Semua bermula dari CINTA TERLARANG.!!!
Diselimuti ego, obsesi dan dendam, mereka tidak sadar jika semua perasaan itu yang telah menciptakan kehancuran dalam kehidupan mereka.
Kebahagiaan terenggut, mengorbankan orang-orang yang tidak bersalah di sekitar mereka. Banyak hati yang terluka, bahkan mereka yang melukai hatinya sendiri.
Seandainya saja bisa mengesampingkan ego, membuang obsesi dan menghapus dendam, mungkin kehancuran ini tidak akan mereka alami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Sepanjang perjalanan kembali ke perusahaan setelah meeting, Sinta lebih sering membuang pandangannya ke luar jendela. Dia tidak pernah menyangka hubungan terlarangnya dengan Alan akan diketahui oleh Reyhan.
"Saya sebenarnya nggak mau ikut campur urusan pribadi kamu dengan Alan, tapi disini kamu yang akan dirugikan kalau hubungan kalian terbongkar. Bagaimana tanggapan keluarga kamu, orang tua kamu. Seorang adik menjadi duri dalam rumah tangga Kakaknya sendiri. Kamu nggak pernah berfikir sampai kesana.?" Reyhan bicara hati-hati dengan nada tenang. Di liriknya Sinta yang masih dalam posisi memalingkan wajah.
Sinta memilih bungkam. Dia juga tidak pernah berfikir akan melangkah sejauh ini dengan Kakak iparnya sendiri. Situasi dan keadaan yang pada akhirnya menyatukan mereka dalam hubungan yang terlarang. Cinta sudah terlanjur menguasai hati. Membutakan mata pada sesuatu yang tidak seharusnya.
"Kamu nggak penasaran kenapa aku memata-matai Alan belakangan ini sampai terkuak hubungan kalian." Ucap Reyhan kemudian. Reyhan tidak memaksa Sinta untuk menanggapi perkataan dia sebelumnya. Reyhan berusaha memahami perasaan Sinta saat ini. Sinta mungkin malu padanya.
Sinta menoleh, tentu saja dia jadi penasaran. Jika alasannya karna Reyhan menyukainya, rasanya tidak masuk akal kalau Alan yang harus dimata-matai oleh Reyhan.
"Liana sudah lama mencurigai Alan punya wanita lain. Dia menghubungi saya dan meminta bantuan." Tutur Reyhan.
Sinta tidak tau jika 3 minggu ini Reyhan memata-matai Alan. Semua itu berawal dari curhatan Liana padanya. Sebagai sahabat dari suami Liana, tentu Reyhan berniat baik untuk mengungkap kecurigaan Liana. Tapi siapa sangka Reyhan malah dikejutkan dengan fakta seperti ini. Alan berselingkuh dengan adik iparnya sendiri.
Ketakutan menguasai Sinta. "Pak Reyhan akan mengadukan ini, pada Mba Liana.?" Tanyanya panik.
Sudut bibir Reyhan terangkat, dia tersenyum miring. "Apa menurut kamu saya setega itu.? Hubungan persaudaraan diantara kalian bisa hancur jika saya memberi bukti pada Liana."
Sinta menghela nafas lega. "Terimakasih." Lirihnya.
Reyhan menahan Sinta tak habis pikir. Hanya terimakasih yang keluar dari mulut Sinta. Apa Sinta tidak berniat mengakhiri hubungannya dengan Alan setelah ketahuan orang lain. Atau Sinta ingin keluarganya sendiri yang mengetahui perselingkuhannya.
"Sinta, kamu,,,"
Reyhan menghentikan ucapannya karna dipotong oleh Sinta.
"Mas Alan mengancam akan membongkar hubungan kami kalau saya melepaskan dia." Lirih Sinta dengan kepala tertunduk. Beban berat seolah ada di pundaknya.
Pria di samping Sinta menggeleng tak habis pikir. "Kamu mempertahankan hubungan terlarang itu karna takut dengan ancaman Alan.?" Anggukan Sinta lagi-lagi membuat Alan tidak paham dengan jalan pikiran Sinta.
"Sinta, hubungan seperti itu akan tetap terbongkar cepat atau lambat. Kalau kamu bertahan karna takut Alan membongkar hubungan kalian, apa kamu pikir selamanya nggak akan terbongkar.? Justru kemungkinan terbesar akan di ketahui oleh Liana sendiri, atau bahkan keluarga kamu." Tutur Reyhan panjang lebar.
Sinta terdiam beberapa saat, mencerna semua perkataan Reyhan yang cukup masuk akal. Dia merasa bodoh karna terlalu patuh dengan ancaman Alan.
"Saya bingung harus bagaimana." Keluh Sinta putus asa.
"Satu-satunya cara agar hubungan kalian terkubur rapat adalah dengan cara kamu menikah."
Sinta tersenyum miris mendengar usul dari Reyhan. Menikah.? Dia bahkan merasa tidak pantas untuk pria di luar sana. Siapa yang mau menerima wanita tak bermoral sepertinya. Sinta tidak percaya diri untuk memulai hubungan baru dengan pria lain.
"Mana ada pria yang mau menerima saya." Sinta terlanjur insecure. Dia merasa dirinya kotor setelah menjalin hubungan terlarang dengan Kakak iparnya.
