Byan, seorang pria yang memiliki mimpi, mimpi tentang sebuah keadaan ideal dimana dia membahagiakan semua orang terkasihnya. terjebak diantara cinta dan sayang, hingga terjawab oleh deburan laut biru muda.
tentang asa, waktu, pertemuan, rasa, takdir, perpisahan.
tentang mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arief Jayadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sedikit rahasia....kau memilikiku
Setelah mengisi bahan bakar untuk mobilku, aku memilih mencari tempat menepi yang tidak terlalu terang namun juga tidak terlalu gelap. Agar selain privasiku dan Ony terjaga, keselamatan dan keamanan kami pun tidak terlalu berada diujung tanduk. Kalau perlu aku akan memarkirkan mobilku tepat disamping pos keamanan saja, pikirku.
Mesin mobil mulai aku matikan, ini sudah masuk dinihari, nyata sekali sekeliling kami hanya ada lampu penerangan dan beberapa mobil yang aku sendiri tidak mau tau apakah ada orang didalamnya. Yang jelas, suasananya akan mudah membuat merinding bagi orang orang yang memiliki level keberanian seujung kuku. Bagaimana tidak, kami berada di rest area yang tentu saja dibangun karena cukup jauh dari pemukiman warga sekitar, sebagai tempat darurat istirahat pengemudi yang harus menuju kota selanjutnya namun lelah sudah memuncak sementara perjalanan masih cukup panjang untuk ditempuh. Semua pertimbangan dalam memilih tempat benar benar aku matangkan. Mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi, baik maupun buruk, walau baik maupun buruk adalah relativitas, tergantung sudut pandang yang kita pakai untuk menilainya.
"kamu dan Asih, apa yang berbeda...begitu?" ucapku menegaskan pertanyaan dari Ony.
Ony pun beringsut bangkit, mencondongkan badannya ke arahku, matanya menatapku, mata yang sembab karena menangis sepanjang perjalanan ini. Ia mengangguk menandakan setuju akan penegasan dariku. Dia menarik tanganku dari transmisi, meremasnya dengan kedua tangannya yang basah, seakan ingin mengatakan berapa ia sedang gelisah, marah, sedih, dan semua rasa yang ia punya. betapa ia ingin aku melakukan sesuatu tentang itu. Disisi lain remasan tangan itu seperti ingin membalas segala yang terjadi sebelumnya, membuat aku turut merasakan sakit yang sedang ia rasakan, namun bagaimana mungkin tangan selembut itu mampu menyakiti dengan remasan nya.
"kenapa kak Asih bisa memilikimu sementara aku tidak?" imbuhnya lagi
"Ony, andaikata kau melihat dari kacamataku, kau telah memiliki aku, bahkan kuakui kau telah mengurangi bagian Asih atasku."
"kehadiranku disini, mulai dari tadi menjemput dirimu, hingga saat ini aku tidak mengantakan mu pulang, karena apa? Karena kamu telah memiliki aku!"
"hanya saja posisimu yang berbeda dengan Asih, kamu adalah sumber tenaga, selalu memberikan kekuatan aneh dan unik untuk bertahan. Sementara Asih, adalah pelipur lara, ia akan selalu membasuh luka setelah peperangan yang aku jalani, peperangan yang bisa aku hadapi karena tenaga yang kudapat darimu."
"kamu memilikiku dengan porsi yang berbeda dari Asih, tapi kalian sangat sangat saling melengkapi, aku tak akan mampu maju perang tanpa tenaga darimu, namun akupun takkan mampu bertahan sejauh ini apabila tak ada Asih yang merawat dan menyembuhkan semua luka."
"seperti ujarku sebelumnya Ony, kamu akan selalu menjadi si spesial buatku, aku takkan Ikhlas bila ada yang menyakitimu. Kamu akan selalu menjadi si spesial, sampai nanti kamu datang kerumahku memperkenalkan seseorang yang menjadi si spesial buatmu dan aku akan tahu dia bisa menjagamu Ony."
