NovelToon NovelToon
Di Tepi Senja

Di Tepi Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Febriani

Kebanyakan orang-orang berpikir bahwa tidak ada cinta yang akan bertahan, apalagi di usia remaja, dan aku juga sependapat dengan mereka. Namun, dia membuktikan bahwa cinta itu benar-benar ada, bahkan anak remaja sekalipun bisa mendapatkan cinta yang akan menjadi pasangan hidupnya. Semua itu tergantung siapa orangnya.

Dari pengalaman ini aku juga banyak belajar tentang cinta. Cinta itu memang menyakitkan, tapi di balik semua itu pasti ada jalannya. Dia selalu mengajari ku banyak hal, yang paling aku ingat dia pernah mengatakan "rasa suka tidak harus dibalas dengan rasa suka." Dia lelaki yang dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Febriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 32

Maaf, maaf, maaf. Kata-kata itu sangat sering ku baca ketika bertengkar dengannya. Sudah hampir dua bulan pacaran dan sikap nya terlalu kekanak-kanakan. Aku muak dengan sikap nya yang sangat mudah marah ataupun ngambek. Aku ini bukan orang dewasa yang selalu sabar membujuk anak bayi menangis. Aku hanya seorang gadis remaja. Aku tidak tahu bagaimana caranya membujuk orang yang yang selalu ngambek. Kesabaran ku selalu diuji oleh pria ini.

Lama-kelamaan kalau begini terus aku akan memutuskan dia. Aku tidak tahan dengan orang yang selalu marah karena hal sepele. Memang salah ya bersikap ramah kepada anak-anak cowok? Sebelum pacaran aku juga ramah kepada mereka. Tidak mungkin ketika pacaran aku tidak ramah lagi.

"Sayang, bukan begitu maksudnya. Aku hanya trauma, aku tidak mau kejadian yang sama terulang lagi."

Pesan darinya selalu mengangkut masa lalu yang dia hadapi. Dulu aku belum tahu kalau Victor itu buaya, sekarang aku menyesal menerima dia. Ternyata setiap bulan dia selalu mengganti cewek. Awalnya aku terkejut, lama-lama menjadi biasa saja. Aku akui lagi, dia memang tampan, sayangnya dia tidak setia.

"Victor, aku ini bukan masa lalu kamu. Aku ya aku, aku berbeda dengan mereka. Aku sudah sering katakan jangan sama kan aku dengan masa lalu kamu," balas ku dengan rasa kesal yang luar biasa. Padahal ini dari chat, aku sudah se-emosi ini.

Aku memijat keningku dengan pikiran yang menumpuk. Pelajaran ku sedikit terganggu karena setiap malam harus membalas chat dari Victor dan terkadang teleponan. Dia sama sekali tidak mau mengerti bagaimana perasaan ku. Aku sudah berkali-kali mengatakan bahwa aku sedang belajar, tapi dia tetap tidak paham. Aku pernah mengabaikan dia, dan dia langsung marah, dan mengajak ketemuan keesokan harinya. Aku pusing menghadapi dunia percintaan ini.

"Tapi sama saja, sayang. Ujung-ujungnya kalian akan akrab dan saling suka, lalu aku ditinggalkan lagi. Sudah berkali-kali hal itu terjadi kepadaku. Aku tahu aku tidak tampan, tapi setidaknya aku dihargai sedikit saja."

Aku mengetik dengan penuh emosi. "Victor, aku sudah katakan aku tidak seperti mereka! Dan aku tidak murahan seperti yang kamu katakan! Kalau kamu mau putus, ya sudah putus saja! Sama ku tidak perlu banyak drama, kok."

"Jangan sayang, aku tidak mau putus sama kamu. Kamu tahu, dari semua mantan ku hanya kamu yang bertahan lama sampai sejauh ini. Kamu yang paling baik, kamu yang paling mengerti aku. Aku tidak mau kehilangan kamu. Aku janji kamu yang terakhir, sayang."

Rasanya sedikit geli membaca pesan dari Victor, tapi entahlah, aku rasa aku sedikit tersentuh dengan kata-kata nya? Tidak mungkin, tidak mungkin aku tersentuh. Mungkin karena status kami berpacaran makanya aku memiliki perasaan begini, benar bukan?

"Sudahlah tidak apa-apa. Karena kamu juga tidak terlalu dekat dengan cewek-cewek di samping kamu, aku juga akan mengurangi interaksi ku dengan cowok lain."

"Kamu serius?"

"Iya..."

"Terima kasih sayang, aku harap kamu benar-benar melakukannya. Aku sangat sayang sama kamu. Pengen aku nikahin."

Pesan itu tidak lagi aku balas, aku sungguh tidak suka melihat isi pesan terakhirnya. Enak saja dia nikahin aku, hanya Kevin yang boleh. Walaupun tampang ku seperti orang bodoh, aku tidak sebodoh itu dalam masalah cinta. Dia pikir aku akan baper setelah dia menggoda ku? Tentu tidak, bukan gombalan begitu yang aku inginkan.

Aku menutup handphone ku. Aku kembali fokus pada tugas-tugas yang menunggu kehadiran ku. Pulpen yang aku pegang mulai aku goreskan di atas kertas putih. Aku mengajak otakku untuk menjawab soal matematika ini. Kali ini gurunya tidak seru, dia sengaja memberikan contoh dan soal yang berbeda. Aku kesusahan mencari soal yang mirip, baik itu dari buku maupun dari internet. Aku ingin bertanya kepada guru bimbel ku, sayang nya ini sudah pukul 10.20. Aku tidak mau mengganggu istirahatnya.

