Fatan dan Fadil adalah saudara kembar yang memiliki karakter berbeda. Fatan dengan karaktetnya yang tenang dan pendiam. Sedangkan Fadil dengan karakternya yang aktif, usil dan tengil. Namun keduanya sama-sama memiliki kepribadian yang baik. Karena dari kecil mereka sudah dididik dengan ilmu agama.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing.Pasangan keduanya berbanding terbalik dengan karakter mereka. Fatan dengan seorang wanita yang agak bar-bar. Sedangkan Fadil dengan seorang wanita yang pemalu.
Akankah mereka bisa bertahan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ubi Cilembu vs Kue serabi
Kamelia sangat malu untuk keluar dari kamar mandi. Saat ini ia sedang mengenakan lingerie hitam yang dibeli oleh suaminya melalui perantara asistennya. Rupanya Fadil menanyakan warna kesukaan istrinya hanya untuk memilih sebuah lingerie. Untuk menutupi tubuhnya, Kamelia memakai handuk kimono. Kemudian ia keluar dari kamar mandi. Ternyata Fadil sudah memakai pakaian ternyamannya, yaitu sarung dan kaos oblong.
"Kemarilah, neng."
Kamelia pun mendekati suaminya dengan langkah pelan dan malu-malu. Tanpa aba-aba Fadil menarik tali handuk kimono. Kemudian ia melepas handuk tersebut dari tubuh istrinya. Fadil bahkan menarik kuncir rambut istrinya, hingga rambut indah itu terurai sempurna. Nafas Kamelia tersenggal, jantungnya berdetak sangat kencang. Ia harap-harap cemas menunggu akai suaminya selanjutnya. Fadil pun meminta persetujuan kepada istrinya sebelum memulai ibadah mereka.
"Neng, bersediakah kamu menjadi milikku seutuhnya?"
Kamelia mengangguk.
Fadil pun tersenyum lalu memencium kedua tangan istrinya. Setelah itu ia membaca do'a sebelum mencumbu istrinya. Fadil menyelipkan rambut istrinya yang menghalangi pipinya ke telinga.
"Neng kamu cantik, aa' jatuh cinta sama kamu karena kecantikan akhlakmu. Izinkan aa' menyempurnakan hubungan kita dengan ibadah ini. Neng ikhlas kan?"
"Bismillahirrahmanirrahim... neng Ikhlas a'."
Dengan penuh kelembutan dan mengikuti nalurinya, Fadil mencumbu istrinya. Meski sama-sama belum berpengalaman. Namun Fadil bisa memimpinnya dengan lihai. Kamelia dibuat kalang kabut saat Fadil memberi stempel merah di dadanya. Kemudian Fadil mengemut bagaikan anak bayi yang kehausan. Bahkan saat ini Ubi Cilembu Fadil sudah siap untuk menerobos kue Serabi. Namun Fadil masih melanjutkan pemanasan.
Saat dirasa sudah tak bisa ditahan lagi Fadil pun mengarahkan Ubi Cilembu-nya ke Kue Serabi. Berulang kali ia mencoba namun gagal. Kamelia meringis kesakitan, sehingga Fadil tidak tega untuk melanjutkannya.
"Neng, kita lanjutkan nanti saja."
Fadil pun terlelap memeluk istrinya di balik selimut. Namun tidak lama kemudian Fadil terbangun. Gejolaknya muncul kembali. Ia mengusik tidur istrinya dengan tangannya yang jahil, sehingga Kamelia yang merasakan sesuatu pun terbangun.
"Neng, kita coba lagi."
Dengan kegigihannya, akhirnya Ubi Cilembu dapat merobohkan pertahanan Kue Serabi. Mereka pun tenggelam di dalam surga dunia.
Fadil pun membaca do'a kemudian mengelus perut istrinya.
Keesokan harinya
Mereka shalat shubuh berjama'ah. Wajah keduanya tampak berseri-seri. Bagaimana tidak, mereka melewati makan pertama yang cukup panjang dan mengesankan.
Waktu menunjukkan jam 8 pagi. Pengantin baru ini baru bangun setelah tertidur karena lelah bergelut. Benar saja, setelah shalat Shubuh Fadil meminta jatah kembali. Tentu saja Kamelia tidak dapat menolak permintaan suaminya, meski masih terasa perih. Mereka pun bangun dan mandi bersama. Setelah itu, mereka pergi sarapan pagi di restoran tempat mereka makan tadi malam.
"Makan yang banyak, neng. Kamu butuh nutrisi yang cukup, biar kuat." Fadil menambahkan sayuran ke piring istrinya.
"Terima kasih, a'."
"Sama-sama, sayang."
Mereka menikmati sarapan pagi dengan penuh suka cita. Setelah selesai sarapan pagi, Fadil dan Kamelia cek out dari hotel. Namun mereka tidak langsung pulang ke rumah. Fadil membawa Kamelia jalan-jalan ke salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Surabaya.
Sementara di rumah Abi Tristan.
Oma Raisya dan Opa Haris berkunjung ke sana diantar Om Arif dan Tante Ayuni.
"Fadil ke mana, wa?"
"Fadil dan istrinya nginep di hotel, yah."
