*Harap bijak membaca. novel ini mengandung cerita dewasa*
Kisah cinta antara Alaska dan Kejora yang diawali dengan perjodohan
Alaska mahasiswa kedokteran tingkat akhir di Universitas terkenal di Bandung yang Gaul, ganteng dan terkenal, banyak gadis yang mengejarnya tetapi agak arogan dan dingin atau cuek dipaksa menikah dengan dengan seorang gadis 19 tahun yang tidak dia kenal sebelumnya bernama Kejora gadis dari Bali yang seorang anak pesantren yang lemah lembut, cantik dan mempunyai mata yang indah dan kulit yang putih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin Nyaman
Gadis merasa benar - benar nyaman ketika dalam pelukan suaminya.
Bahkan, seketika rasa takut kehilangan itu timbul.
Rasa cintanya semakin menggebu - gebu, saat ini ia tak ingin beranjak walaupun sejengkal.
Wanita itu semakin mempererat dekapannya, memberikan kehangatan pada tubuh Bara yang kedinginan.
"Dis, kamu gak nyium bau sesuatu gitu?" tanya Bara secara tiba-tiba
Gadis menengadahkan wajah, menatap suaminya.
"Bau apaan emang?" tanya Gadis dengan dahi mengerut.
"Ya bau ketek misalnya, aku kan gak mandi" Bara jujur
"Ketek? Emangnya ketek kamu bau? Tanya Gadis lagi.
"ya kamu cium aja sendiri" Bara terkekeh
Dih, ogah banget, aku ogah ganti posisi maunya begini terus," Gadis membenarkan posisi kepalanya mencari kenyamanan dari tubuh hangat itu.
"Mau sampai kapan?" Bara menatap wajah Gadis yang begitu nyaman dalam dekapannya.
"Sampai kiamat".
"Buset, kelamaan keburu mati gue" balas Bara dengan nada yang sedikit kencang
"Bara ikh, apaan sih ngomongnya mati terus?" Gadis mengerucutkan bibirnya
"Emangnya kenapa? Kamu takut aku mati? Emangnya Kamu peduli sama aku? Setelah semalaman kamu nyuruh aku tidur di bawah sampai aku sakit begini" gerutu Bara yang membuat Gadis seketika menyesal, benar yang dikatakan Bara.
Gara - gara dia pria ini menjadi sakit sekarang.
"Ya maaf kan kita lagi berantem," balas Gadis dengan masih bibir mengerucut.
"Terus sekarang apaan nih peluk - peluk?"
"Kamu sendiri yang minta di peluk, aku cuma nurutin aja" elak Gadis.
"Nurutin tapi mau berpelukan sampai kiamat " Bara tertawa kecil
"Bara ikh, nyebelin banget! Sebenarnya aku tu mau benci sama kamu, tapi kok gak bisa?" Gadis kembali menatap wajah pria itu
"Ngapain benci sama suami sendiri. Aku juga gak benci sama kamu" Bara membalas tatapan Gadis yang membuat keduanya saling melempar pandangan
"Beneran? Trus kita gak jadi cerai nih? Wajah Gadis berbinar
"Ngapain cerai? Jangan - jangan kamu mau cerai sama aku supaya bisa nikah sama si Denis, iya? Tuduh Bara dengan wajah terlihat kesal
"Denis lagi..... Denis lagi, jangan - jangan kamu suka sama dia" balas Gadis yang seketika membuat mata Bara terbuka lebar
"Amit - amit aku masih normal kali" sangkal Bara dengan cepat
"Benar masih normal? Kok aku gak percaya" Gadis mengangkat alisnya sebelah dengan bibir yang tersenyum devil.
"Kamu butuh bukti kalau aku seratus persen normal dan tidak bengkok sedikitpun " terang Bara membuat Gadis sekuat tenaga menahan tawa
" Mana buktinya? Masa orang normal dipeluk begini gak ada reaksi" pancing Gadis dengan mata yang menatap jeli ke wajah suaminya
"Reaksi gimana? Bara menautkan kedua alisnya
"Ya reaksi kaki - laki gitu, katanya normal" Gadis memainkan jari ditengah dada bidang Bara.
Pria itu menelan salivanya pekat ketika memandang wajah Gadis semakin dalam
Matanya tertuju pada bibir tipis Gadis yang pernah dirasakannya
Bara mendekatkan wajah dengan perlahan, Gadis terdiam seakan siap menerima serangan dari suaminya
Bahkan wanita itu sedikit memajukan bibirnya ketika wajah Bara semakin mendekat.
Jantungnya berdebar kencang, ia sudah membayangkan adegan yang akan terjadi selanjutnya.