"Ada.! Selama ini saya mendekati kamu, apa kamu pikir saya hanya main-main.? Saya serius sama kamu, Sinta. Selagi kamu berjanji mengakhiri hubungan dengan Alan dan nggak akan mengulanginya lagi, saya bersedia menikahi kamu." Ucap Reyhan sungguh-sungguh.
Sinta menatap lekat pria di sampingnya, memastikan keseriusan dari ucapannya. Seketika suasana menjadi hening beberapa saat. Sampai akhirnya Sinta berani memberikan keputusan.
...*****...
Galang menepikan mobilnya tak jauh dari gedung perusahaan. Sudah hampir 20 menit dia di sana. Fokusnya hanya pada mobil yang satu persatu keluar dari area perusahaan. Galang mulai menekan gas saat melihat mobil yang dia intai mulai turun ke jalanan. Pelan tapi pasti, Galang mengikuti mobil itu dengan membuat jarak beberapa meter agar tidak di curigai. Walaupun dia menggunakan mobil orang lain, Galang tepat waspada.
Mobil yang dia ikuti melaju dengan kecepatan sedang. Setelah sempat berhenti di restoran dan melanjutkan perjalanannya lagi, mobil itu mulai menepi dan berbelok ke gedung apartemen.
Cengkraman tangan Galang pada kemudi mobil semakin kuat, belum apa-apa dia sudah emosi.
"Bajingan itu benar-benar.!" Umpatnya geram.
Galang memelankan laju mobilnya, dia tidak perlu membuntuti mobil itu lagi sampai ke basement karna sudah tau harus pergi ke lantai berapa. Walaupun baru 2 kali ke apartemen itu, Galang masih ingat nomornya.
...*****...
Sinta menyandarkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Alih-alih memasang wajah lelah setelah seharian bekerja, Sinta justru tampak gelisah. Tadi siang dia telah mengambil keputusan tanpa berpikir lebih dulu. Bahkan tanpa mengakhiri hubungannya dengan Alan.
"Mas Alan pasti nggak akan tinggal diam kalau aku minta pisah." Lirihnya frustasi. Sinta khawatir Alan berbuat nekat dengan membongkar hubungannya di depan keluarga. Apalagi berulang kali Alan mengancamnya.
Selang beberapa saat, Sinta dikejutkan dengan kedatangan Alan. Kakak iparnya itu tentu saja bisa masuk ke apartemen dengan mudah karna memegang akses card juga.
"Mas.? Mas Alan kenapa kesini.?" Tanyanya. Sinta heran lantaran Alan mampir ke apartemennya, padahal sekarang masih week day. Biasanya Alan hanya akan datang saat weekend.
Alan sedikit tidak nyaman dengan reaksi Sinta. Baru kali ini dia melihat Sinta seperti tidak senang saat dia datang.
"Kamu nggak suka Mas datang.?" Wajah Alan tampak masam. Sudah pasti dia kesal karna tidak mendapat sambutan yang dia bayangkan sebelumnya.
Sinta gelapan dan segera menggeleng cepat. "Bu-bukan begitu, Sinta hanya khawatir karna sekarang bukan weekend. Lagipula baru 3 hari yang lalu Mas menginap. Kalau Mba Liana makin curiga bagaimana.?"
Alan duduk di samping Sinta dengan santainya. Makanan yang dia bawa di letakan di atas meja. Dia sama-sama sekali tidak terpengaruh melihat Sinta sudah panik.
"Kamu nggak usah khawatir, itu urusan Mas." Jawabnya sembari berbaring di sofa dan menjatuhkan kepalanya di pangkuan Sinta.
Pergerakan Alan tidak sempat di cegah. Sinta akhirnya diam saja tanpa menimbulkan pergerakan. Apalagi saat melihat raut wajah Alan yang tampak kelelahan dan seperti banyak beban. Sinta jadi luluh detik itu juga.
"Sayang, kamu nggak pengen nikah sama Mas.? Kita bisa menikah, pindah dari kota ini dan hidup bahagia. Kita mulai semuanya dari awal." Ucap Alan menatap lekat wajah wanita yang dia cintai.
Sinta menggeleng cepat. "Jangan mengorbankan anak-anak demi aku yang bukan siapa-siapanya Mas Alan."
Alan tersenyum getir. Dia merasa hanya dirinya yang ingin berjuang dan mencintai Sinta. Adik iparnya itu seperti tidak menginginkannya lagi.
"Anak-anak akan tumbuh dewasa, menikah dan hidup dengan pasangannya. Sedangkan Mas tetap butuh istri yang bisa membuat Mas nyaman dan bahagia. Sinta, Mas benar-benar mencintai kamu." Lirih Alan. Tidak ada kebohongan dalam sorot matanya yang semakin dalam menatap Sinta.
Dalam posisi itu, Alan menarik tengkuk Sinta dan langsung menciumnya. Sempat ada perlawanan, tapi pada akhirnya Sinta tetap kalah dengan perasaannya.
𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒋𝒂 𝒓𝒂𝒏.. 𝒆𝒏𝒂𝒌 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒔𝒏𝒅𝒓𝒊 𝒅𝒓𝒊 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒖𝒂𝒎𝒊 𝒕𝒑 𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒕𝒊 😭
mndingvbesarin ankmu sendiri atw memang steven cuma mau ankmu sj
. apalagi Rania dlm keadaan hamil ..mereka harus merestui pernikahan itu demi nama baik keluarga mereka ..