Seruni, memiliki fisik yang tidak sempurna, karena cacat sejak lahir.
Sehingga kedua orang tuanya tidak menginginkan dirinya dan di minta untuk di bawa pergi sejauh mungkin.
Namun, meskipun terlahir cacat, Seruni memiliki bakat yang luar biasa, yang tidak semua orang miliki.
Karena bakatnya itu, ternyata membuat seorang CEO jatuh cinta kepadanya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini adalah fiktif dan tidak berniat untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
Hari berikutnya ...
Seruni dan yang lainnya sudah mulai belajar berbahasa asing. Walau pun cukup sulit di awal, namun mereka tidak menyerah.
Reina juga dengan sabar mengajari mereka. Jika tidak, dia akan kehilangan pekerjaannya. Dan gaji yang dia dapatkan juga cukup lumayan.
Sementara Saskia sudah mulai pulih dan sekarang sudah berada di rumah. Tenang mobilnya sudah di urus oleh Aldi.
"Kamu sudah menemui Om Ridwan mu?" tanya Saskia pada Jovan.
"Belum Ma, nanti saja kalau sudah waktunya untuk menikah. Seruni juga tidak berharap untuk kembali kepada mereka," jawab Jovan.
"Sebagai seorang anak yang tidak di inginkan, aku mengerti perasaan Seruni," tambah Jovan.
"Ya sudah, bila mama sudah benar-benar sembuh, mama yang akan belanja untuk seserahan lamaran," kata Saskia.
Namun Jovan ternyata sudah mempersiapkan semuanya. Hanya tinggal menunggu waktunya saja.
Farhan tersenyum, ia mengerti jika putranya sudah tidak sabar. Ya begitulah jika merasa sudah menemukan yang tepat.
Tidak perduli apapun keadaannya tetap akan di terima dengan baik. Apalagi Jovan lebih mementingkan akhlak baik daripada fisik.
"Ternyata mama ketinggalan ya? Oh ya, kalau begitu di percepat saja lamarannya," ujar Saskia.
Pak Kosim meminta malam Jumat kita datang," ucap Jovan.
Saskia manggut-manggut, kalau malam Jumat lukanya juga sudah sembuh. Ya walau pun masih ada rasa sedikit nyeri saat di sentuh.
"Aku kembali ke perusahaan dulu Ma," kata Jovan berpamitan.
Ya, siang ini Jovan kembali ke rumah untuk makan siang, sekalian ingin melihat keadaan mamanya. Karena tadi pagi ia tidak sempat melihat sang mama.
Saskia mengangguk dan berpesan agar kerja yang rajin karena sebentar lagi akan menikah dan punya istri, maka akan bertambah tanggung jawab.
Jovan mencium tangan kedua orang tuanya, kemudian kembali ke perusahaan. Karena nanti akan ada rapat penting.
Tiba di gedung perusahaan, Jovan langsung masuk tanpa menyapa para pegawainya. Kemudian masuk ke dalam lift menuju lantai tempatnya bekerja.
"Aldi, ke ruangan ku sekarang!" perintah Jovan melalui telepon.
Belum sempat Aldi menjawab, panggilan telepon pun terputus. Aldi tidak heran lagi dengan tuannya itu.
Aldi mengetuk pintu, terdengar perintah dari dalam memintanya untuk masuk. Aldi dengan perlahan membuka pintu dan menjulurkan kepalanya di balik pintu.
"Jangan ngintip nanti kutilan," kata Jovan.
Aldi langsung masuk setelah Jovan berkata seperti itu. Padahal Jovan tidak menoleh ke arah pintu.
"Tuan memanggil saya?"
"Hmmm. Bagaimana dengan perusahaan Om Ridwan?"
"Tidak ada yang mau membeli, karena perusahaan itu hanya cangkang kosong. Setelah kita menarik investasi, perusahaan itu langsung gulung tikar."
"Ya sudah, aku cuma mau tanyakan itu. Oh ya, pertemuan nanti sore kamu harus ikut."
"Baik Tuan!"
Kemudian Jovan melambaikan tangannya pertanda meminta Aldi untuk segera keluar. Aldi tentu mengerti kode itu.
Jovan melepaskan pekerjaannya lalu bersandar di sandaran kursi. Setelah beberapa saat, Jovan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Karena ke asyikan kerja, Jovan lupa waktu. Beruntung Aldi mengingatkan nya kalau sebentar lagi waktunya pertemuan.
"Semuanya sudah di siapkan?" tanya Jovan.
"Sudah Tuan," jawab Aldi.
Kemudian mereka pun berangkat. Jovan dan Aldi berjalan beriringan saat keluar dari lift dan langsung menuju parkiran.
Keduanya langsung berangkat menggunakan satu mobil saja. Tiba di tempat yang di tuju, Jovan dan Aldi pun langsung menemui resepsionis.
"Selamat sore, Pak Agung Nugroho ada?" tanya Jovan.
Kedua pegawai resepsionis yang bertugas malah tertegun melihat Jovan dan Aldi. Hingga Aldi yang bertanya dan pegawai resepsionis pun tersadar.
