Rujuk Yang Tak Terduga

Rujuk Yang Tak Terduga

Satu

Lalu lalang kendaraan mengiringi jalannya Kaluna menuju halte tempatnya menunggu bus. Kedua kakinya terus berjalan menyusuri trotoar. Sampai disana ia masih harus menunggu bus yang belum datang. Mengelap dahi yang penuh dengan keringat sambil menghalau matahari yang sangat terik menerpa wajahnya di siang hari ini.

Sekarang Kaluna sedang menunggu bus tujuan taman kota menunggun sambil berdiri dan matanya terus memindai datangnya bus yang tak kunjung datang. Wanita itu terus memperhatikan kedaraan yang lewat didepannya dengan senyuman kecil menghiasi bibirnya.

Tujuan Kaluna pergi ke taman kota adalah untuk menenangkan dirinya yang sedih karena ter PHK dari tempat pabrik kerjanya. Wanita itu ingin menghirup udara segar di taman supaya hatinya merasa lebih baik.

Setelah berdiri lama akhirnya bus yang di tunggu telah tiba, wanita itu segera menaiki bus yang akan segera melaju menuju taman kota. Perasaan sedih mengiringinya menuju taman kota hatinya sedih harus ter PHK padahal itu adalah satu-satu nya tempat ia bisa menghasilkan uang. Kemana lagi ia harus bekerja dengan modal ijazah SMA.

Sesampainya di teman kota, wanita itu segera menuju kursi tempat yang biasa wanita itu duduki kala ia sedih. Helaan nafas panjang mengiringinya saat akan duduk. Perasaan nya sedang tidak baik-baik saja, ia bingung bagaimana menyampaikannya pada kedua orang tuanya. Wanita itu takut jika masalah ini menjadi beban pikiran bagi orang tuanya.

"Kenapa kadang merasa hidup gak adil ya," gumam wanita itu pada dirinya sendiri. Wanita itu merasa hidupnya tak adil karena selalu mendapatkan hal yang buruk. Dari mulai pekerjaan, rumah tangganya, dan kaluarganya.

Karena tak kunjung merasa baik kedua kakinya berdiri guna berjalan mengelilingi taman kota ini. Wanita itu terus menyusuri taman kota melihat banyaknyha orang yang berlalu lalang. Dirinya kan merasa lebih baik jika melihat keramaian. Tetapi tiba-tiba ia berhenti setelah melihat satu objek yang membuat dadanya makin sesak. Rasa sesak itu ketika melihat seorang anak kecil laki-laki memegang sebuah balon dan tangannya menggandeng ibunya. Ya, hanya melihat anak memegang balon membuat hatinya sesak.

Tak ingin menangis di keramaian membuatnya segera pergi dari sana. Wanita itu sedang berusaha menahan air matanya agar tidak keluar. Karena berjalan sambil melamun mebuatnya terkejut saat mendengar suara jatuh tak jauh darinya. Karena bisikan hatinya wanita itu langsung enuju suara jatuh itu dan ternyata terdapat seorang anak kecil yang terjatuh. Kedua tangannya langsung membantunya berdiri.

"Hallo adek ,ada yang sakit gak," Tanya Kaluna sambil membantunya berdiri dan membersihkan baju sang anak yang kotor karena jatuh tadi.

"Adek sama siapa kesini," tanya Kaluna lagi karena tak melihat siapa-siapa di sekitar anak itu.

Tapi tidak ada satupun pertanyaan yang di jawab oleh anak itu. Melihat itu Kaluna tersenyum memaklumi.

Akhirnya Kaluna menatap bola mata anak itu dan lagi-lagi hatinya merasa sangat menyesakkan. Hatinya da yang mengganjal setelah melihat anak itu. Ada perasaan kerinduan yang tak bisa tersampaikan.

"Kalau Athan sama bunda pasti seumuran anak ini, bunda kangen Athan nak," cicitnya pelan dan hanya dirinya sendiri yang mendengar.

