Seorang gadis yang ternodai oleh sang kekasih dan ditinggal, sang gadis hamil dan kedua orang tuanya menanggung malu, tapi dengan setia dia menanti kedatangan kekasih meski kehamilannya sudah besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eritasyofia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENJADI CANDU BOS TUA
BAB 41.
Rida sudah pulang dari Dinas luar, dia sangat benci dengan kejadian yang menimpanya di Singapore, tak pernah sedikitpun dia menyangka kalau pak Beni akan memperlakukannya seperti itu sambil mengancam juga.
Sampai dirumah jam lima sore tapi Marten belum pulang kerja.
Rida mandi dan pergi kerumah mamanya menjemput Wenny sambil mengantar oleh² yang dibelinya di Singapore.
" Hai Wenny sayang ".
" Mama "
Gadis kecil itu berlari mengejar mamanya.
" Sini sayang, ini mama beli baju dan mainan cantik untuk Wenny ".
Rida mencobakan pakaian Wenny, gadis kecil itu tampak begitu cantik.
" Mama ini untuk mama".
Rida menyodorkan Tote bag sama mamanya.
" Waduh, ini cantik banget sayang, makasih ya ".
" Sama sama ma ".
" Ma, Rida pulang dulu ya ".
" Iyalah "
Rida sampai dirumahnya sudah jam 7 tapi Marten belum pulang juga.
Marten sebenarnya tahu kalau Rida pulang hari ini, tapi masih saja bergumul di ranjang bersama istri mudanya Rini.
Mereka mengejar target untuk dapat punya anak lagi.
" Bang ".
" Hmm ".
Marten terus menggoyangkan pinggulnya diatas Dini sama seperti Dini, mereka menikmati kemesraan mereka diatas penantian seorang istri.
Telpon Marten berdering, mereka sudah klimaks , Marten tidak mengangkat telponnya..
Suaran desahan dan erangan kedua suami istri itupun terdengar indah ditelinga mereka.
" Dek, Rida nelpon gak terangkat ".
" Telpon balek aja bang ".
Marten menelpon balek ke Rida..
" Halo sayang , maaf gak terangkat hapenya, abang lagi makan di restoran padang, hape dimobil ".
" Iya , gak apa² bang, Rida udah dirumah, Wenny juga udah Rida jemput ke rumah mama".
" Ya udah, abang mau pulang nih, siap² ya abang dah kangen ".
" Iya bang ".
Marten mematikan telponnya.
" Duh yang kangen ".
Kata Dini.
" Iya harus gitu ngomongnya dek biar gak dicurigai, udah ya abang pulang dulu ".
" Oke bang, besok kesini lagi ya ".
" Pasti sayang, abang makan siang sama Dini besok ya".
" Oke bang ".
Marten kedepan membuka pagar dan keluar dengan mobilnya.
Sampai dirumah Marten udah ditunggu istri dan anaknya.
" Papa " .
Kejar Wenny.
" Iya sayang ".
" Nanti kita jalan jalan ya "
" Oke ".
Mereka masuk kerumah, Marten baru mau masuk kamar mandi , Rida memeluk pinggangnya.
" Bang ".
" Hmm ".
Rida memandang wajah Marten, Marten pun melumat bibirnya dengan hangat.
" Wenny mana sayang ".
" Lagi main mainan baru ".
" Aman kan ? ".
" Aman ".
Mereka masuk ke kamar mandi dan saling serang di bath up.
Rida membayangkan permainannya dengan pak Beni, sungguh tak ada bandingan dengan permainan suaminya, dia sangat jijik membayangkan saat pak Beni bermain di putik buah kembarnya, seperti anak kecil yang sedang asi sambil tangannya meremas remas.
Makanya Rida mendesah saat suaminya melakukan itu, teras nikmat sekali, apalagi saat tongkat sakti itu menembus guanya.
" Bang ".
" Ya sayang ".
" Rida gak tahan lagi".
" Yok barengan".
Dan permainan itu berakhir dengan suara erangan suami istri itu.
Merekapun mandi dan setelah beres keluar melihat Wenny yang sedang main.
" Wah, cantik ya mainannya ".
" Iya pa, ini dibeliin mama dari Singapore".
" Papa boleh ikut main gak ? ".
" Ayo pa main sama mama juga ".
" Oke ".
Mereka main tiga beranak sambil ketawa ketawa.
Karena lelah dan ngantuk merekapun pindah kekamar untuk tidur.
Rida berangkat kerja, sambil mengantar Wenny kerumah mamanya.
Sampai dikantor Rida baru datang sendiri, dia duduk diruang kerja, tiba pak Beni datang.
" Rida keruangan saya "
Jantung Rida berdebar kencang dia mengikuti bosnya.
Tiba diruangan bosnya, Rida langsung disandarkan ke dinding, Beni melepaskan sesuatu dibawah Rida dan menyambungkan mereka berdua, tangannya di buah kembar Rida.
Rida menitikkan air mata, dia betul² merasa dilecehkan, padahal sudah lama Rida kerja di perusahaanya baru kali ini dia memperlakukan Rida seperti ini.
Rida sedikitpun tidak terangsang tapi dia ingin semua cepat berakhir dan benar saja hanya dengan hitungan menit bos tua itu finish, Rida membenahi bajunya dan keluar.
" Akh .. Mungkin dia puber terakhir ".
Bisik Rida dalam hati.
Diruangan kerjanya Rida menangis ingi rasanya resign tapi takut ancaman bosnya, takut rumah tangga nya dan rumah tangga Dina akan hancur, seperti makan buah simalakama.
Beberapa karyawan sudah mulai datang, Rida menghapus air matanya dengan tisu dan berusaha untuk kembali ceria meski hati terasa sakit dan hancur.
mampir juga dinovelku jika berkenan /Smile/