NovelToon NovelToon
Getaran Cinta

Getaran Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: KENZIE 7 store PONOROGO

Raline dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya demi baktinya pada orang tua. Konflik muncul setelah Raline bisa menerima dan mulai mencintai suaminya. Perselisihan dengan mertua dan ipar serta mantan Raline pun hadir.

Akankah pernikahan mereka yang diawali dengan perjodohan dapat berjalan dan berakhir bahagia?

.....

Hai kak, ini karya pertama saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam hangat


Hai, kak. Ini adalah karya pertam saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam dari Ponorogo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KENZIE 7 store PONOROGO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Alan

Di rumah, Lestari menunggu kepulangan Raline dan Devan dengan cemas. Saat mendengar suara deru kendaraan, Lestari langsung berdiri dan berjalan keluar menyambut kedatangan mereka dengan senyum.

"Kalian sudah pulang, mari masuk dulu ke dalam." Kata Lestari mengajak anak dan menantunya itu masuk.

Mereka bertiga duduk di ruang tamu. "Bik, bikinin minum tiga ya." Teriak Lestari pada Bik Ima.

"Bagaimana hasilnya Sayang?" Tanya Lestari penasaran.

"Alhamdulillah hasilnya baik, cuma Alin hanya perlu istirahat total Bun. Juga tidak boleh terlalu banyak pikiran." Devan menjelaskan apa pesan dokter tadi.

"Ya sudah kalau begitu, kamu istirahat di kamar saja Sayang. Kalau perlu apa-apa panggil Bunda atau Bik Ima ya."

"Iya Bun. Alin ke kamar dulu ya."

Devan pun mengantar Raline ke kamarnya. Dia juga memastikan bahwa Raline istirahat dengan benar-benar. "Jangan kemana-mana. Kalau butuh apa-apa panggil saja aku. Paham!" Kata Devan sambil melotot tegas.

Raline pun menganggukan patuh. Tidak berani lagi melawan. "Bagus, sekarang tidurlah. Aku akan keluar sebentar."

Raline mulai memejamkan matanya. Devan terus menunggu Raline sampai benar-benar tertidur baru dia keluar kamar dan menemui Lestari.

Setelah memastikan Raline terlelap, Devan pun keluar kamar dan berjalan ke ruang tamu. Devan menghampiri Lestari kemudian dia mendudukkan dirinya.

"Bagaimana kondisinya Nak?" Tanya Lestari tidak sabaran.

"Seperti yang Devan katakan tadi Bun, Alin harus istirahat total, beruntung bayinya tidak apa-apa. Dia anak yang kuat." Jelas Devan pelan.

"Syukurlah. Bunda sempat mencemaskan kondisi kandungan nya. Kalau sampai terjadi apa-apa pasti Ayahmu tidak akan tinggal diam."

"Devan pun akan melakukan hal sama Bun. Sementara Devan belum tahu siapa yang telah menculik Alin sehingga menyebabkan kondisinya sempat mengalami rasa shock berat." Ucap Devan mengepalkan tangannya saat mengingat kejadian kemarin itu.

"Ini, rasanya tidak mungkin ketemu Nak. Sebab, Alin sendiri juga tidak mengatakan apapun lagi." Lestari yakin ini ada hubungannya dengan Alan. Mengingat kejadian di taman yang pernah dikatakan Devan. Namun, dia juga tidak bisa menuduh tanpa bukti, sebab pada akhirnya Raline juga pulang dengan selamat.

"Bunda benar. Tapi Devan masih terus menyelidiki hal ini. Secepatnya pelaku pasti akan ketemu." Setelah mengatakan itu, Devan pun pergi dari hadapan Lestari. Devan berjalan menuju kamarnya.

Ditatapnya wajah teduh Raline yang tertidur lelap. "Tetap seperti ini Sayang."

Devan kemudian pergi menyusul Raline untuk tidur. Tubuhnya juga butuh istirahat bukan?

*****

"Menurut mu apa yang harus kulakukan Is supaya aku bisa bicara dengan Raline tanpa membuat dia merasa takut saat melihat ku?" Ini pertama kalinya Alan bicara panjang dan itu soal Raline. Iswara merasa senang sekaligus sakit yang bersamaan.

"Bagaimana kalau kau mengatakan pada Rizal itu untuk mengadakan pesta. Saat perhatian suaminya teralihkan, kau gunakan kesempatan itu untuk bicara pada Raline." Usul Iswara.

Alan tampak berfikir. Sepertinya tidak buruk juga. "Tapi bagaimana kalau dia malah ketakutan saat melihat ku?" Tanya Alan bingung.

"Soal itu serahkan padaku. Sisanya kau harus lakukan tugas mu dengan baik." Kata Iswara menjelaskan.

"Kau sangat pintar Is. Terima kasih. Aku akan sangat menantikan saat itu tiba." Alan pun sudah tidak sabar menunggu saat dirinya bisa bicara berdua dengan Raline tanpa ada rasa takut dalam diri Raline. 'Ku harap kita bisa kembali bersama seperti dulu lagi sayang.' Ucap Alan dalam hati penuh dengan harapan.

"Kalau begitu besok atur jadwal pertemuan dengan laki-laki itu. Aku harus segera membicarakan masalah ini dengannya." Ucap Alan pada Iswara dengan tidak sabaran.

"Baiklah disini kamu bosnya. Apa sudah puas?"

"Hahaha aku sangat suka idemu. Suasana hatiku saat ini sedang bagus. Ayo kita pergi makan malam di luar."

"Ku anggap ini bayaran yang setimpal untukku."

