Elang Dan Eliza

Setelah memperbaiki motornya dan sedikit memodifikasinya, kini Elang pun mengetes motornya. Suara khas motor Kawasaki pun berbunyi dengan begitu nyaringnya. Ia mulai melakukan freestyle dengan begitu lihainya sementara teman-temannya hanya menyaksikannya saja dengan kagum. Mereka tidak terkejut lagi ketika melihat aksi yang di lakukan oleh Elang dengan motornya.

Elang mempunyai bengkel pribadi dengan montir yang sudah sangat ahli dalam bidang tersebut. Karena berdekatan dengan jalan raya alhasil banyak sekali orang-orang yang menonton hal tersebut.

Semua orang nampak sangat menikmati pertunjukan tersebut. Elang benar-benar terlihat seperti seorang profesional.

Beberapa sorakan pun terdengar di barengi dengan suara tepuk tangan dari orang-orang yang menyaksikan aksi tersebut.

Asap yang di hasilkan antara ban motor dan aspal mengepul banyak sekali hingga menghalangi penglihatan orang-orang yang ingin melihat Elang. Beberapa saat kemudian Elang keluar dari asap itu dan membuka kaca helmnya.

"Widihh keren Lo Lang." Kata Laksa dengan bangganya pada Elang.

"Lo inget kan besok ada balapan." Kata Alan mengingatkan.

"Yoi. Tapi kayaknya gue nggak ikut deh. Motor gue belum selesai." Kata Elang dengan memasukkan motornya lagi ke bengkel.

Dengan penjelasan yang detail dari Elang, sang montir pun segera melakukannya. Ia juga mengganti ban motornya dengan yang baru untuk persiapan besok.

"Gue tinggal makan dulu kira-kira udah jadi belum kalau gue balik?" Tanya Elang.

"Ya tergantung elu lah, kalau lu makannya cuman 1 menit doang ya belum beda lagi lagi lu makan setengah hari pasti udah jadi." Kata Rangga yang membuat Elang terkekeh.

"Oke oke gue ikut saran lu aja. Lu sekalian nitip ngga buat makan malam?" Tanya Elang.

"Kalau niat ngasih jangan nawarin, tinggal beliin aja apa susahnya." Kata Rangga dengan berdecak kesal.

"Yakan selera orang beda-beda." Kata Elang.

"Udah terserah lu aja gue doyan semua kok. Udah sana pergi gangguin gue kalau ada elu disini." Kata Rangga

Kini mereka pun menuju ke salah satu resto untuk makan dan juga tentu saja nongkrong ala anak muda. Elang dan Laksa berboncengan sementara Ghava dan Alan memakai motor sendiri.

Eliza yang sampai di depan resto melihat 2 motor yang sangat tidak asing di matanya pun langsung mengedarkan pandangannya ke dalam resto, dan benar saja jika pria menyebalkan yang membuat darah tinggi sedang makan di sana.

"Bodo amat lah." Ucap Eliza yang masa bodoh dan tetap masuk.

"Selamat datang kak. Silahkan." Kata resepsionis Dengan ramahnya membuat Eliza langsung memesan makanan.

"Di take away ya kak " kata Eliza dengan tersenyum.

"Baik kak, bisa di tunggu dulu ya kak."

Eliza duduk lumayan jauh dari tempat duduk Elang karena terlalu malas berurusan dengan pria itu. Sementara Elang dan teman-temannya sudah selesai makan dan mereka melihat jika Eliza tengah duduk tanpa melihat kehadiran mereka.

"Ssttt ssstt Lang tuh ." Kata Laksa yang membuat Elang menoleh.

"Paan sih." Kata Elang dengan cuek bebek dan pergi begitu saja setelah membayar bil

"Lo nungguin siapa Lang?" Tanya Alan dengan herannya ketika Elang tidak langsung pulang.

"Lo kaya ngga tau aja apa yang ada di otak nya." Kata Laksa yang sudah menduga

Elang mengambil air mineral dan berjalan menuju ke resto lagi ketika melihat Eliza keluar. Dengan sengaja, ia menabrak Eliza dan menumpahkan air tersebut ke baju Eliza bukan hanya itu tapi ia juga sengaja menyiramkannya di rambut Eliza.

