NovelToon NovelToon
Cahaya Yang Padam

Cahaya Yang Padam

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Mengubah Takdir
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Cahaya dipaksa menikah dengan pria yang menabrak ayahnya hingga meninggal. Namun, siapa sangka jika pria itu memiliki seorang istri yang amat dicintainya yang saat ini sedang terbaring lemah tak berdaya. Sehari setelah pernikahan paksa itu dilakukan, pertemuan tak sengaja antara Cahaya dan istri pertama suaminya terjadi.

Akankah Cahaya diakui statusnya di hadapan keluarga suaminya? Atau malah Cahaya tetap disembunyikan? Dipaksa padam seolah tak pernah ada dalam kehidupan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Di Mabuk Cinta

Dengan kecepatan penuh, Arif melajukan kendaraan roda empatnya menuju peternakan yang terletak jauh di desa.

Bola matanya nyaris jatuh saat melihat semua sapi dan kambingnya jatuh bergelimpangan.

"Pak," panggil Munir menghampiri Arif yang terlihat begitu syok.

"Kenapa ... kenapa ini bisa terjadi?" tanya Arif tak percaya.

"Saya juga gak tau, Pak. Mungkin sapi-sapi ini terserang wabah virus."

"Kamu bilang mereka sudah disuntik semua. Terus kenapa bisa terkena juga, hah?"

"Maaf, Pak. Saya juga gak tau."

Arif mendesah frustrasi. Ia berjalan mondar-mandir sambil sesekali memeriksa puluhan sapinya yang tidak bernyawa lagi.

"Bereskan ini semua. Saat saya pulang nanti, tempat ini harus sudah kosong."

Arif berlalu dengan langkah lesu. Mumpung sudah di desa, ia berniat mengecek lahan perkebunannya. Untung saja tidak terjadi apa-apa pada tanamannya itu.

Dan, sebelum pulang ke kota, ia memutuskan lebih dulu mengunjungi Bahar di rumahnya.

"Bibi di mana, Paman?" tanya Arif sesaat setelah menjatuhkan berat bobotnya pada sebuah kursi rotan. Di atas meja, dua gelas kopi hitam tersedia.

"Lagi di pabrik keripik tempenya Cahaya. Maklumlah, akhir-akhir ini pesanan keripiknya meningkat. Walaupun sudah ada tambahan karyawan, tapi Bibimu itu tetap memaksa untuk memantaunya," jelas Bahar tersenyum senang.

"Hebat, ya, Cahaya sekarang. Bisnisnya berkembang pesat," puji Arif dengan tulus.

"Benar, Nak Arif. Selain karena kuasa Allah, doa, dan usahanya, keberhasilan ini juga dibantu oleh suaminya. Nak Fahri tidak henti-hentinya mempromosikan dagangan Cahaya."

Raut wajah Arif berubah kesal. Suasana hati yang semula membaik, seketika hancur saat Bahar menyebut nama Fahri tepat di hadapannya.

"Kalau begitu, saya permisi dulu, Paman. Salam buat Bibi."

"Lo, buru-buru banget? Lebih baik makan malam di sini dulu."

"Lain kali saja, Paman. Soalnya saya masih banyak pekerjaan," tolak Arif sesopan mungkin.

Namun, dia malah mengemudikan mobilnya kembali ke peternakan. Selain untuk mengecek sejauh mana pekerjaa Munir, ia juga ingin melampiaskan rasa kesal.

"Sialan. Bahkan Paman Bahar sudah mulai membandingkan saya dengan Fahri. Padahal kalau gak ada saya, gak mungkin juga ponakannya itu bisa menikah dengan pria itu," omel Arif seraya duduk pada sebuah gazebo tua yang masih layak pakai.

Tak jauh di hadapannya, puluhan pekerja tampak rajin membersihkan seluruh area peternakannya. Ia tak mau tahu dibawa ke mana semua bangkai sapi itu. Yang dia mau, hari ini juga tempat itu harus bersih seperti sediakala.

Arif berencana akan memulai kembali usaha peternakannya. Namun, ia masih memikirkan sumber dana yang bisa digunakan.

