Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
...~Happy Reading~...
“Bagaimana Hilal? Apakah sudah siap?” tanya abi Mike menatap lekat pada sosok calon menantu yang ada di depan nya. Dengan di dampingi beberapa saksi dan juga penghulu tentu nya, kini Hilal bersiap untuk menjabat tangan abi Mike guna melakukan ijab qobul, “Insyaallah saya siap.”
“Bismillah hirrahmanirohim, Hilal Zaahirulhaq bin Abdul Muhhamad saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri ku yang bernama Khalifa Aiynamila binti Mike Pranata dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan berupa cincin seberat dua gram di bayar tunai!”
“Saya terima nikah dan kawin nya Khalifa Aiynamila binti Mike Pranata dengan mas kawin tersebut, tunai!”
“Bagaimana saksi? Sah?”
“Saaaahhhh!”
” Alhamdulillah hirobbil alamin.”
Begitu akad selesai, seorang gadis cantik yang mengenakan baju pengantin adat sunda terlihat begitu menawan saat keluar dari balik pintu rumah utama. Dengan di dampingi kedua kakak nya, gadis itu melangkahkan kakinya dengan begitu anggun dan lembut. Perasaan tak menentu yang ia rasakan sejak tadi, kini seolah terasa lega kala mendengar pengucapan mempelai laki laki kala mengucap ijab qobul.
Tak bisa di pungkiri bahwa Khalifa merasa sangat gugup, takut juga gelisah. Bahkan, kini seandainya saja dirinya tidak di pegangi oleh kedua kakak nya, maka bisa di pastikan tubuh nya akan limbung lantaran begitu gugup.
“Masyaallah, anak Umma cantik sekali,” Umma Chila menjemput putri nya untuk menuju ke pelaminan, dimana Hilal dan yang lain nya sudah menunggu, “Ayo Sayang.”
menyerahkan Khalifa yang kini akan di dampingi oleh dua wanita cantik dan mulia yang tak lain dan tak bukan adalah umma Chila serta Nyai Nilla, kini Maira dan Eleena memutuskan untuk ikut duduk bersama pasangan nya masing masing.
Memang acara ini tidak lah mengundang banyak tamu. Hanya beberapa tetangga sekitar dan juga beberapa orang penting. Akan tetapi, meski begitu dekorasi pelaminan yang di buat sangatlah mewah dan meriah.
Khalifa sengaja meminta hal seperti itu, karena ia tahu pernikahan baginya satu kali seumur hidup. Dan ia ingin mengabadikan hari itu sebagai moment yang sangat istimewa.
Orang tua Hilal pun sangat setuju, mengingat kala itu Hilal dan Kirana tidak mengadakan sebuah pesta. Bahkan, untuk pakaian saja kala itu Hilal hanya mengenakan baju koko serta sarung. Berbeda dengan kini, yang mana ia haus memakai baju pengantin yang senada dengan Khalifa. Dan mau tak mau ia juga harus bersiap jika istri barunya akan meminta nya untuk berganti pakaian lebih dari satu kali, itu sudah pasti.
“Assalamualaikum, Khalifa ... “ ucap Hilal saat Khalifa mendudukkan dirinya tepat di samping Hilal.
Gadis itu menoleh, mengubah posisi duduk untuk berhadapan dengan suami nya, “Walaikumsalam Gus.”
“Maaf,” dengan perlahan tangan nya terulur untuk menyentuh ubun-ubun Khalifa sambil mendekatkan wajahnya untuk berbisik, “Allaahumma innii as-aluka khoirohaa, wa khoiro maa jabaltahaa 'alaihi, wa a'uudzu bika min syarrihaa, wa syarri maa jabaltahaa 'alaihi.”
Cup!
Sebuah kecupan yang begitu hangat dan lembut di rasakan oleh Khalifa, membuat ajntung gadis itu semakin berdetak tak menentu. Tanpa sadar, air mata nya menumpuk hingga membuat sebuah pulau di pelupuk matanya, namun berusaha ia tahan.
“Bismillahirahmanirahim, Walau pun disini ada sedikit keterpaksaan, tapi aku menikahi mu karena Allah. Dan aku berharap, kamu bisa ikhlas menerima ku menjadi suami kamu.”
Khalifa menganggukkan kepala nya, “Insyaallah, Khalifa ikhlas dan ridho. Kedepan nya, tolong bimbing Khalifa agar menjadi istri yang sholeha untuk Gus Hilal.” Ucap Khalifa mengecup punggung tangan Hilal, yang mana hal itu langsung di balas dengan kecupan lagi pada kening nya, yang membuat jantung nya semakin terasa tidak aman.
‘Ya Allah, semoga ini adalah awal yang baik.’ Gumam Khalifa dalam hati begitu menghayati kecupan Hilal yang cukup lama di kening nya, hingga tiba tiba suara deheman dari abi Mike membuyarkan lamunan keduanya.
Ehemmm!
“Ini masih pagi, dan sepertinya tamu sudah berdatangan. Bisakah di lanjut nanti lagi?”
Hilal langsung melepaskan kecupan nya pada Khalifa, lalu keduanya kembali mengubah posisi duduk menghadap depan untuk menandatangi bberapa berkas yang sudah di siapkan oleh penghulu.
...~To be continue .......