Caroline adalah seorang pegawai kantor biasa. Dia bekerja seperti orang biasa dan berpenampilan sangat biasa. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dia sebenarnya adalah boss mafia di dunia bawah.
Suatu hari saat Carolin pergi melakukan perjalanan bisnis, tanpa diduga dia diserang oleh salah satu musuhnya dan mati karena helikopter yang jatuh lalu meledak.
Saat Carolin terbangun, dia menemukan dirinya berada ditubuh orang lain. Melihat kecermin dan memegang wajahnya dengan bingung, “Siapa?”
Akankah Caroline mampu bertahan didunia yang tidak dia ketahui ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Menyerah dan kalah
Semua pasukan kerajaan Eldoria melihat sinyal itu, dengan serentak mereka menjatuhkan pedang mereka dan berlutut ditanah dengan tangan diatas seperti halnya tawanan.
“Sepertinya sudah berakhir,” ucap Leticia menatap langit gelep yang di hiasi sinyal kekalahan lawan.
Leticia melihat Ton yang berlutut ditanah. “Apa kau tidak membunuhnya?” tanya Leticia kepada David.
“Mereka sudah mengirimkan sinyal menyerah … itu tidak ada gunanya lagi,” ucap David sambil memasukkan pedangnya kedalam sarung pedang.
“Tch … kau terlalu berhati lembut,” ucap Leticia melipat kedua tangannya.
“Setidak nya aku sudah memotong salah satu tangannya,” ucap David menatap tangan yang dia potong dengan pedangnya sendiri. Dia terbawa emosi karena orang ini memiliki mulut yang tajam.
“Tiuuuu!!” sinyal dari Duke Cedric.
“Sinyal dari Duke,” ucap David melihat langit.
“Sepertinya benar – benar sudah berakhir,” ucap Leticia merespond sinyal yang dia lihat.
“Baiklah … ayo kita kumpulkan mereka,” ucap David meninggalkan Leticia.
Leticia maju dan mendesak Ton untuk berdiri. “ Berdirilah … kau harus bersyukur masih selamat,” ucap Leticia.
Ton menatap tajam Leticia. “Apa yang kau lihat?!!” teriak Leticia sambil mendorong Ton.
“oh ya... Aku sudah membunuh temanmu … siapa namanya tadi?” Leticia memikirkan nama seseorang yang dia bunuh.
“…..” Ton hanya diam tidak menghiraukan.
“Pei?” ucap Leticia memiringkan kepalanya.
Mendengar nama ini, Ton langsung melotot melihat Leticia. “Hei … mengapa kau menatapku seperti itu?” ucap Leticia.
“Ini adalah perang … hidup dan mati adalah hal biasa,” ucap Leticia lagi sambil mendorong Ton.
Ton tidak menyangka kalau Pei mati di tangan wanita ini. Bagaimana dengan yang lain? Apa mereka baik – baik saja? Tidak! Apakah mereka masih hidup?
Ton segera merasa sedikit kepanikan dihatinya, dia kira rekan – rekannya cukup kuat sehingga dia tidak terlalu memikirkannya. Sekarang setelah mengalami penyerangan yang tiba – tiba dan begitu brutal, ini membuatnya sedikit terkejut dan juga takut.
“P-pei!!” gumam Ton dengan nada sedih.
Semua orang telah dikumpulkan di tengah camp kerajaan Argentum. Mereka semua dipaksa menunduk dan tangan mereka semua di ikat dengan tali.
“Tersisa lima orang,” ucap David sambil menghitung orang yang ada.
“Baiklah hari ini hari kemenangan kita …. Ayo kita rayakan!!” teriak Leticia mengangkat tangannya.
“Waaaaaa!!!” semua prajurit merespond kata – kata Leticia.
“Letakkan mereka semua kedalam penjara kayu,” ucap Duke.
“Baik Duke,” jawab David.
Duke Cedric pergi ke tendanya dan menyalakan api untuk penerangan. Mereka semua telah berhasil mengalahkan kerajaan Erdolia.
Duke melepas bajunya, “Hah … sudah saatnya pulang.”
“Duke …” Caroline masuk tiba – tiba kedalam kamar Duke.
“!!!!”
“Maaf … seharusnya aku tidak langsung masuk!” Caroline hendak keluar. Ini sangat memalukan.
“Tidak apa – apa …. Masuklah.” Duke mengambil kemeja bersih dan memakainya segera.
“B-baiklah.” Caroline kembali masuk kedalam dan duduk.
“Jadi ada apa tuan putri ingin menemuiku?” tanya Duke.
“Ehm … aku hanya ingin mengatakan selamat atas kemenanganmu,” ucap Caroline mengulurkan tangannya.
“Ini semua berkat strategimu,” ucap Duke menjabat tangan Caroline.
“Aku harap kau tidak melupakan permintaanku saat berangkat kekerajaan Erdolia,” ucap Caroline.
“Tentu saja aku tidak melupakannya,” jawab Duke.
“Baiklah … aku hanya ingin mengatakan itu.” Caroline berdiri.
“Tunggu !!”
