Suami Ku Hantu

Istana oranye tempat manusia bernama Dalca II bersemayam tinggal di istana megah yang cukup suram itu.

Heng yang telah menjadi hantu melihat Ho berjalan masuk ke dalam istana oranye dengan sikap kebingungannya.

Ho tidak tahu jika Heng kini tengah mengawasi dirinya dari sisi lain ruangan istana oranye.

Pintu dalam istana oranye terbuka lebar ketika Ho berada di dalam istana.

Ho tersentak kaget ketika melihat pintu itu terbuka dengan sendirinya.

Dia berjalan pelan masuk ke dalam istana, melangkah perlahan-lahan seraya memastikan sekitarnya.

Tak banyak kata yang terucap dari mulut Ho kala masuk ke istana oranye.

Dari arah atas istana oranye, Heng melayang turun ke dalam istana.

"Kenapa kamu tidak ikut masuk ke dalam sana ?", tanya siluman air.

"Aku memastikanya aman di dalam sana baru aku masuk menyusulnya", sahut Heng.

"Kamu membiarkannya tidak aman lagi, Heng", ucap siluman air.

"Tidak, tidak seperti itu...", sahut siluman air.

"Lalu kenapa kamu masih diam saja disini ?", kata siluman air.

"Biarkan dia bertemu Dalca II baru aku akan melihatnya", kata Heng.

"Sama saja, Heng !", sahut siluman air.

"Maksudnya ?", kata Heng.

"Pemilik istana oranye ini akan memakan saudara mu menjadi makanan penutup untuk makan malamnya", sahut siluman air.

"Apa maksud perkataanmu itu ?", tanya Heng kaget.

"Pemilik istana oranye ini bukan manusia", sahut siluman air.

"Bukan manusia maksud mu dia siluman sama seperti mu ?", kata Heng.

"Tepat sekali ! Siluman sama seperti kita !", ucap siluman air.

"Astaga ! Bagaimana tidak ada yang tahu jati diri tuan Dalca II itu ? Dan bagaimana tuan Kwee Lan tidak tahu akan hal itu ?", sahut Heng.

"Tuan mu memang agak bodoh sama dengan kalian berdua, tidak tahu siapa yang sebenarnya kalian hadapi sekarang", ucap siluman air.

"Bodoh !?", kata Heng.

Heng menatap dingin pada siluman air yang berdiri dengan kain yang melambai-lambai di sekitar tubuhnya.

"Haruskah aku menjelaskan sejelas-jelasnya padamu akan identitas tersembunyi pria bernama Dalca II itu ?", tanya siluman air.

"Haruskah !?", gumam Heng.

"Menurutmu, haruskah itu ?", tanya siluman air.

"Apa sosok asli dari tuan Dalca II sebenarnya ?", tanya Heng.

"Dia siluman pemakan manusia", sahut siluman air.

"Bukankah dia adalah manusia dari Klan bangsawan Dalca keturunan Klan Vlad V ?", tanya Heng.

"Dia garis dari keturunan Vlad sang penyula !", sahut siluman air.

"Lalu apa hubungannya dengan Vlad ?", tanya Heng.

"Apakah kamu tidak tahu kutukan yang didapatkan dari garis Vlad ?", kata siluman air.

"Hanya sebuah kutukan, apakah itu sangat berpengaruh ?", sahut Heng.

"Berpengaruh !?", ucap siluman air.

"Iya, apa pengaruh kutukan itu ???", tanya Heng.

"Kamu anggap enteng sebuah kutukan ? Yang jelas-jelas membuat hancur hidup seluruh keturunan Vlad?", ucap siluman air.

"Tidak, tidak seperti itu...", sahut Heng.

"Lalu !?", kata siluman air.

"Ini hanya kutukan tapi bagaimana bisa sampai mempengaruhi hidup semua klan Vlad ???", tanya Heng.

Sikap Heng membuat siluman air sedikit kesal dengan sikap bodohnya itu.

"Bagaimana mempengaruhi hidup semua klan Vlad !? Ya, mana aku tahu !!!", sahut siluman air.

"Jika tidak ada pengaruhnya maka tidak perlu ditakuti oleh kita, hanya sebuah kutukan dan itu tidak ada pengaruhnya pada hidup kita", kata Heng.

"Dia berubah menjadi siluman pemakan manusia untuk keabadiannya tetap menjadi yang terkuat", ucap siluman air.