"Silakan, Pak," ujar Munir tersenyum kecil.

"Apa itu?"

"Kopi susu, Pak," jawab Munir setengah bingung. Tak mungkin, kan, atasannya ini tidak mengenali minuman tersebut?

"Kalau itu saya juga tau," dengus Arif kesal, "Yang saya tanya, dalam stoples itu apa?"

"Oh, ini keripik tempe Cahaya, Pak. Rasanya enak, murah lagi. Bapak wajib banget mencobanya," ungkap Munir tersenyum cerah.

"Buang. Saya gak sudi memakannya," perintah Arif membuat Munir bergidik ngeri.

Saat di mana Fahri dan Cahaya berciuman mesra di hadapannya, saat itulah Arif memutuskan untuk tak lagi memperjuangkan Cahaya.

Rasa cinta di hatinya berubah menjadi amarah. Sikap mereka membuat harga dirinya jatuh ke titik terendah.

Arif bersumpah pada dirinya sendiri untuk membuat Cahaya terluka sama sepertinya.

"Kali ini, kalian akan tau siapa saya sebenarnya."

****************

Cahaya masuk ke kamar dan tak menemukan Fahri di atas kasur. Namun, tak lama setelahnya, ia mendengar suara gemericik air yang berasal dari kamar mandi.

"Lagi mandi ternyata," gumam Cahaya.

Ting!

Atensi Cahaya teralihkan ke arah ponsel Fahri yang diletakkan di atas nakas. Seketika ia merasa penasaran pada pesan masuk tersebut.

Selama ini, Fahri memang tak membatasi Cahaya untuk mengecek ponselnya. Namun, hal itu tak pernah Cahaya lakukan karena ia selalu percaya jika Fahri bisa menjaga kesetiaannya.

Ting!

Ponsel itu kembali berdenting, bahkan sampai tiga kali berturut-turut lamanya.

Alhasil, karena didorong oleh perkataan 'siapa tahu penting', Cahaya pun membuka benda tersebut.

Sebuah pesan yang kontak bernama Amel. Isinya,

Kenapa gak ke kantor tadi? Aku terpaksa harus meeting sama Geri. Padahal aku maunya kamu, lo

Tadi aku beli burger gede banget. Tapi, gak habis. Mau bantu habisin gak?

Pesan berikutnya berupa sebuah foto yang tak hanya memperlihatkan burger yang baru dihabiskan setengah olehnya, melainkan hal lainnya juga.

Cahaya mengumpat lalu cepat-cepat menghapus foto tak senonoh tersebut. Dia tak mau jika suaminya sampai melihat buah dada Amel yang nyaris terlihat jelas. Cahaya yakin, Amel sengaja ingin menggoda suaminya.

Besar, kan, burgernya?

Tulis Amel lengkap dengan emotikon penuh cinta.

"Sayang, lagi ngapain?" Fahri keluar dari kamar mandi dan mendapati Cahaya tengah memegangi ponselnya.

"Amel kirim pesan."

"Oh, hapus aja. Paling pesannya gak penting semua."

"Dia kirim foto," ungkap Cahaya, "Foto tak senonoh lebih tepatnya."

Fahri yang saat itu hendak mengambil baju yang telah Cahaya siapkan, seketika menolehkan kepala. "Masa, sih, dia seberani itu, Ya?"

"Sentuh-sentuh kamu aja berani, masa yang begini doang enggak?" balas Cahaya sambil menyimpan ponsel Fahri kembali, "Tapi, fotonya udah aku hapus. Aku gak mau kamu sampai dosa karena melihatnya."

Fahri tersenyum, tak jadi mengenakan pakaian dan malah mendekati Cahaya yang berdiri di sisi kasur. "Istri Abang manis banget, sih? Jadi meleleh karena punya bidadari sepengertian ini."

Dipuji begitu, Cahaya hanya bisa berpaling sambil menahan senyum. Fahri terlalu tampan jika dalam mode sehabis mandi. Apalagi dada bidangnya terekspos jelas. Membuat Cahaya bertekad ingin menyembunyikan Fahri dari seluruh isi dunia.