Duke memanggil Caroline. “Apa kau yakin hanya itu yang kau inginkan?” tanya Duke.
“Ya …. Hanya itu,” jawab Caroline sambil tersenyum. Setelah itu Caroline keluar dari tenda Duke dan kembali ke tendanya untuk beristirahat, dia akan melakukan banyak hal besok.
“Bagaimana bisa kita kalah?!!!” teriak Hope.
“Pei … aku tidak menyangka Pei akan … Ughhh.” Hope masih sedih memikirkan Pei, dia tidak bisa membawa mayatnya. Dia hanya membawa gelang yang sering digunakan oleh Pei.
Ton melihat gelang yang dipegang Hope dan mengerutkan kening. Dia tidak menyangka mereka akan kalah.
Hope melihat Evan yang hanya diam saja dari tadi tidak berbicara dengan tatapan kosong. “Ada apa denganmu?” tanya Hope.
Ton juga memeperhatikan Evan. Apa dia mengalami trauma yang sangat berat dalam peperangan ini? Apa yang prajurit kerajaan Argentum lakukan padanya?
“Hei!!” teriak Hope.
Evan ditarik oleh Hope dan Hope melihat tatapannya, itu seperti orang tak bernyawa. “K-kau!!!”
“Sudah … biarkan dia beristirahat,” ucap Ton memisahkan mereka berdua.
Hope mundur dan bersandar di jeruji kayu. Dia melihat para prajurit lawan menikmati pesta mereka dengan senang hati. “Tch … aku akan tidur.”
Ton melihat tangan Hope yang di potong dengan pedang. Dia masih bersyukur Ton tidak terlalu sedih dengan keadaannya sekarang. Sebaliknya Evan terlihat sangat tertekan.
“Duke.” David masuk kedalam tenda Duke Cedric.
“Apa yang kau lakukan?” tanya David.
“Mengirim surat pemberitahuan kepada yang mulia,” jawab Duke terus menulis.
“Setelah menulis bergabunglah dengan kami,” ajak David.
“Tidak … kalian bersenang – senanglah tanpa aku,” ucap Duke Cedric.
“Apa? ayolah satu kali ini kau harus bergabung,” ucap David.
Duke Cedric berhenti menulis dan memikirkannya. “Baiklah aku akan menyusul,” jawab Duke melanjutkan menulis surat lagi.
“Bagus kalau begitu … kami akan menunggumu,” ucap David berpamitan dan keluar dari tenda Duke.
“Hah …” Duke menggelengkan kepalanya tak berdaya.
David kembali berkumpul dengan yang lain.
“Apa Duke akan bergabung?” tanya Leticia dengan semangat.
“Ya … dia akan bergabung dengan kita sebentar lagi,” jawab David.
“Benarkah …. Bagus kalau begitu,” ucap Leticia.
“Ini akan sangat menyenangkan jika Duke bergabung,” ucap prajurit.
“Ya … aku dengar setelah ini yang mulia raja akan melanjutkan pencarian istri untuk Duke.”
“Benarkah?”
“Aku rasa nona Leticia sangat cocok untuk menjadi pendamping Duke.”
Mereka semua melihat Leticia yang sedang minum. Menurut mereka Leticia adalah kandidat Duke yang paling banyak didukung oleh orang yang berpihak kepada Duke.
“Banyak yang membicarakan itu,” ucap Leticia dengan nada yang sedikit bangga.
David hanya meliriknya dan tidak menjawab.
“Apa yang kalian bicarakan?” Duke datang bergabung dengan mereka.
“Duke … ayo duduk,” ucap David. Dia bosan mendengarkan celotehan yang lain.
Duke duduk disebelah David dan menerima gelas yang diberikan oleh David. “Kami baru saja membicarakan tentangmu,” ucap David.
“Begitu.” Duke tidak terlalu memikirkannya dan menyesap minuman itu.
Malam itu berlangsung dengan meriah, semua orang sangat senang akhirnya bisa kembali kekerajaan mereka dan menemui keluarga yang sudah lama mereka tinggalkan. Semua orang bersenang – senang kecuali para tahanan.
Evan melihat tenda Caroline. Dia sekarang sudah sedikit sadar, sebelumnya dia masih terkejut dengan apa yang dilakukan putri Caroline. Monster yang dikeluarkan putri Caroline sebelumnya. bukankah itu hewan suci dewa?
Dia pernah mendengar cerita ini dari gurunya, tidak sembarang orang bisa menjadi master dari hewan tersebut. Siapa tuan putri Caroline sebenarnya? Megapa dia menyembunyikan kekuatannya selama ini? Evan mengerutkan kening memikirkannya membuatnya pusing.
Ini tidak ada gunanya sekarang, mereka telah kalah dalam peperangan ini. Evan memejamkan matanya dan bersandar di jeruji kayu.
Apa yang akan terjadipada mereka selanjutnya?
Caroline berada di tenda tidur dengan nyenyak, ini pertama kalinya dia sangat nyaman tidur di dunia ini. Hhahaha … aku harap aku memimpikan hal yang indah malam ini.
semangat ya duke dan duches