Andien, gadis cantik itu tidak menyangka kedatangannya di satu desa untuk menghadiri acara pernikahan sahabatnya, membuat dirinya dibawa mahluk gaib ke suatu tempat yang tidak dia kenal.
Andien dipaksa untuk menjadi pengantin wanita di tempat yang tidak dia kenal itu..
Akankah Andien bisa selamat atau dia akan menjadi pengantin wanita di alam gaib dan tidak lagi kembali pada orang tua nya?
yukk guys ikuti kisah Andien dan jika dia selamat siapa penolong nya.?
note: ini cerita sekuel Novel Terikat Syarat Jailangkung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32.
Sang Ibunda Ratu dan Pangeran Dewa Anum pun cepat cepat masuk ke kamar Andien. Saat sudah di dalam kamar Sang Ibunda Ratu mengubah wujudnya menjadi sosok Mamanya Andien lagi. Pangeran Dewa Anum tersenyum menatap Sang Ibu..
Keduanya pun segera melangkah menuju ke tempat pembaringan Andien..
“Sayang, Mama sudah datang dengan calon suami kamu..” ucap Sang Ibunda Ratu alias Mamanya Andien Kw, sambil duduk di tepi tempat tidur Andien.
“Dia sangat gagah dan tampan ..” ucap Sang Ibunda Ratu sambil mengusap usap rambut kepala Andien.. Mata Andien masih terpejam dan hanya diam saja.
“Dia akan mencintai kamu dengan tulus...” ucap Sang Ibunda Ratu lagi.. sambil menatap Andien kini kening Andien tampak berkerut bagai berpikir karena mendengar ucapan ucapan Sang Ibunda Ratu yang menghipnotis nya.
Sesaat kemudian....
“Ma, katanya Mama tidak ingin aku menikah cepat cepat, harus selesai kuliah dulu.” Gumam Andien dengan kedua matanya yang masih terpejam.
“Hmmm Mama sudah tidak sabar ingin punya cucu..” ucap Sang Ibunda Ratu sambil masih mengusap usap rambut kepala Andien.
“Mas Rico saja Ma, disuruh menikah..” Gumam Andien yang masih tertutup matanya..
“Sayang Mama ingin cucu dari kamu, sekarang calon suami kamu sudah datang ke sini dia sangat baik.. dan punya kekuasaan, hidup kamu akan enak.” Ucap Sang Ibunda Ratu lagi sambil menatap Pangeran Dewa Anum yang masih berdiri sambil menatap wajah cantik Andien tanpa berkedip.
“Duduklah di sini.” Ucap Sang Ibunda Ratu selanjutnya sambil berdiri dan menyuruh Pangeran Dewa Anum duduk di tempatnya tadi.
Pangeran Dewa Anum berdebar debar jantungnya duduk di tepi tempat tidur. Ruang hatinya telah terisi rasa terpesona pada kecantikan dan kemolekan tubuh Andien yang terbalut oleh pakaian ala kerajaan jin.
“Berbicaralah pada nya!” perintah mamanya Andien Kw.
Pangeran Dewa Anum menganggukkan kepalanya..
“Ehem... hm.. “ Pangeran Dewa Anum berdehem untuk mengetes suara nya.
“Calon istriku...” ucap Pangeran Dewa Anum sambil membelai rambut kepala Andien.
“Kamu sangat cantik dan rambut kamu sangat halus..” ucap Pangeran Dewa Anum sambil terus membelai belai rambut kepala Andien.
Andien tampak diam saja dan tiba tiba bibirnya tersenyum..
“Namaku Andien, panggil saja aku Andien.” Gumam Andien yang masih terpejam dan menikmati belaian tangan Pangeran Dewa Anum di rambut kepala nya. Pangeran Dewa Anum terus membelai dengan penuh kasih sayang. Dia sudah mulai membuka pintu hatinya untuk gadis pilihan Sang Ibunda Ratu tercinta.
“Andien... nama yang cantik secantik pemiliknya...” ucap Pangeran Dewa Anum sambil terus membelai rambut kepala Andien. Bibir Andien pun tersenyum dan kedua pipi nya merona merah jambu.
Sang Ibunda Ratu yang masih berdiri sambil menatap wajah Andien tersenyum dan mengangguk anggukkan kepalanya... lalu dia berucap...
“Berbicaralah terus dan jangan kamu sentuh kulitnya sebelum malam pernikahan usai. Hanya boleh kamu sentuh rambut kepalanya. Aku akan keluar dari kamar ini.” Ucap Sang Ibunda Ratu memberi kesempatan pada Pangeran Dewa Anum untuk menghipnotis Andien.
