Cinta memang gila, bahkan aku berani menikahi seorang wanita yang dianggap sebagai malaikat maut bagi setiap lelaki yang menikahinya, aku tak peduli karena aku percaya jika maut ada di tangan Tuhan. Menurut kalian apa aku akan mati setelah menikahi Marni sama seperti suami Marni sebelumnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Malam kedua
Amar termangu mendengar ucapan sang ibu. Ia semakin tercengang saat mendengar semua cerita tentang istrinya dari sang ibu.
"Kamu harus segera menceraikan istrimu itu le,"
Ucapan Surti seketika membuat Amar benar-benar tak percaya. Bagaimana mungkin ia menceraikan Marni yang belum genap sehari ia nikahi, tanpa alasan yang jelas. Apalagi ia tidak berbuat salah apapun padanya.
"Ya tidak bisa seperti itu dong bu, lagipula Marni itu gak salah apapun sama aku. Jadi aneh kalau aku menceraikannya tiba-tiba, apa kata orang-orang nanti?"
"Kamu benar juga le, tapi aku takut kamu kenapa-kenapa," jawab Surti
"Hidup mati seseorang itu sudah ditentukan sama Gusti Allah Bu, jadi jangan pernah percaya dengan cerita takhayul seperti itu,"
"Mudah-mudahan semua itu gak bener ya le, dan jangan pernah kejadian sama kamu. Tapi bagaimanapun juga kamu harus waspada, karena hanya kamu yang bisa menyelamatkan dirimu sendiri," ucap Surti
"Inggih Bu, ya sudah kalau begitu aku balik lagi ke kamar, gak enak sama Marni kalau aku ninggalin dia lama-lama," ucap Amar berpamitan
Surti pun mengizinkan putranya itu kembali ke kamarnya, meksipun rasa was-was masih menghantuinya.
Amar duduk di bibir ranjang sambil memandangi wajah polos Marni yang sudah terlelap. Tak terasa ia sudah meninggalkannya cukup lama hingga membuat wanita itu terlelap. Marni dengan sejuta pesonanya tengah terlelap dengan damai. Polos seperti bayi, damai seolah tanpa beban. Kecantikan Marni membuat Amar tergila-gila padanya. Wajar saja Selain cantik Marni memiliki perangai yang lembut dan santun membuat semua pria tergila-gila padanya.
Amar masih ingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan wanita itu. Marni memikatnya dengan kebaikan hatinya yang selalu peduli terhadap orang-orang miskin.
Selain terkenal dermawan Marni juga terkenal sebagai janda kaya yang cantik jelita dan ramah terhadap siapapun. Hampir setiap hari Amar selalu bertemu dengannya karena Marni adalah pemilik rumah makan di depan tempatnya bekerja.
Hampir setiap jam makan siang Amar selalu mendatangi rumah makan Marni untuk mengisi perutnya yang lapar juga untuk menikmati kecantikan wanita itu hingga menumbuhkan benih-benih cinta.
Gayung bersambut ternyata Marni juga menyukai Amar, dan keduanya kemudian menjalin kasih hingga memutuskan untuk menikah.
Malam semakin larut namun Amar tak bisa tertidur. Ia masih memikirkan tentang toh istrinya. Bagaimanapun juga ucapan sang ibu membuat pria itu sedikit khawatir. Apalagi setelah melihat sendiri wujudnya.
"Ya Allah semoga ini hanya tanda lahir biasa dan tidak ada hubungannya dengan cerita ibu,"
Malam berlalu begitu lambat, pagi-pagi sekali Amar sengaja pergi ke kampung sebelah. Tujuannya adalah untuk mencari tahu tentang Toh yang dimiliki sang istri. Amar mengumpulkan banyak informasi mengenai istrinya termasuk mantan suaminya di desa kelahiran Marni.
Amar mulai takut dengan Marni saat ia tahu jika mantan suami Marni meninggal setelah melakukan malam pertama dengannya. Hampir sama dengan yang diucapkan oleh sang ibu.
"Masnya ini suami barunya Mbak Mur toh?" tanya seorang wanita paruh baya
"Inggih Bu," jawab Amar lirih
"Sudah berapa lama?" tanya wanita itu lagi
"Baru sehari Bu,"
"Oh syukurlah kamu masih hidup, biasanya gak ada yang di lolos setelah malam pertama. Kamu pasti belum melakukannya ya?" ucap wanita itu balik bertanya
"Maksudnya gimana toh Bu??" tanya Amar dengan wajah penasaran
Kali ini Amar benar-benar di buat penasaran oleh wanita itu. Meskipun sebelumnya ia sudah mendengar cerita ini dari ibunya dan juga orang tua mantan suami Murni, namun entah kenapa ucapan wanita itu benar-benar membuatnya penasaran.
Wanita itu menarik sudut bibirnya, tersenyum sinis menatap wajah penasaran Amar.
