NovelToon NovelToon
The Killer?

The Killer?

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Sebuah kasus pembunuhan berantai terus saja terjadi di tempat yang selalu sama. Menelan banyak nyawa juga membuat banyak hati terluka kehilangan sosok terkasih. Kasus tersebut menarik perhatian untuk diselidiki. Namun si pelaku lenyap tanpa sebab yang jelas dan justru menambah kekhawatiran penyelidik. Kasus ini menjadi semakin rumit dan harus segera dipecahkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Karena Nama

Siang itu aku melangkah dengan riang tanpa suara mengikuti wanita cantik yang mengaku namanya adalah Sagira. Aku tahu betul nama aslinya adalah Rubby, namun tak ingin ku tunjukkan padanya demi keberhasilan misi penyelidikan ini. Aku terus bermain peran layaknya orang yang memang tak mengerti apapun.

Terus ku mengikuti targetku ini dengan ketelitian yang teramat jeli, hingga wanita itu menghentikan langkahnya yang secara otomatis juga menghentikan langkahku. “Maaf, kakak penguntit. Bisakah anda berhenti mengikuti dan mengganggu privasiku?” Ucapnya dengan santun namun menusuk hati entah pada siapa.

Sontak aku menoleh ke kanan juga kiri bahkan ke arah belakangku mencari penguntit mana yang sedang ia ajak bicara, namun nihil. Tak ku lihat hadirnya seorangpun disini, jalan ini tampak sepi dan hanya ada aku dan dia di sini. Membuatku bertanya-tanya dalam heran, siapa yang ia ajak bicara? Apa dia bisa melihat makhluk halus? Mustahil! Kasus topeng mengerikan itu pasti telah menghancurkan otak logis ku!

“Saya berbicara pada anda, tuan pemarah yang hobinya menendang kaleng jika terbawa amarah,” ungkap wanita itu lagi dengan santai dan santun namun tetap menusuk hati. Aku sedikit terperanjat mendengar pernyataannya itu.

Apa ini!? Dia sedang berbicara denganku!? Apa dia menyadari keberadaanku? Mustahil! Jelas aku sudah menjaga jarak aman dan menghilangkan suara langkahku agar targetku tak mampu merasakan kehadiranku! Bagaimana bisa dia menyadari keberadaanku!? Apa pula maksud dari julukannya padaku itu!? Aku bukan penguntit dan pemarah!

Menyadari misi pengintaianku telah diketahui oleh target, aku segera mencari rencana lain dan mulai melangkah mendekatinya lalu berkata “Sepertinya anda salah paham, nona Sagira. Saya tidak sedang menguntit, saya hanya mencoba melindungi anda dari bahaya yang mungkin saja akan menghampiri jalan yang anda lalui. Karena saya masih merasa bersalah dan bertanggungjawab untuk menjaga anda. Lagipula, arah rumah saya juga kebetulan lewat sini.”

“Sudah kubilang tak perlu melakukan apapun. Saya sudah memaafkan anda dari kaleng yang mengenai kepala saya,” Rubby yang mengaku namanya Sagira ini bersikeras menolakku dengan elegan. Sepertinya dia adalah wanita yang cukup mahal.

“Setidaknya izinkan saya menemani anda sampai rumah saya. Kebetulan tempat tinggal saya juga searah dengan anda,” aku tak ingin kalah dan terus membujuknya hingga luluh.

Wanita yang ku yakin namanya adalah Rubby ini sempat menghela nafas pasrah sebelum angkat suara “Baiklah, tapi jaga jarak ya. Saya tidak nyaman berdekatan dengan laki-laki.”

Aku sedikit jengkel dengan ucapannya namun tetap menjaga sikap santun ku lalu berkata “Sedari tadi juga saya sudah menjaga jarak dua meter untuk menghargai privasi anda, nona,” sambil tersenyum ramah kepadanya.

...***...