Pangeran Dewa Anum menoleh ke arah Sang Ibunda Ratu sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya.. Dalam sekejap Sang Ibunda Ratu pun telah menghilang dari dalam kamar tempat Andien berbaring itu.
Waktu pun terus berlalu, sementara itu di lain tempat di bumi di alam kasat mata. Tepatnya di hotel di kamar tempat Syahrul dan Pungki. Waktu sudah pagi hari..
Keduanya kini bersiap siap akan berangkat menuju ke gunung tempat kerajaan jin Sang Ratu. Keluarga Andien yang sudah tidak sabar ingin cepat cepat menuju ke lokasi itu.
“Mas, Ndaru dan keluarga nya menyusul ya?” tanya Pungki yang sudah rapi dan tas ranselnya pun sudah siap untuk digendong tidak ada lagi yang ketinggalan. Kunyit yang harus dia makan tinggal sisa sedikit nanti saat buka puasa pasti sudah habis.. kunyit sepanjang janur sudah selesai dia makan nanti sore.
“Iya Pung, keluarga Hasto akan menghadiri sidang dulu. Andai mereka nanti menyusul mungkin juga Fatima dan Bu Hasto hanya sampai di desa saja tidak ikut naik ke atas demi keselamatan Fatima.” Ucap Syahrul sambil memasukkan obat dan vitamin dari Pak Dokter ke dalam tas kecilnya. Pak Dokter memberikan obat mual, obat pusing dan beberapa vitamin pada Syahrul agar diminum jika dibutuhkan. Karena Syahrul merasa tubuh nya baik baik saja obat dan vitamin belum dia minum dan hari ini pun dia berniat berpuasa. Tadi dia dan Pungki makan saur dengan buah buahan yang diambilkan oleh Windy.
“Semoga Hananta mendapat hukuman mati seperti tuntutan jaksa.” Gumam Pungki yang masih kesal dengan perbuatan Hananta yang telah membunuh Dewa sahabat karibnya yang baik hati. Pungki lalu melipat popok kain Windy dengan rapi dan dia simpan di saku celananya.
“Semoga Pung, pasti hakim akan memberikan hukuman berat pada pelaku pelaku nya karena pembunuhan berencana dan dilakukan secara persekongkolan. Terutama pada Hananta otak dari semua kejahatan itu.” Ucap Syahrul yang sudah selesai mengemas barang barang nya.
“Ayo Pung kita keluar kita tunggu mereka di ruang lobby, jangan sampai mereka yang menunggu kita.” Ucap Syahrul sambil menggendong tas ranselnya.
“Iya Mas.” Ucap Pungki sambil meraih tas ranselnya pula. Dia menoleh noleh mencari Windy yang tidak terlihat sejak memberikan buah buahan dini hari tadi.
“Windy di mana ya? Jangan jangan dia malah asyik bermain main di mall.” Gumam Pungki di dalam hati.
“Ayo Pung!” ajak Syahrul yang mulai melangkah menuju ke pintu.
“Iya Mas, bentar.” Ucap Pungki masih menoleh noleh dengan gelisah.
“Jangan lama lama Pung, aku lihat keluarga Andien belum percaya pada kamu, jangan buat mereka semakin ilfil ke kamu karena kamu tidak tepat waktu. Aku berharap aku baik baik saja sesuai rencana tetapi Kakek Jin terus saja memberi peringatan ke aku.” Ucap Syahrul sambil membuka pintu.
Pungki semakin tambah bingung di satu sisi harus segera keluar dari kamar demi mengambil hati keluarga Andien tetapi di satu sisi dia masih harus mencari Windy...
“Windy .... kamu di mana? Aku sudah mau berangkat!” ucap Pungki saat Syahrul sudah keluar dari kamar..
“Mana dia belum kasih tahu aku bagaimana cara memanggil dan mencari dia lagi.” Gumam Pungki sambil meraih popok kain dari dalam sakunya, karena ingat Mas Syahrul yang memakai keris untuk berkomunikasi dengan Kakek Jin nya.
“Jangan jangan dia keasyikan bermain sampai lupa menemui aku macam waktu keasyikan ikut odong odong.” Gumam Pungki yang semakin panik saat ingat Windy keasyikan ikut odong odong sampai tersesat dan kembali sudah ditinggal oleh jin jin lainnya.
genting ini...
kasihan andinnn
hp br bener.