Mama dan Papa pasti sudah tidur, mereka akan marah jika tahu kalau aku begadang, apalagi begadang mengerjakan tugas. Mereka sudah tahu aku, aku selalu menyelesaikan tugas ku tepat waktu, tapi itu sebelum pacaran. Setelah pacaran semua tugas-tugas ku jadi lama selesai.

Otakku benar-benar tidak mau diajak kerja sama saat ini. Aku sudah berulang kali mencari dan tidak menemukan jawabannya. Tinggal satu soal lagi, soal ini pilihan berganda, tidak mungkin aku jawab asal-asalan. Masalah terbesarnya, setiap soal harus punya jalan.

Bertanya kepada Kezia mungkin tidak akan dibalas, dia pasti sudah tidur. Bertanya dengan Kevin? Tapi aku sudah mengatakan kepada Victor aku akan menjaga interaksi ku dengan cowok lain. Oh ayolah!

Aku sungguh pusing! Sudah lah, aku tidak peduli lagi dengan percintaan ini! Tugas ku lebih penting dari pada perkataan bohong itu! Aku akan tetap menjadi cewek friendly.

Aku mengirim foto soal itu kepada Kevin. Aku bertanya bagaimana cara menyelesaikan soal menjebak itu. Aku sangat berharap dia tidak sibuk di sana, aku sangat menantikan jawabannya.

Lima menit pesanku belum dibalas. Aku berpikir positif, mungkin dia sedang tidak memegang handphone atau sedang sibuk. Aku mulai panik karena tugas ku tidak akan selesai. Aku akan dihukum besok. Betapa malunya.

"Ini, Tar."

Notifikasi favorit itu datang juga. Aku langsung membuka handphone ku dan membaca pesan dari Kevin. Selama 5 menit sebelumnya dia sedang mengerjakan tugas ku, senangnya. Aku sangat bahagia.

"Terima kasih, Kevin," jawab ku memakai pesan suara. Aku akan berterima kasih kepadanya dengan tulus ketika aku sudah selesai mengerjakan soal terakhir ini.

Aku cepat-cepat menulis cara yang diberikan oleh Kevin. Selain teman terbaik, dia juga penyelamat ku. Kevin memang orang yang paling baik di seluruh dunia.

"Tumben sekali kamu belum tidur jam segini. Apa ada masalah?"

Handphone ku berbunyi. Kali ini aku sudah selesai mengerjakan tugas ku. Aku menyusun buku ku ke dalam tas, kemudian berbaring di atas kasur.

"Sebenarnya tidak ada masalah Kevin, hanya urusan percintaan."

"Bagaimana hubungan kamu dan Victor?"

"Seperti itu lah, aku selalu kesal dengan tingkah lakunya. Dia sangat tidak dewasa, dia selalu marah dan ngambek. Aku lelah menghadapinya."

"Semangat Tarasya, itu adalah pilihan kamu. Tapi pelajaran kamu tidak terganggu, kan?"

"Terganggu. Kevin, pelajaran ku sangat terganggu. Bisakah aku mengakhiri percintaan ini?!"

"Mau teleponan?"

Pertanyaan sederhana itu membuat hati ku sedikit lega.

"Boleh," balas ku.

Kevin menelepon aku dengan segera. Aku langsung menjawab panggilan telepon favorit ku itu. Rasa ngantuk ku menjadi hilang, aku benar-benar senang.

"Kamu belum ngantuk, Tar?" tanya nya dari seberang sana. Suara lembut itu terasa nyaman didengar.

"Belum. Kamu tidak sibuk, Kev?"

"Tidak, aku sudah menyelesaikan semua pekerjaan ku."

"Kamu kapan pulang Kevin? Aku rindu masa kita dulu. Rasanya sepi jika tidak ada kamu di samping ku."

"Sepertinya aku tidak akan pulang, Tar," jawabnya.

Aku terkejut mendengar perkataannya. Tidak mungkin dia selamanya berada di Prancis. Apa selama ini dia berbohong kepada ku kalau dia akan kembali dalam waktu 5 bulan? Tidak! Aku tidak boleh berpikir negatif, Kevin tidak mungkin berbohong.

"Kamu serius?"

Terdengar suara tawa dari sana. Tawa itu terdengar merdu, aku benar-benar merindukan suara tawanya secara tatap muka. "Tidak. Aku akan pulang setelah kamu dan Victor putus. Kalau kalian tidak putus, aku tidak akan pulang."

"Hei! Jangan seperti itu Kevin."

Dia tertawa lagi.

"Kalau aku putus dengan Victor detik ini juga, kamu akan pulang? Langsung terbang ke Indonesia?"

"Pasti lah. Putus dulu kamu nya."

"Baiklah, aku akan putuskan dia!"

Aku tahu Kevin sedang bercanda. Bercandanya memang tidak lucu, kadang ada orang yang menganggap terlalu serius sehingga terjadilah keributan. Tetapi bagiku, candaan yang tadi itu lucu. Aku tidak menyangka dia akan menyuruh ku putus dengan pria itu.

"Terima kasih Kevin sudah membantu ku. Aku harap kamu cepat-cepat pulang. Aku sudah mengantuk."

"Tidurlah. Mimpi indah Tarasya dan jangan lupa berdoa."

1
Shoot2Kill
Ceritanya luar biasa, author semangat terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!