"Seram, bukan !?", kata Heng.

"Kamu yang menyeramkan sebenarnya !", sahut siluman air kesal.

"Ha... Ha... Ha... !?", sahut Heng sambil tertawa pelan.

"Dasar bodoh !", kata siluman air.

Siluman air berdiri melayang-layang dengan menunjukkan ekspresi wajah cemberut kesal atas sikap dari Heng yang masa bodoh.

"Kau sudah jadi hantu tetap tidak mengubah diri mu menjadi lebih pintar dari sebelumnya, malah bertambah tolol", ucap siluman air.

Siluman air terbang mengitari ruangan istana oranye yang ada di luar pintu besar yang terbuka lebar itu.

"Apakah tuan Kwee Lan mengirim kita sebagai makanan penutup untuk tuan Dalca II ?", tanya Heng.

"Pada dasarnya tuan mu itu dalam pengaruh sihir dari Dalca II yang merupakan pemilik istana oranye ini", sahut siluman air.

"Sihir ?", kata Heng.

"Benar, sihir yang membunuh sifat dasar manusia sehingga dia tidak memiliki akal pikiran serta naluri manusia", sahut siluman air.

"Bagaimana bisa itu terjadi ? Dan aku tidak pernah tahu, tuan Kwee Lan menemui pria bernama Dalca II di kediamannya selama ini", ucap Heng.

"Tentu saja, kau tidak mengetahuinya, Heng !", sahut siluman air.

"Bagaimana kau bisa tahu itu ?", tanya Heng.

Heng berdiri menatap siluman air dengan tatapan mata yang menyiratkan kecemasan.

"Putri tuanmu yang bernama Jingmi itu adalah kekasih dari tuan Dalca II karena anjuran dari tuan Dalca untuk memberikan minuman ramuan sihir kepada ayahnya agar menuruti semua keinginannya", sahut siluman air.

''Kekasih !?", kata Heng.

''Iya, dia menjadikan Jingmi, nona mu sebagai budak cintanya serta memanfaatkan Jingmi itu sebagai pelayannya yang harus setia selalu pada Dalca II", ucap siluman air.

''Budak cinta ? Pelayan !?", kata Heng kaget.

Heng hampir terlonjak kaget dan menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai istana oranye.

''Kau sedang tidak bercanda, bukan ?", tanya Heng.

"Hmm, tidak ! Aku tidak sedang bercanda sama sekali...", sahut siluman air.

Siluman air memutari ruangan istana oranye saat dia berbicara menjelaskan sosok yang sebenarnya, Dalca II itu pada Heng.

Wanita berjubah kuning itu lalu duduk di atas atap istana oranye dan bergelantungan di atas atap dengan kepala menghadap ke arah bawah.

Menatap lurus ke arah Heng sambil tersenyum simpul.

''Seperti itulah puteri tuanmu itu yang sebenarnya dan yang membuat nona Jia Li terpaksa menikahi Van Costel IV itu juga karena nona Jingmi", sahut siluman air.

''Nona Jingmi merencanakannya ?", kata Heng melongo.

''Dan alasan dia tidak ingin menikahi Van Costel IV karena sebenarnya Jingmi memiliki kekasih", ucap siluman air.

''Kekasih ? Nona Jingmi memiliki kekasih lainnya selain tuan Dalca II ???", tanya Heng.

Raut wajah Heng berubah merah padam menahan rasa malunya karena ulah putri tuannya itu.

Tubuh Heng berguncang keras lalu tertawa keras.

Dia terus tertawa keras seperti orang gila hingga membuat retak seluruh atap istana oranye.

Siluman air hanya diam sembari tetap bergelantungan di atas atap istana oranye sambil menggoyangkan tubuhnya.

Bergoyang kian kemari tanpa henti-hentinya dan membuat gerakan berputar di atas atap istana oranye.

Ho terus maju masuk ke dalam ruangan istana oranye dengan hati was-was.

Kedua kakinya gemetaran ketika dia memasuki dalamnya ruangan istana oranye yang hanya berhias cahaya api yang remang dari lilin.

''Kenapa aku tidak melihat tuan Dalca II ? Dan hanya ada hiasan lilin di ruangan istana oranye ini ?", ucap Ho.

Tubuh Ho panas-dingin karena menahan rasa cemasnya yang meningkat saat memasuki istana oranye, seorang diri.