"Harusnya kamu lebih tahu dari aku le, apalagi kamu sudah mengunjungi kediaman mantan suami Marni. Aku yakin mereka pasti sudah menceritakan padamu kenapa anak mereka meninggal dan bagaimana kondisinya?" terang wanita itu
"Iya aku sudah tahu semuanya Bu, tapi aku yakin kamu punya versi berbeda, dan aku ingin mendengarnya,"
Wanita itu tiba-tiba membuka pakaiannya membuat Amar gugup dan memalingkan wajahnya.
"Tanda seperti ini bukan??" ucap wanita itu menunjukkan sebuah tanda lahir berwarna coklat kepada Amar
Dengan sedikit malu Amar memperhatikan tanda lahir itu secara seksama. Ternyata tanda lahir itu memang mirip seperti punya Marni istrinya.
Hanya saja bedanya tanda lahir itu sudah memudar dan berwarna coklat.
"Tapi warnanya berbeda," jawab Amar
"Itu karena aku berhasil membuangnya," jawab wanita itu kemudian sambil mengancingkan pakaiannya
"Jadi tanda lahir itu bisa di hilangkan???" tanya Amar
"Bisa hanya saja nyawa taruhannya," jawab wanita itu seketika membuat Amar terdiam seribu bahasa.
Setelah berkeliling kampung dan mendapatkan apa yang di cari, Amar pun kembali pulang. Setibanya di rumah Marni menyambutnya dengan senyum manisnya.
Seperti sihir senyuman Marni mampu menghilangkan rasa lelah Amar setelah seharian berputar-putar di kampung kelahiran Sang istri.
"Kamu pasti capek ya setelah seharian bekerja, kalau begitu biar Marni bikinin teh anget dulu ya buat Mas," ucap Marni
Amar hanya mengangguk pelan, membuat Marni langsung bergegas menuju ke dapur.
Tidak lama wanita itu kembali menghampiri Amar sambil membawa segelas teh hangat untuknya.
"Monggo silakan diminum Mas," ucap Marni dengan seulas senyum terpancar di wajahnya
Marni benar-benar membuat Amar tak bisa berkutik jika berada di sampingnya. Wanita itu selalu bisa membuatnya nyaman bersamanya.
"Kamu kenapa sih Mas, kenapa sekarang kamu lebih banyak diam, padahal kamu dulu sangat agresif. Apa kamu menyesal telah menikahi ku,"
salah bisa membaca pikiran suaminya tiba-tiba ucapan manis langsung membuat Amar terkesiap mendengarnya.
"Ah, tidak kok, siapa yang menyesal menikahi mu dek. Justru aku senang karena bisa menikahi wanita cantik dan baik hati seperti mu," ucap Amar berusaha menepis praduga sang istri
Ia bahkan memeluk erat wanita itu untuk meyakinkannya.
"Semoga saja ucapan mu itu benar Mas," ucap Marni menatap wajah suaminya
"Asal kamu tahu aku sangat bahagia karena kamu bisa melewati malam itu, malam yang selalu membuat ku ketakutan karena selalu kehilangan pria yang aku cintai," imbuh Marni membuat netra Amar seketika membulat sempurna.
Jadi dia tahu semuanya, tapi kenapa ia menutupinya dariku?
Melihat tatapan ketakutan sang suaminya membuat Marni tersenyum dan mengusap lemak wajah tampan suaminya itu.
Marni dengan sejuta pesonanya membuat Amar tak berani mengatakan apa yang dirasakannya kepada wanita itu. Entah kenapa semua rasa takut itu seketika sirna saat melihat senyuman manisnya.
Malam mulai menjelang, seperti sebelumnya Amar tampak ketakutan saat hendak memasuki kamar tidurnya. Meskipun begitu ia berusaha menyembunyikan rasa takutnya itu. Ia tak mau membuat istrinya kecewa.
Bagaimanapun juga Amar tidak mau menyakiti hati Wanita yang dicintainya itu. Apapun yang terjadi ia tak ingin meninggalkan Marni. Ia bahkan banyak mengumpulkan informasi bagaimana caranya untuk menghilangkan toh tersebut.
"Mas,"
Suara Marni membuat Amar terkesiap. Wanita itu terlihat begitu cantik meksipun tanpa make up di wajahnya. Ia bahkan sengaja menggunakan gaun tidur seksi untuk menggoda sang suami. Sepertinya ia tahu jika suaminya itu sedang galau. Ia pun menghampiri Amar dan mulai mencumbuinya membuat bir*hi Amar seketika membara dibuatnya.
Saat keduanya tengah bergumul, tiba-tiba sebuah benda jatuh tepat diatas atap kamar mereka. Seketika Marni bertingkah aneh setelah itu. Marni tiba-tiba menyanyikan sebuah kidung jawa yang terdengar aneh.