Belum sempat pegawai resepsionis menjawab, sekretaris Agung Nugroho pun datang menghampiri mereka.
"Pak Jovan, Anda sudah di tunggu oleh Pak Agung," kata Nuri.
Jovan dan Aldi pun mengangguk, kemudian mengikuti Nuri ke dalam lift. Mereka di bawa ke ruang pertemuan.
"Silakan Pak," kata Nuri setelah mereka tiba di depan pintu ruangan pertemuan tersebut.
Lagi-lagi Jovan pun mengangguk. Kemudian mereka pun masuk. Jovan dan Aldi langsung di sambut ramah oleh Agung.
"Selamat datang Pak Jovan, mari silakan," ucap Agung.
"Terima kasih Pak Agung," ujar Jovan.
"Baiklah, karena Pak Jovan sudah datang, jadi kita mulai sekarang," kata Agung.
Jovan dan Aldi pun duduk berdampingan dan saling berhadapan dengan Agung dan Nuri. Ini kerjasama pertama mereka, jadi Jovan juga harus lebih teliti.
Jovan meminta Aldi untuk memeriksa dokumen perjanjian mereka. Aldi mengatakan tidak ada masalah apa pun.
Jadi kesepakatan pun terjalin. Dan kedua belah pihak pun menandatangani kontrak kerjasama mereka.
"Terima kasih atas kepercayaan Anda pada perusahaan, saya harap Pak Jovan tidak kecewa dengan kerjasama ini," kata Agung.
"Sama-sama Pak Agung, kalau begitu kami permisi," ujar Jovan.
Agung mengangguk, kemudian meminta Nuri untuk mengantar mereka ke bawah. Nuri pun menurut saja.
Setibanya di parkiran, Aldi dan Jovan mengucapkan terima kasih kepada Nuri. Nuri pun menjawab sama-sama.
Jovan dan Aldi segera pergi dari situ, sementara Nuri kembali ke ruangan tadi untuk menemui tuannya.
"Bagaimana dengan Anita?" tanya Jovan pada Aldi.
"Minggu depan Anita akan di sidang, Pak Ridwan dan Bu Sekar tidak pernah mengunjunginya di penjara. Kabarnya rumah yang mereka tempati sudah di jual, jadi mereka pindah ke rumah yang lebih kecil," jawab Aldi.
"Itu teguran buat mereka. Anak sendiri di serahkan ke orang lain, sementara anak orang lain di rawat dengan baik," ujar Jovan.
"Tuan, ini alamat rumah Pak Ridwan yang baru. Pak Ridwan benar-benar terpuruk saat ini. Dan hanya merawat istrinya yang sedang sakit," kata Aldi.
Jovan terdiam, ia sendiri juga tidak tahu mau bilang apa? Setelah kejadian waktu itu, Jovan berubah menjadi tidak berperasaan kepada Ridwan dan keluarganya.
"Kita ke kantor polisi," kata Jovan akhirnya.
Aldi pun membelokkan setir mobilnya ke arah kantor polisi. Ia ingin menemui Anita di penjara.
Setibanya di kantor polisi, Aldi pun memarkirkan mobilnya. Kemudian keluar dari mobil dan masuk ke dalam kantor polisi.
"Selamat sore Pak," sapa Jovan.
"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" tanya polisi itu.
"Saya ingin menjenguk Anita. Apa bisa pak?"
"Bisa, silakan ikut saya."
Jovan pun mengikuti polisi yang akan mengangkatnya ke sel tahanan. Sementara Aldi yang tidak mau ikut hanya menunggu di tempat tadi.
Jovan di tuntun ke tempat Anita di kurung. Kemudian Anita pun di panggil oleh penjaga penjara.
Jovan sedikit kaget melihat perubahan Anita. Biasanya yang tampil glamor, sekarang terlihat tidak terurus dan sedikit kurus.
"Jovan, kamu?"
"Ya, apa kabar kamu?"
"Tidak baik, aku tersiksa di sini."
"Seharusnya kamu berpikir sebelum berbuat. Tapi kamu malah semakin menjadi-jadi. Ini adalah peringatan bagimu. Dan aku pastikan, kamu akan di hukum seberat-beratnya."
Anita tersenyum kecut, kemudian air matanya mengalir membasahi pipinya. Sedangkan Jovan sudah tidak terlihat lagi dari pandangan Anita.
semangat, sehat selalu /Heart//Heart//Heart//Heart/
buat bumil sehat²
karena kita juga sebagai anak perlu mengutarakan isi hati kita agar orang tua tau apa yang kita rasakan.
memang benar 1000 kesalahan orang tua dibandingkan dengan 1 kesalahan anak maka anak akan lebih dicap sebagai anak durhaka, tapi anak bisa memberontak bila yang dilakukan orang tua adalah suatu kesalahan, karena kita sebagai anak juga wajib memberikan peringatan tentang kesalahan orang tua kita agar mereka mengingat printah dan larangan yang maha kuasa
lanjut lagi kak semangat /Heart//Heart/