"Bisa jauhan dikit gak, sih, Bang. Gerah tau," ucap Cahaya selangkah mundur.

"Dingin gini malah dibilang gerah." Fahri tertawa kecil lalu menarik pinggang ramping Cahaya agar menempel dengan tubuhnya.

Ditatapnya sang istri lekat-lekat. Dalam sekejap, ia sudah menempelkan bibirnya pada Cahaya. "Chek in, yuk, Yang. Mumpung Zaif lagi gak ada di rumah."

Kini giliran Cahaya yang tertawa. Tak menyangka jika kepergiaan Zaif yang berkemah selama seminggu bersama anggota ekskul di sekolahnya, malah dijadikan alasan untuk ke hotel.

"Di rumah, kan, juga bisa, Bang."

"Masa kamu gak pengen suasana yang baru. Ayolah .... Sekali-kali doang. Nanti kalau Zaif pulang, kita gak bakalan bisa ke mana-mana lagi."

Sebenarnya Cahaya pun menginginkan hal yang sama. Alhasil, ia langsung menganggukkan kepala.

Selang satu jam, baik Cahaya dan Fahri sudah dalam perjalanan menuju hotel. Baru saja keduanya tiba di lobi, Fahri merasa seseorang memanggil namanya.

Benar saja.

Tak jauh dari tempatnya, seorang pria setengah berlari menuju ke arahnya.

"Eh, Leo? Apa kabar?" Fahri balik menyapa sambil mengulurkan tangan dengan akrab.

"Baik, Pak. Pak Fahri juga apa kabar? Saya pikir, Bapak sudah tidak lagi mengenali saya."

"Saya baik. Mana mungkin saya tidak mengenali kamu. Seorang pengusaha yang sudah melebarkan bisnisnya ke mancanegara."

"Aduh, jangan begitu, Pak. Jadi gak enak saya dipuji oleh senior seperti Bapak."

Fahri kemudian tertawa dan menepuk-nepuk bahu Leo.

"Oh, iya, kenalin ini istri saya, Cahaya. Dan, Sayang, ini Leo. Rekan bisnis Abang."

Setelah Leo dan Cahaya bersalaman, pria yang cukup lama tinggal di negara luar itu tiba-tiba berkata, "Maaf, kalau seandainya saya menganggu waktu Bapak. Tapi, kepulangan saya ke sini, memang berniat untuk berbicara sebentar dengan Bapak. Apakah Bapak berkenan?"

Fahri diam sejenak, menatap Cahaya untuk meminta persetujuannya.

Cahaya sendiri hanya bisa tersenyum kecil sambil menganggukkan kepala.

Oleh Leo, keduanya diajak singgah pada sebuah restoran milik hotel tersebut. Setelah pesanan mereka sampai, Leo mulai memasuki ke topik pembahasan.

"Sebelumnya saya minta maaf sebesar-besarnya, Pak. Karena sesuatu yang ingin saya bahas ini agak menjurus ke hal yang privasi."

Fahri mendengarkan sekaligus memperhatikan tanpa sedetik pun mengalihkan pandangan.

"Tujuan saya menemui Bapak terkait dengan Amel, Pak."

"Amel?"

"Benar, Pak. Amelia yang tak lain adalah istri saya."

Fahri dan Cahaya kompak melotot tak percaya. Setahu mereka, Amel belum menikah. Bahkan wanita itu terang-terangan menggoda Fahri.

"Maaf, Leo, tapi Amel pernah bilang kalau dia belum menikah."

"Saya mengerti kenapa Amel bilang begitu, Pak. Sebenarnya, Amel tengah lari dari saya. Hubungan kita sedang tidak baik-baik saja karena ulah saya sendiri. Di tengah pencarian saya ini, salah satu teman saya mengirimkan sebuah foto yang memperlihatkan Amel sedang bersama Bapak. Saya pikir dengan menemui Bapak, saya akan mendapatkan sedikit informasi keberadaan Amel sekarang."

Fahri masih terdiam, sedangkan Cahaya tidak memberikan satu pun komentar. Masalah ini bukanlah ranahnya. Jadi, Cahaya memutuskan untuk diam saja.