"aku hanya seorang arsitek buatmu Ony, aku akan membangunkan rumah terbaik, terkuat buatmu, tapi aku tak berhak hidup didalamnya, karena itu rumahmu, bukan rumahku"
"aku sendiri telah memiliki rumah yang akan menungguku pulang, menantikan kedatanganku apapun keadaanku"
"kelak akan ada lelaki yang akan mengisi rumah itu, jangan lupa kenalkan padaku ya?!"
Jelas ku tanpa membiarkan dia merespon lewat kata, dan aku tak pernah sedikitpun memalingkan mataku dari matanya. Matanya yang tidak bisa di bilang sipit, tapi juga tidak bisa dibilang besar. Tapi matanya yang selalu bercerita tentang pagi dan kesehariannya kepadaku, mata yang menurutku indah. Mata yang saat dulu mengalirkan airmata, dan kini pun sama.
aku tau, ini saatnya aku menentukan pilihan, menerima segala Konsekuensi diatasnya. menegaskan pada rasa dan logika, mana diantara mereka yang memenangkan diriku.
Ku seka airmata nya dengan tanganku, kubiarkan tanganku berada di pipinya, karena ia menyandarkan kepalanya di telapakku. Diraihnya tanganku, di kecupnya telapakku. Ia ingin berkata sesuatu, tapi kecup tadi sudah menggambarkan banyak hal buatku.
"andaikata kita bertemu lebih cepat, mungkin aku akan membiarkan diriku kau miliki sepenuhnya Ony, tapi seperti inilah takdir kita. Aku telah menambatkan hatiku kepada Asih dan aku takkan berpaling dari pilihanku."
Ony masih saja memegang dan mengecupi telapakku, sembari masih saja meneteskan airmata nya. Aku menggerakkan jariku, mengunci dagunya diantara telunjuk dan jempolku, menariknya mendekatiku, lebih dekat. Di Detik berikutnya aku sudah menyambut bibir nya, lembut, perlahan aku dan dia menikmati ciuman yang kita berdua sadari, ini adalah ciuman pertama dan terakhir kita. ini adalah ciuman penuh kesadaran antara lelaki dan perempuan yang memiliki rasa yang sama, tidak ada pengaruh apapun disana termasuk alkohol atau apapun itu. ini adalah prasasti yang menggambarkan dalamnya rasa yang kita sama sama miliki, kita saling memiliki. Kita tak ingin melepasnya sekarang, kita tak ingin melepasnya nanti, biarlah, aku sendiri sedang tak ingin memperdulikan yang lain, aku ingin membiarkan ini, untuk kali ini. Kita hanya ingin membiarkan momen ini menjadi sedikit rahasia kita. Yang selanjutnya akan kita simpan didasar sanubari kita, di dalam peti Istimewa terkubur dalam di palung jiwa, yang kuncinya akan kita buang, agar takkan pernah terbuka lagi. Tuhan, aku tau kau tidak akan membiarkan ini terjadi jika tak kau berikan rasa yang tulus antara kami, tolonglah Tuhan, Biarlah ini menjadi rahasia kecil antara aku dan Ony.
Mimpi yang sama, perasaan yang sama, kadang tetap saja tidak bisa bersama. Semua luapan yang terjadi dalam semalam, menggambarkan betapa menyakitkannya jalan yang harus dihadapi, karena kehidupan kadang memang sebercanda itu padamu. Karena kehidupan tidak hanya serumit ruwetnya benang layangan, ia lebih dari pada itu. Kompleksitas sel otak yang baru kau gunakan 10% saja bisa membuat sesuatu menjadi sesakit ini, bagaimana pula andaikata kau gunakan sepenuhnya. Lalu pertanyaannya kembali muncul ke permukaan, "Rasa, sebenarnya anugerah ataukah sebuah kutukan?"
Namun ada sebuah kepastian, kini yang harus aku hadapi hanyalah prosesi pernikahan yang sedang disiapkan, dan tinggal menunggu beberapa bulan ke depan saja. Ony telah menyatakan pasti akan datang, bahkan meminta menjadi pendamping mempelai Wanita. Semoga Asih akan menyetujuinya, karena aku yakin mereka berdua akan menjadi sahabat yang sangat erat, apabila situasinya sedikit berubah.
*****
"kamu memilikiku, untuk itulah aku ada disini saat ini"
*****