Darson Rodriquez seorang gangster yang menculik Gracia Vanessa, dan dijadikan sebagai pemuas ranjang selama tiga hari. Gracia yang dijual ibu tirinya harus menerima penderitaan yang tiada akhir.
Bagaimana Gracia bisa terlepas dari genggaman Darson yang berniat menjadikan dirinya sebagai simpanan? bukan tanpa sebab bos gangster tersebut sengaja gadis itu berada di sisinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Ciuman Darson semakin dalam, tubuhnya menindih tubuh istrinya dengan gairah yang tak tertahankan. Cuaca yang terang menjadi saksi bisu dari hubungan intim mereka yang selalu penuh dengan h*srat.
Gracia berusaha mengatur napasnya yang tersengal, sambil mengingatkan suaminya, "Kamu baru melakukannya semalam, aku tertidur dan kau juga tidak melepaskan aku. Pinggangku sakit sekali," katanya dengan suara lemah, mencoba menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.
Darson tersenyum samar, mata hitamnya berkilat dengan keinginan yang tak pernah padam. "Tubuhmu ini selalu membuatku tidak bertahan, dan ingin menikmatinya. Jadi kamu harus menuruti keinginanku. Setelah selesai nanti aku akan memijat pinggangmu," bisiknya dengan nada menggoda, tangannya masih erat memeluk Gracia. Jemarinya yang kokoh meremas lembut pinggang istrinya, seolah ingin menghilangkan rasa sakit itu dengan sentuhannya.
Gracia menghela napas, rasa pasrah dan lelah terlukis jelas di wajahnya. "Tidak perlu!" jawabnya tegas namun lemah, berusaha melepaskan diri namun gagal. Tubuhnya terasa berat dan sulit bergerak, seolah terperangkap dalam pelukan suaminya yang begitu kuat.
Ia mencoba fokus pada suara detak jantung Darson yang bergema di telinganya, mengingatkan dirinya bahwa pria ini adalah suaminya, meskipun sering kali ia merasa terjebak dalam hubungan yang penuh dengan dominasi dan hasrat yang tak terpuaskan. Rasa panas di tubuhnya bercampur dengan dinginnya di pagi itu, menciptakan kontras yang menyiksa namun juga anehnya menenangkan.
Meskipun ia merasa lelah dan ingin beristirahat, ia tahu bahwa ini adalah bagian dari perannya sebagai istri Darson, pria yang ia cintai namun juga sering membuatnya merasa terkurung dalam keinginan dan ambisinya yang tak pernah padam.
Darson merasa puas dan bergerak semakin cepat, merasakan gelombang kepuasan yang semakin mendalam setiap kali ia mendorong. Nafasnya semakin berat, menggambarkan betapa besar gair*h yang membakar tubuhnya.
Gracia, meski tubuhnya lelah, melingkarkan kedua tangannya ke leher suaminya dan mencium bibir pria itu dengan penuh rasa. Ia berusaha merasakan setiap detik dari kebersamaan mereka, meski terkadang tubuhnya menjerit dalam kelelahan.
Darson membalas ciuman istrinya dengan penuh cinta. Ciumannya semakin dalam, mengekspresikan rasa sayang dan keinginan yang membara. Ia menikmati seluruh tubuh istrinya, dari atas hingga bawah, merasakan setiap lekuk dan sentuhan yang begitu menggigit dan memabukkan.
"Katakan kalau kau mencintaiku!" bisik Gracia, melepaskan ciumannya dengan mata yang penuh harap dan cinta. Suaranya terdengar lemah namun tegas, seolah memohon pengakuan dari pria yang sangat dicintainya.
"Gracia Vanessa adalah wanita yang paling aku cintai," ucap Darson dengan penuh keyakinan. Ia terus bergerak maju mundur, merasakan betapa kenyal gundukan milik istrinya yang menempel di dadanya.
Setiap sentuhan menambah intensitas hubungan mereka, membuat Darson semakin tenggelam dalam lautan hasr*t yang membara.Gerakannya semakin cepat dan intens, membuat ranjang berderit mengikuti irama gairah mereka.
Gracia menutup matanya, menikmati setiap momen meski tubuhnya terasa lelah. Ia merasakan cinta dan gair*h yang bercampur menjadi satu, membuatnya lupa akan rasa sakit dan kelelahan yang tadi dirasakannya.
Alice mendatangi mansion Darson tanpa ragu. Ia ingin menemui Gracia, istri pacarnya, yang memiliki kemiripan luar biasa dengannya. Hatinya berdebar-debar, namun tekadnya bulat.
Pintu mansion terbuka, dan Alice melangkah masuk dengan penuh percaya diri.
Di saat yang sama, Darson yang baru selesai mandi menuju ke anak tangga. Tubuhnya masih basah, rambutnya sedikit berantakan. Ketika ia melihat Alice berdiri di ambang pintu, seluruh tubuhnya menegang. Matanya terbelalak, tak percaya bahwa wanita dari masa lalunya kini berdiri di depannya.
"Darson, ternyata kamu masih tinggal di sini. Aku menunggumu hingga pagi, dan kau tidak datang juga. Oleh karena itu, aku datang untuk menjumpaimu," ucap Alice, suaranya penuh dengan campuran rasa sakit dan kerinduan. Ia menghampiri Darson dan memeluknya dengan erat, tubuhnya gemetar sedikit dalam pelukan itu.
Darson terdiam, hatinya berperang antara masa lalu dan masa kini. Walau ia baru saja melewati malam yang panas bersama istrinya, kehadiran Alice mengguncang stabilitas emosinya.
"Seharusnya kamu tidak datang," ujarnya, suaranya bergetar.
"Aku merindukanmu dan kenangan kita, janji kita yang akan menikah," jawab Alice dengan mata yang berkaca-kaca. Rasa kehilangan dan cinta yang tak terpenuhi tergambar jelas di wajahnya.
Gracia yang baru keluar dari kamar tersentak melihat pemandangan di depannya. Wanita yang sangat mirip dengannya sedang memeluk suaminya dengan erat. Jantungnya berdetak kencang, rasa cemburu dan bingung menyatu menjadi satu. Ia berdiri terpaku, tak mampu bergerak atau berbicara.
"Aku merindukanmu, dan membayangkanmu tidur di sampingku," ucap Alice, suaranya berubah menjadi bisikan penuh kerinduan. dan menyadari kehadiran Gracia, ia sengaja mencium bibir Darson dengan penuh gair*h.
Darson melepaskan ciumannya dan menjauh dari wanita itu," Jangan melakukan itu lagi, di sini adalah rumahku!"
"Apakah dia adalah calon istrimu yang ketiga?" tanya Gracia yang berdiri di lantai dua. Ia berusaha santai dan tersenyum melihat suaminya dan wanita itu.
gimna y nasib Gracia ini pasti rencana zanella semoga aja darson ga percaya