"Ini foto-foto pernikahan kami kalau seandainya Bapak ragu sama saya."

Fahri tersenyum tipis seraya mendorong kembali ponsel Leo yang diarahkan padanya. "Saya percaya, Leo. Saya juga akan membantu kamu dengan memberikan alamat Amel padamu."

"Terima kasih, Pak. Terima kasih banyak."

Setelah mendapatkan alamat istrinya, Leo langsung berangkat ke sana.

Sementara itu, Cahaya dan Fahri kembali ke tujuan semula.

Keduanya memasuki kamar sesuai dengan nomor yang dipesan. Di dalam kamar tersebut, pembahasan tentang Amel kembali berlanjut.

"Biarkan itu menjadi urusan mereka, Sayang. Kita doakan saya yang terbaik," ucap Fahri seraya melepaskan jam tangan dan menaruhnya di atas nakas.

"Semoga aja dia gak gangguin kita lagi, ya, Bang."

Fahri mengangguk dan berjalan mendekati Cahaya. Senyum di bibirnya mengembang, membuat Cahaya merona dan seketika memalingkan wajahnya.

"Bisa kita mulai sekarang, Sayang?" tanya Fahri yang dibalas dengan dua kali anggukan oleh Cahaya.

1
Muliana
Semoga Zahra bisa berbaik hati, tidak mencelakakan Zaif
Tini Timmy
semangat nulisnya kakak/Smile/
Tini Timmy
udah lah kamu juga jahat arif kamu gk layak jadi ayah zaif
Muliana
10 iklan, mngat troe
NurAzizah504: Makash behhh /Joyful/
total 1 replies
Syaiful Amri
thor, panggilan dari fahri utk cahaya pakai sayang aj dong thor, klwpakai ya ya gitu, gi mana ghitu perasaan aku thor, maaf ngelunjak thor🤭🤭
Syaiful Amri: knp blm up thor??
NurAzizah504: Hm, boleh, deh. Bab selanjutnya kita ubah aja, ya /Facepalm//Joyful/
total 2 replies
Teteh Lia
2 iklan dan 🌹 meluncur.
semangat up nya Kaka 💪
NurAzizah504: Terima kasih, Kakak /Sob/
total 1 replies
Teteh Lia
Bertingkah lagi, Pak Arif 😤
NurAzizah504: Umur segitu emg lgi aktfi2nya /Joyful/
total 1 replies
Shadiqa Azkia
Ya ampun /Panic/
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
arif awas kamu/Sob/
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
jahat bener/Sob/
NurAzizah504: Setujuu /Sob/
total 1 replies
🎀
zahra 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️ nambah masalah ae
NurAzizah504: Udh hobinya, Kak /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
baru 10 bulan udah kumat lagi:/
NurAzizah504: Perlu dikasih obat dianya /Facepalm/
total 1 replies
🎀
thor jgn bikin zahra jadi kejam banget dongss 😭
NurAzizah504: Aduh, harus kerja sama sama Zahra dulu, nih /Facepalm/
total 1 replies
🎀
ih dudul, kalo kamu sejahat itu yg ada arif sama kakakmu makin benci, greget jga sama Zahra nih, ga bisa kah mikir cara yg lebih elegan
NurAzizah504: Kebiasaan bar2. Makanya ga bisa elegan, Kak /Sob/
total 1 replies
🎀
Tuh kan Fahri, kamu paling nggak bisa ngerti kenapa Zahra sampai tega melakukan kejahatan demi mempertahankan rumah tangganya
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Shadiqa Azkia
10 iklan keu cek dah
NurAzizah504: Maksh banyak, hehee /Joyful/
total 1 replies
Taufiqillah Alhaq
vote untukmu
NurAzizah504: Makasih /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
🌹🌹 buat bang Fahri.
NurAzizah504: Wahh, terima kasih banyak, Kak /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
syukurlah,,,
tapi masih harus waspada, pak Arif masih kelayaban susun rencana licik
NurAzizah504: Jgn sampai lengah pokoknya /Good/
total 1 replies
Teteh Lia
blokir aja nomornya. ish...bener2 si amel 😤
NurAzizah504: Minta dikata2in emg /Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!