Mereka berdua pun pergi ke luar dengan diiringi canda tawa seperti tanpa beban.

*****

Sesuai kesepakatan yang dibuat Iswara semalam, pagi ini Alan dan Iswara datang ke pabrik Azfa untuk bertemu dengan Rizal guna membicarakan hal yang telah mereka rencanakan semalam.

"Apa menurutmu laki-laki itu bisa diajak kerja sama untuk rencana ini Is?" Bisik Alan saat keduanya sudah tiba di depan pabrik.

"Apa kamu meragukan kemampuan ku Tuan Hendra?" Iswara balik bertanya membuat Hendra terkekeh. "Ku pikir kau tidak akan pernah tertawa ternyata aku beruntung bisa melihat kau tertawa lepas seperti ini." Sindir Iswara halus membuat Alan seketika menghentikan kekehannya.

"Ekhem! Fokus pada tujuan kita." Ucap Alan mengalihkan pembicaraan dengan cepat.

"Hei! Kenapa mukamu merah Tuan Hendra?" Goda Iswara sambil menyenggol bahu Alan pelan.

"Diam atau ku kirim kau kembali ke negara K." Ancam Alan membuat Iswara berhenti menggoda Alan.

"Ish~ Kau tidak asyik sekali Hen." Kata Iswara sambil mempoutkan bibirnya kesal.

Setelahnya tidak ada lagi percakapan yang terjadi diantara keduanya. Hingga tidak sadar mereka pun tiba di depan pintu ruangan Rizal.

"Selamat pagi Tuan Hendra. Kata sekretaris Anda, ada hal penting yang ingin Anda sampaikan." Ucap Rizal menyambut tamunya dengan senyum lebar.

"Benar. Biar sekretaris Saya yang menyampaikan." Ujar Alan.

Iswara pun mulai menjelaskan maksud kedatangan mereka kemari. "Begini Tuan Rizal, bos saya ingin mengadakan pesta atas keberhasilan kerja sama kita. Namun beliau tidak begitu mengenal para pengusaha disini. Jika Tuan Rizal berkenan, bolehkah kami mengadakan pesta atas nama Anda?" Ucap Iswara dengan lugas dan cermat.

"Hmm sepertinya boleh juga. Dengan begini saudara ku tidak akan lagi pernah meremehkan ku." Ucap Rizal tersenyum licik.

Alan menyimak apa yang dikatakan Rizal dengan senyum puas. 'Benar-benar licik dan tamak. Dasar sampah'

Iswara pun juga tersenyum puas karena rencana mereka berjalan dengan mulus. Tinggal menyusun langkah selanjutnya, maka akan sempurna.

'Asal bisa melihat Hendra bahagia aku rela melakukan apapun, bahkan jika dia menginginkan nyawaku sekalipun pasti akan ku berikan tanpa syarat.'

Memang benar cinta itu mengalahkan segalanya bahkan akal sehat pun. Tetapi tidak ada yang bisa menolak ataupun meminta akan menjatuhkan hati pada siapa. Begitu juga Alan dan Iswara. Terjebak dalam kisah cinta yang rumit.

"Kalau boleh tahu kapan acaranya dilangsungkan?" Tanya Rizal.

"Kalau untuk ini nanti akan kami kabari secepatnya. Tuam hanya menyampaikan undangannya saja. Sisanya biar kami yang urus. Untuk tempat juga serahkan pada kami." Terang Iswara membuat Alan puas.

"Apa ada yang perlu ditanyakan lagi Tuan Rizal?"

"Ah tidak ada. Saya sudah paham."

"Baiklah kalau begitu kami permisi undur diri dulu. Tunggu kabar dari saya."

Alan dan Iswara pun pergi meninggalkan pabrik Azfa dengan seringainya.

Di dalam ruang kerja Rizal langsung menghubungi Delia untuk menyampaikan kabar gembira ini.

Dia pun menceritakan apa yang terjadi barusan melalui sambungan telepon.

"Apakah yang kakak katakan ini benaran?" Tanya Delia masih tidak percaya.

"Kapan kakak pernah membohongi kamu heh?" Rizal pun kesal karena Delia tidak percaya padanya.

"Iya aku percaya. Kalau benar kita akan semakin dikenal banyak orang. Dengan begitu akan banyak perusahaan yang tertarik dengan pabrik."

"Benar sekali. Aku sudah tidak sabar menanti hari itu. Cepat beritahu Ibu hal ini. Ibu pasti akan semakin bangga dengan kita."

"Ah baiklah kak. Aku tutup dulu teleponnya."

Setelah sambungan telepon terputus Rizal pun mulai berangan-angan. Dia sudah membayangkan akan menjadi orang kaya dan disegani banyak orang.

Begitu juga dengan Delia dan Bu Ambar. Setelah diberitahu Delia, Bu Ambar pun tampak senang. Dia sudah mulai berani berlagak sombong lagi. "Setelah ini kita tidak membutuhkan Devan lagi. Dasar anak tak tahu diri. Sudah bagus dulu aku merawat dan membesarkan dia. Setelah menikah malah seperti lupa siapa dirinya. Cih~ " Ucap Bu Ambar berdecih kesal. Delia pun setuju dengan apa yang Ibunya katakan.

Bersambung....

1
jumrotun chasanah
Lanjut lagi kak.. Critaanyaa ng ambang gitu. 😔
OkitaNiken
Sedihh banget si Raline
tefa(♡u♡)
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
AKB: terima kasih kak /Kiss/
total 1 replies
NotLiam
❤️ Hanya bisa bilang satu kata: cinta! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!