mengenal Feby lebih baik dari siapapun. Feby adalah gadis yang memiliki prestasi bagus di sekolah. Sejak kelas satu, ia selalu mendapat peringkat pertama di kelas. Baik dalam bidang akademik, maupun non-akademik Feby selalu unggul dari murid manapun.
Impian gadis itu adalah satu, menjadi seorang Arsitek yang sukses. Manda selalu melihat ambisi dan semangat yang membara di kedua mata sahabatnya itu setiap kali mereka bercerita tentang masa depan. Namun ternyata, siapa sangka takdir mempermainkannya? Di usianya yang saat ini masih sangat muda, gadis itu harus terjebak dalam sebuah hubungan pernikahan.
"Gue nggak nyangka Feb, takdir hidup lo berat banget..." Ucap Manda dengan tatapan penuh iba. Wajah Manda yang biasanya selalu terlihat galak, judes dan tomboi kini berubah seratus delapan puluh derajat setelah mendengar cerita Feby. Kedua mata gadis itu bahkan sampai berkaca-kaca. Feby hanya tertawa getir melihat itu.
"Iya Man. Aku juga nggak tau dosa besar apa yang sudah aku perbuat sampai-sampai Allah harus menghukum ku seperti ini" Saut Feby.
...🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️...
Mungkin bagi Feby bertemu dengan Arka adalah sebuah hukuman yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. Bahkan membayangkan di dalam mimpinya saja ia tidak mampu. Namun siapa sangka, takdir justru berkata lain?
Ia harus terjebak dalam sebuah hubungan sakral yang menyatukan dua insan untuk hidup bersama seumur hidup. Ia selalu berharap, apa yang terjadi diantara ia dan Arka hanyalah sebuah mimpi buruk saja. Sialnya, ini semua bukan mimpi!
Namun terkadang Feby merasa bingung, apakah ia harus bersyukur atau mengeluh? Ia terjebak dalam hidup seorang Arka William Megantara. Pria yang memiliki paras yang sangat tampan rupawan, tubuh kekar atletis, dan merupakan pewaris tunggal keluarga Megantara yang terkenal sebagai keluarga milyader.
Arka mampu membuat semua orang berdecak kagum bahkan hanya dengan satu lirikan. Semua gadis yang melihat pria itu, pasti akan langsung jatuh hati. Namun dinginnya hati Arka, menjadi penghalang bagi setiap gadis yang ingin masuk atau sekedar mengetuk hati pria itu. Karena ia memiliki hati sekeras baja yang tidak bisa ditembus oleh gadis manapun.
Diantara jutaan gadis di luar sana yang berharap bisa sekedar dilirik oleh Arka, justru Feby lah yang ditakdirkan hidup bersama pria itu. Akhhhhhh! Haruskah ia bersyukur atau mengeluh dengan takdir ini?
"Nona Feby!" Suara bariton itu tiba-tiba saja terdengar. Membuat lamunan Feby langsung buyar seketika.
Feby memicingkan kedua matanya untuk memperjelas pandangannya. Seorang pria tampan berjas biru navy berjalan menghampiri Feby dan Manda.
"Dia siapa Feb?" Tanya Manda dengan tatapan yang tertuju pada pria itu.
"Asisten pribadi Om Arka Man. Namanya Pak Kevin. Yang kemarin nolongin kita pas diganggu sama Evandra" Jawab Feby.
Tak lain, pria itu adalah Kevin asisten pribadi Arka. Feby menghelakan napasnya. Ia bisa menebak seratus persen kalau pria itu datang ke sini karena perintah dari Arka. Kevin berdiri tepat di depan Feby. Tingginya tubuh pria itu menghalangi teriknya sinar matahari yang sejak tadi membakar kulit Feby.
"Saya diperintahkan Pak Arka untuk menjemput Nona Feby sekarang juga" Kata Kevin dengan nada bicara yang terdengar begitu kaku.
Tebakannya seratus persen benar bukan?
Feby langsung memasang mimik wajah ogah-ogahan. "Bilang sama Bos Pak Kevin, kalau aku nggak mau pulang!" Ketus Feby.
"Tolong Nona, jangan mempersulit saya. Saya akan mengantar Nona pulang ke rumah sekarang. Untuk masalah ini, biar saya yang urus"
"Nggak! Aku nggak mau pulang ke rumah!" Feby tetap dengan pendiriannya.
"Pak Kevin nggak ngerti gimana rasanya berhadapan dengan Bos Pak Kevin itu! Dia tuh pria paling nyebelin sedunia tau nggak! Satu hari berhadapan sama dia, bikin aku naik darah!" Cerocos Feby mengeluarkan semua unek-unek di dalam hatinya.
Kevin hanya diam mematung dengan wajah datar. 'Saya lebih paham daripada Nona Feby... Saya bahkan sudah bekerja dengan Pak Arka selama hampir 5 tahun. Seandainya saya memiliki keberanian untuk mengatakan seperti itu...' Batin Kevin.
"Saya mengerti Nona. Tapi Pak Arka melakukan ini semua demi kebaikan Nona. Maka dari itu saya minta Nona untuk pulang bersama saya" Bujuk Kevin yang berusaha tetap sabar menghadapi tingkah Feby. Untung saja gadis itu adalah istri Arka. Jika tidak, ia pasti sudah menyumpal mulutnya yang cerewet itu.
"Feb mending lo pulang aja jangan keras kepala. Kasian Pak Kevin..." Manda juga ikut bersuara.
"Tapi Man..."
"Feb gue mohon... Pulang ke rumah. Apapun masalah yang terjadi diantara lo dan dia, bicarakan secara baik-baik jangan bersikap kekanak-kanakan seperti ini" Bujuk Manda.
"Gimana mau dibicarain kalau orangnya aja lagi di luar negeri? Dia lagi sibuk ngurusin pekerjaannya Man. Aku di rumah sendirian" Kata Feby.
"Tidak Nona. Pak Arka akan kembali ke Indonesia hari ini juga. Dia sekarang sedang dalam perjalanan" Ucap Kevin.
Kedua mata Feby langsung membulat sempurna mendengar itu.
"A-apa?! Jadi dia beneran mau pulang hari ini?!"
Kevin mengangguk pelan seraya tersenyum kecil. "Ya Nona. Pak Arka akan pulang hari ini juga. Makannya dia meminta saya untuk menjemput Nona Feby agar Pak Arka bisa bertemu langsung dengan Nona Feby"
"Karena katanya dia sudah sangat merindukan Nona Feby..." Bisik Kevin tepat di samping telinga Feby. Mendengar itu kedua mata Feby langsung membulat sempurna. Kedua pipi gadis itu juga tampak sedikit merona.
______________________________________
..."Tunggu saya di rumah, Feb"...
...
...
dan satu lagi punya seribu cara satu gagal coba lagi sampai mereka salah faham,,jarang ada yg siaga paling banyak kena jebakan nyesel minta maaf
ada satu sih yg lagi aku baca sebelum bergerak dah katauhan duluan
thor