"Dis, ini tahi lalat ya?" celetuk Bara seraya menunjuk ke sudut bibir Gadis.
"Tahi lalat? Jadi kamu deketin aku cuma mau lihat tahi lalat aku doang?" kesal Gadis yang langsung menjauhkan wajahnya
Ia merasa malu sekaligus kesal, padahal dia sudah membayangkan adegan manis yang akan terjadi
"Hahaha .. Kamu ngarep apa? Dicium? Bara malah tertawa terbahak
"Tau akh, Bara gak asik!" Gadis melepaskan pelukannya dan akan segera bangkit.
Namun, sebelum itu Bara menarik kedua tangannya yang membuat Gadis terjatuh diatas tubuhnya.
Seketika kedua mata wanita itu terbuka lebar, jarak wajah mereka begitu dekat, bahkan hembusan napas terasa menyapu wajah.
Matanya saling menatap, seolah menyalurkan rasa yang belum tersampaikan oleh lisan.
Degup jantung Gadis kian berlalu, mengiringi tubuhnya yang kian memanas
Bara menangkap Bu kedua pipi istrinya lalu semakin mendekatkan wajahnya.
Tanpa aba-aba dia menempelkan bibirnya pada bibir tipis Gadis dan memberikan kecupan lembut
Gadis membulatkan matanya, Bara Melakukan itu tanpa minta
Bahkan, ini bukan hanya sekedar kecupan, melainkan luma*an yang diiringi sesap*an ni*mat.
Bara menekan tengkuk Gadis yang berada diatasnya dan semakin memperdalam ciu*annya
Suhu dikamar itu semakin terasa panas, mereka seakan tak peduli dengan matahari yang perlahan semakin meninggi.
Bara menekan perlahan tengkuk Gadis yang membuat wanita itu semakin tak tahan merasakan gejolak di dalam hatinya
Bahkan, tubuhnya seperti bergetar terkena aliran listrik. Ia menginginkan lebih dari itu.
Meski takut, tapi rasa penasarannya begitu besar.
Gadis menyentuh bahu tegap Bara dan mengusapnya dengan lembut
Membuat tubuh pria itu semakin menegang. Keduanya bergelut dalam ciu*an yang semakin lama semakin panas
Tok!
Tok!
Tok!
"Gadis, buka pintunya! Mama bawakan bubur untuk Bara"
Seketika keduanya tersentak mendengar suara itu
Bara langsung melepaskan pagutannya dan memandang ke arah pintu
"Mama kamu manggil " ucapannya panik
Padahal dia sudah hampir melakukan hal lebih terhadap istrinya.
" Akh, ganggu aja!" Gadis turun dari ranjang dan mengelap bibirnya yang terasa basah
Namun, kakinya tak sengaja tersangkut selimut yang menutupi bagian bawah tubuh Bara, sehingga membuat selimut itu ikut tertarik dan jatuh ke atas lantai
"OMG! Apa itu? Pekik Gadis seketika menunjuk ke area bawah Bara. Ada sesuatu yang menyembul di i dalam celana pria itu
"Kampret! Jangan dilihat itu berbahaya " Bara langsung bangkit dan menutup tongkat saktinya yang menyembul di dalam celana dengan kedua tangannya
"Bara, itu apaan? Tanya Gadis dengan penasaran
"Itu tanda kalau aku normal" Jawab Bara yang membuat seketika Gadis tertawa kencang
"Aku semakin penasaran" wanita itu kembali tertawa
"Apaan sih! Udah buruan buka pintunya sebelum mama masuk " titah Bara seraya menunjuk ke arah pintu
"Nih, tutup aja biar Mama gak lihat, kayanya gede banget" Gadis mengambil selimut yang terjatuh di atas lantai dan menyerahkannya pada Bara
"udah buka pintunya sana!" titah Bara dengan wajah memerah
Gadis berjalan ke arah pintu, wanita itu membuka pintu dan seketika muncul ibunya yang sedang berdiri dan membawa semangkuk bubur diatas nampan
"Lama banget buka pintunya, Bara udah di kerok?" tanya Rinda seraya menengok ke arah Bara yang duduk di atas ranjang dan masih bertelanjang dada
Untung pria itu sudah kembali menutup selimut pada bagian bawahnya
"Emmm... Sudah Ma tadi di kerok sekujur badan. Sini buburnya Gadis bawa, biar Bara makan di kamar aja" Gadis mengambil bubur itu dari tangan ibunya
"Dikerok sekujur badan nanti yang ada malah kaya macam" timpal Rinda seketika membalikkan badan meninggalkan Gadis yang sedang menahan tawa ia mengingat kejadian tadi.
maaf ya cuma koreksi dikit