"Den Athan gak kenapa-kenapa kan, maafin mbak ya,"

Sebuah pertanyaan suara itu membuat Kaluna terdiam. Saat itu ia langsung menoleh dan melihat ada seorang wanita berjalan tergesa-gesa menghampiri mereka. Dari pakaiannya Kaluna tau bahwa wanita itu adalah seorang babysitter.

"Ada yang sakit gak den," tanya wanita itu lagi. Kaluna hanya diam sambil memperhatikan wanita itu yang terus bertanya pada anak majikannya itu. Kaluna hanya bisa melihat itu dengan hati yang penuh tanda tanya. Apakah benar anak yang didapannya adalah anaknya. Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.

"Makasih ya mbak udah nolongin, ini anak majikan saya baru bisa lari jadinya pengin lari terus," Wanita tadi berterima kasih pada Kaluna sambil menggendong anak laki-laki tadi.

Kaluna hanya menjawab dengan anggukan. Mulutnya terasa kelu untuk berbicara. Hatinya terus mengatakan bahwa anak tadi adalah anaknya.

"Sekali lagi saya berterima kasih ya mbak," ucap wanita tadi sambil berjalan meninggalkan Kaluna.

Melihat wanita dan anak tadi pergi membuat tanpa sadar mengikuti kemana mereka pergi. Sampai dimana mereka berhenti matanya membola disana ada mantan mertuanya. Jadi anak yang tadi benar adalah anaknya. Hatinya terus berbicara. Rasa kerinduan yang mendalam terpancar diwajahnya. Ingin sekali ia menghampiri anaknya dan menggendongnya. Tapi ia tak memiliki keberanian itu. Ia takut akan di caci maki seperti dulu lagi. Padahal dulu ia tak pernah melakukan perselingkuhan tapi entah dari mana datangnya tuduhan yang mengatakan bahwa ia selingkuh dari Nathan mantan suaminya itu. Keluarga yang tak setara dengan mereka membuat ia kalah di persidangan dan tak mendapatkan hak asuh anaknya yang saat itu baru berumur delapan bulan.

"Athan anak bunda, bunda rindu Athan" gumamnya yang hanya dia sendiri yang mendengar. Kaluna merasa sangat rindu dengan anaknya tapi apalah daya ia tak bisa menghampirinya. Melihat anaknya tumbuh sehat sudah membuat hatinya sedikit bahagia.

Tanpa sadar air matanya mengalir deras. Wanita itu tak menyangka akan bertemu dengan anaknya yang telah lama tak bertemu. Pertemuan yang hanya sebentar saja sudah mengobati sefikit rasa rindu di dalam hatinya.

"Athan sudah besar nak, bunda sangat rindu Athan," hatinya terus berbicara.

"Anak bunda tumbuh dengan sehat, bunda doakan Athan jadi anak yang sukses di kemudian hari, maafin bunda ya nak tidak menemani tumbuh kembang Athan, tapi bunda akan selalu mendoakan Athan dari jauh, bunda sayang Athan," Kaluna berbicara lirih sambil melihat kepergian Athan bersama sang neneknya.

Setelah melihat sang anaknya telah pergi, tungkai Kaluna berjalan meninggalkan taman kota dengan sedikit air mata diwajahnya. Wanita itu senang bisa bertemu dengan anaknya tapi ia juga sedih karena hanya bisa melihat sebentar tanpa bisa menggendongnya dan mengajaknya bermain.

Pulang menuju rumah dengan kehampaan. Hatinya masih terasa sakit terbayang wajah sang anak yang bisa ia rawat sampai umur delapan bulan saja. Melewati setiap pertumbuhan sang anak membuatnya merasa sesal. Kenapa dulu ia tak berjuang mempertahankan sang anak. Mau berjuang tapi hasilnya akan tetap kalah dengan uang.

Kaluna dan orang tuanya hanya bisa pasrah saat di persidangan hari itu. Tidak ada kata perpisahan dengan anaknya. Ia langsung diusir tanpa boleh berbicara dengan sang anak.

Sekarang ia hanya bisa berdoa supaya ia bisa dipertemukan lagi dengan anaknya kelak. Semoga hal itu terjadi ia akan sangat senang jika benar terjadi. Kedua orang tuanya juga pasti akan senang bisa melihat cucunya kembali.

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!