Beberapa menit perjalanan kami lewati dalam keheningan, tak ada satupun dari kami yang berani mengangkat suara lebih dulu. Sesuai janji, aku tidak terlalu dekat denganya agar tidak mengganggu privasinya. Ku fikir wanita yang berada satu jengkal di sebelahku ini adalah seseorang yang memiliki harga diri tinggi, jadi aku harus berhati-hati dalam berucap dan memperlakukannya.

Sungguh, aku ingin keluar dari suasana canggung ini. Aku memang tak begitu pandai jika berhadapan dengan wanita, apalagi wanita yang secantik dan semanis Rubby. Sebut saja aku jatuh hati pada targetku sendiri, namun aku harus profesional dalam menjalani misi penyelidikan. Aku kembali memfokuskan atensiku pada ucapan yang akan ku lontarkan pada gadis mungil manis ini untuk melancarkan rencanaku.

“Anu, maaf lancang sebelumnya nona Sagira—,”

“Tak usah memanggilku ‘nona’! Bicara santai saja padaku,” selanya sebelum aku sempat menyelesaikan perkataan yang sudah kurangkai sedemikian rupa dalam kepala.

“Baiklah, Sagira. Maaf lancang sebelumnya, tapi bolehkah saya bertanya sesuatu?” Tanyaku dengan santai namun tetap santun.

“Sudah kubilang, bicara santai saja padaku!”

“A…? ‘Aku-kamu’ maksudmu?” Tanyaku dengan gugup memastikan maksud dari ‘bicara santai’ yang sedari tadi ia katakan.

“Terserah, asal jangan terlalu formal saja,” jawabnya singkat tanpa sedikitpun menoleh padaku.

“Ba- baiklah, bo- bolehkah a- aku bertanya sesuatu?” Entah mengapa lidahku menjadi kelu dalam berucap, degup jantungku mulai tak beraturan. Mungkin memang benar aku tak terbiasa berbincang dengan wanita.

“Tinggal tanya,” jawabnya dengan santai dan tenang tak sepertiku yang kesulitan mengatur ketenangan.

Aku sempat menarik nafas dan menahannya selama sepuluh detik lalu menghembuskannya lagi. Setelah rasa gugup ku mulai mereda, barulah berani angkat suara “Tadi kamu berbicara tentang pekerjaan, boleh aku tahu apa pekerjaanmu?”

“Itu privasi!”

“Karenanya lah sedari awal aku minta maaf sebelum menanyakan hal lancang ini!”

“Lihat saja nanti!”

“Bagaimana caraku melihatnya?”

“Kau ingin mengikutiku sampai tempat kerja, kan?”

“Apa?”

“Rumahmu tidak berada di sekitar sini, kau hanya ingin mengikutiku saja.”

...***...

Aku terus mengikuti Rubby meski aku masih belum mengerti mengapa ia bisa sejeli itu menyadari kebohonganku, aku mulai berasumsi bahwa gadis ini mirip dengan Picho yang memiliki kemampuan aneh untuk mendeteksi kebohongan. Aku melangkah di samping Rubby dengan tanganku yang dimasukan dalam saku celana, dan sangat menjaga batasan harga diri wanita itu dengan tidak menyentuhnya sedikitpun.

Ku perhatikan lingkungan sekitarku yang sudah mulai memasuki daerah hutan dekat kaki gunung. Tempat ini terasa tak asing bagiku, ini seperti jalan menuju…. Gunung? Tunggu, apa yang wanita secantik ini akan lakukan di gunung tempat pembunuh berantai memakan korban jiwanya?

Mencari jejak pembunuh? Tapi pemicu pembunuhannya sudah ku amankan di rumah! Untuk apa lagi ia mencarinya di gunung ini!? Apa ia masih mengira bahwa pembunuhnya berada di gunung? Ku rasa jika Rubby adalah detektif yang membuat pimpinan polisi ragu, ia akan memiliki kecerdasan yang luar biasa. Tak mungkin wanita cerdas ini terus kembali pada gunung tanpa mengetahui letak keberadaan pembunuh sebenarnya saat ini.