"Aneh-aneh saja anak itu, ada rumah nginepnya di hotel."
"Alah yah nggak usah ngomongin cucumu gitu, kamu juga dulu gitu." Sahut Oma Raisya.
Abi Tristan menahan tawa mendengar perdebatan mertuanya.
Tidak lama kemudian, Fadil dan Kamelia tiba di rumah.
"Nah itu yang dibicarakan sudah datang. Panjang umur mereka." Ujar Bunda Salwa
"Assalamu'alaikum... "
"Wa'alaikum salam... "
"Wah aura penganti baru ini, cerah dan bersinar." Sindir Opa Haris.
"Opa, Oma... Fadil merindukan kalian." Ujar Fadil seraya memeluk mereka.
"Alah bohong, sejak menikah kamu nggak main ke rumah."
"Maaf Opa, Fadil sibuk dengan proyek. Sekali ada waktu luang, Fadil ajak istri jalan-jalan."
"Bagus... jangan buat istrimu stres dengan pekerjaan rumah. Sekali-kali ajak jalan."
"Tuh liat Ayahmu, wa. Ada orangnya saja, dia bela." Bisik Oma Raisya kepada Bunda Salwa.
"Hehe.. maklum Bun."
Kamelia membantu Bunda dan Oma memasak di dapur karena hari ini akan ada beberapa keluarga yang main.
Tidak lama kemudian, Om Ricky dan dan Tante Tita datang bersama anak bungsu mereka. Disusul kemudian Ira datang bersama suami dan ketiga anaknya. Om Raka dan Tante Zara juga datang bersama keempat anak mereka. Meski kebanyakan dari mereka sudah kenal dengan Kamelia, namun Bunda Salwa tetap memperkenalkan Kamelia sebagai istri Fadil kepada keluarganya.
"Ayo kita makan-makan... "
"Eh tunggu sebentar, Dek Salman mau ke sini juga!" Ujar Bunda Salwa.
"Ya sudah kita tunggu dulu." Ujar Oma Raisya.
"Kasihan Fatan tidak ikut kumpul dengan kita." Sahut Opa Haris."
"Ayah, Fatan sebentar lagi akan bertugas je Malang." Ujar Abi Tristan.
"Fatan itu masih senang nyantri. Biarkan dia puas dengan pengabdiannya."
Tidak lama kemudian, yang ditunggu datang. Mereka pun makan bersama. Sebenarnya Kamelia merasa malu kumpul dengan mereka. Namun Ima Raisya meyakinkannya bahwa ia pantas menjadi bagian dari mereka.
"Kamelia, nggak usah sungkan! Kamu lihat itu anak, menantu dan cucu Oma! Apa mereka pernah merendahkan kamu selama di sini?"
"Tidak Oma." Kamelia menggelengkan kepala.
"Dari kecil mereka sudah ditanamkan arti kesederhanaan dan arti menghargai. Derajat kita di mata Tuhan sama, hanya tingkat ketakwaan kita yang membedakan. Tetaplah jadi pribadi yang rendah hati. Dan yang sabar menghadapi suamimu yang tengil itu."
"Iya Oma."
Ternyata beberapa dari mereka membawa kado untuk Kamelia dan Fadil.
"Ini untuk pengantin baru." Ujar Om Salman.
"Apa ini Om?"
"Dibuka saja!"
Saat dibuka ternyata tiket umroh eksklusif dua orang.
"MasyaAllah, ini asli kan Om?"
"Astaga... dasar cah tengil! Kamu kira itu tiket mainan gitu?"
"Haha.. bercanda Om. Terima kasih banyak Om."
"Nah, kalau ini dari Om." Ujar Om Ricky.
"Yang ini dari Tante." Ujar Ujar Tante Ayuni.
"Sebenarnya kalian tidak perlu memberi kami hadiah. Do'a kalian saja sudah cukup. Tapi karena ini sudah terlanjur diberikan, ya aku terima dengan dengan senang hati."
"Gayamu, dil.. "
"Haha.... "
Oma Raisya dan Opa Haris sangat senang melihat keluarganya yang rukun dan damai.
"Lihat itu cucumu si Fadil, Yah! Dia mirip sekali denganmu."
"Memang aku kenapa Bun?"
"Tengil.. "
"Biar tengil tapi kamu cinta mati kan?haha... uhuk...uhuk..."
"Opa... Opa... minum dulu!" Karena panik Kamelia mengambilkan segelas air untuk Opa Haris. Yang lain pun ikut panik.
Opa Haris pun meminumnya.
"Terima kasih ya, Nduk (Nak). Opa nggak pa-pa tadi cuma keselek sendiri karena kebanyakan ketawa."
" Alhamdulillah... " Sahut yang lainnya.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semoga lulus seleksi. Author mengemas kata dengan berhati-hati😁🙏
siap" kondangan 🤭
Si pendiam ketemu bar bar, rame lah hidup lebih berwarna
Otw resepsi bersana Aa' Fadil & neng Karmeila /Angry//Angry//Angry/ Aa' Fadil dan Abang Fatan doa kalian diijabah /Pray//Kiss//Kiss/
apa aku salah ingat ya kak?