"Uppss sorry gue sengaja." Kata Elang yang kemudian buru-buru pergi.

"Sinting tuh orang emang ya!!!" Seru Eliza dengan syoknya karena bajunya basah begitupun rambutnya.

"Udahlah Lang." Kata Ghava

"Gue masih dendam sama tuh cewe." Kata Elang yang mulai mengendarai motornya menjauh dari resto.

"Keknya ketemu cowo gila tuh bentuk kesialan gue deh. Perasaan semenjak ketemu dia hidup gue ngga ada tenangnya sama sekali." Gumam Eliza dengan kesalnya kemudian juga pergi meninggalkan resto

Sesampai di rumah sakit, Emma yang melihat baju Eliza basah pun khawatir tapi setelah Eliza menceritakannya membuat gadis itu juga ikut kesal. Ya, setelah Emma mengalami mimisan, Eliza tidak langsung membawa pulang tapi justru membawanya ke rumah sakit.

Tentu saja kondisi Emma yang paling penting bagi Eliza. Ia tidak ingin Emma kenapa-kenapa karena hanya Emma lah orang yang paling dekat dengannya. Ia juga sudah menganggap Emma seperti adik sendiri

Setelah menyelesaikan acara makannya, kini mereka sudah berada di sebuah ruangan dokter spesialis dengan Emma yang sudah berbaring untuk di periksa. Entah kenapa walaupun sudah berulang kali masuk ke ruangan itu, ia selalu gugup dan takut.

"Cukup baik, tetap rutin periksa dan minum obatnya, karena hanya itu yang sangat membantu, dan ingat tidak boleh terlalu kecapean. Percaya saja pada takdir yang maha kuasa karena analisa dokter tidak selalu benar." Kata dokter Ryan setelah memeriksa kondisi Emma.

"Ngga papa dok, saya sudah ikhlas dan akan menjalani hari-hari seperti biasanya dan tentunya akan selalu bersenang-senang." Kata Emma yang membuat Eliza tersenyum kecil saja tapi sebenarnya ia tengah menahan kesedihan dan air matanya agar tidak jatuh karena mereka berdua sudah Saling berjanji tidak akan ada air mata lagi setelah kejadian beberapa waktu lalu.

"Terimakasih dok." Kata Emma

"Baik, semoga keadaan nona Emma semakin membaik ya." Kata dokter Ryan.

"Ya dok terimakasih doanya. Kami permisi dulu." Kata Emma dengan beranjak keluar.

"Haruskah kita pergi bersenang-senang?" Kata Eliza.

"Boleh. Kemana? Oh ya ada satu tempat yang pengen banget gue kunjungi." Kata Emma.

"Oh ya, dimana?" Tanya Eliza dengan penasarannya.

"Suatu tempat, rahasia. Lo tau ngga El, gue mau kesan tapi bukan sama elo." Kata Emma dengan tertawa kecil.

"Ahh ngga asik lo. Yaudah kita jalan-jalan aja." Kata Eliza .

"Yok." Kata Emma.

Disisi lain saat ini Elang dan teman-temannya sudah sampai di arena balap yang akan mereka adakan besok dengan klub motor lain. Walaupun sering melakukan balapan ataupun freestyle di sana tapi sudah menjadi kebiasaan untuk tetap memantau medan dan situasi di arena.

Walaupun mereka sangat menyukai hobi mereka tapi tetap saja keselamatan nomor satu, jadi sebelum melakukan balapan ataupun freestyle mereka selalu memeriksa arenanya dulu.

"Aman sih menurut gue Lang. Kita juga udah sering disini ." Kata Laksa.

"Oke Ghav..." Kata Elang dengan menoleh ke arah Ghava yang membuat pria itu paham apa yang di maksud Elang.

Mereka melakukan balapan bersama hingga adu freestyle disana dengan begitu hebatnya.