Rubby terus menggiring ku pada gunung hingga puncaknya— tempat pembunuh berantai biasa menelan jiwa, hal itu semakin membawa fikiranku berkelana mencari alasan wanita ini berada di sini. Sesekali aku merasa takut jika dia telah terpengaruh energi topeng mengerikan itu dan berencana membunuhku, mengingat bahwa target pembunuh berantai itu sekarang adalah polisi dan pihak yang sedang berusaha menghalangi jalannya. Tapi itu jelas mustahil karena jelas topeng itu ada di rumahku!

Sesekali ku lihat Rubby yang mengaku namanya adalah Sagira itu menyentuh pepohonan dan tanah sambil memejamkan matanya seperti sedang fokus merasakan jiwa-jiwa dalam segala hal yang ia sentuh. Yeah, mungkin gila jika ku katakan seperti itu, tapi faktanya pepohonan dan tumbuhan juga makhluk hidup yang memiliki jiwa.

“Kamu adalah ahli geografi?” Tanyaku pura-pura salah menebak agar ia mau berkata jujur.

“Sepertinya aku harus segera membawa pria itu kemari. Begitu banyak misteri yang berkaitan denganya dan hanya dia yang bisa menjawabnya,” ucapnya tanpa menjawab pertanyaanku.

“Pria? Siapa?” Hatiku sedikit terluka karena target incaranku berbicara tentang pria lain. Sebut saja aku sedang cemburu.

Rubby mengalihkan atensinya padaku dengan tatapan serius, namun anehnya matanya basah seolah menahan tangis. Ia menyentuh pundakku lalu berkata “Arron, bukan! Maksudku, Julian. Kau adalah orang yang menjunjung tinggi keadilan kan? Jika kau adil, ku harap kau bisa mengembalikan benda yang bukan milikmu pada pemiliknya dan menyuruhnya menemuiku di sini. Tempat ini sudah menjadi saksi kematian ribuan manusia, jauh sebelum kasus pembunuhan berantai terjadi tiga bulan lalu. Dan semua harus segera diakhiri. Ku harap kau bisa bijak.”

Tersentak? Tentu aku sangat tersentak dengan perkataannya itu. Maksudku, hey! Aku bahkan belum sempat memberitahukan nama samaranku! Bagaimana bisa ia mengetahuinya!? Dan dari mana pula dia mengetahui nama asliku!? Orang yang pernah kuberitahu tentang privasi sedalam itu hanyalah pimpinan polisi dan Picho.

Tunggu, apa!? Jika ditelaah lagi dari kalimatnya, ia menyuruh ku untuk bersikap adil dan mengembalikan benda yang bukan milikku pada pemiliknya. Satu-satunya benda yang bukan milikku hanyalah topeng rubah putih mengerikan milik Picho. Apa ia sedang meminta ku mengembalikan topeng itu pada Picho? Tapi apa pula hubungan Rubby dengan Picho!? Apa benar mereka bersekongkol seperti kecurigaan pak pimpinan!?

Mustahil! Aku tak pernah melihat Picho bertemu dengan Rubby selama ini, lagipula Picho juga bukan pelaku pembunuhan berantai kan? Jika pun dia membunuh itu adalah dampak pengaruh topeng mengerikan yang ia dapat entah dari mana, aku tak boleh menyalahkan orang yang melakukan kesalahan tanpa ia sadari kan? Itulah sebabnya aku masih ragu untuk mengakui bahwa Picho adalah pembunuh berantainya.

Tapi bagaimana Rubby bisa tahu tentang setiap privasi yang hanya diketahui oleh aku dan Picho? Akal sehat ku hanya menemukan dua kemungkinan dari misteri ini, Rubby memiliki hubungan dengan Picho tanpa sepengetahuanku dan ia mendapatkan segala informasi pribadiku dari Picho, atau gadis cerdas ini memata-mataiku tanpa kusadari selama proses penyelidikan.

Jika kemungkinan pertama yang benar, aku akan sangat kecewa dan tak bisa mempercayai Picho lagi karena ia sudah mengingkari janjinya untuk menjaga rahasiaku. Namun jika kebenarannya ada pada kemungkinan kedua, aku harus lebih waspada lagi karena Rubby cukup cerdik mampu mengintai ku di saat aku sendiri sedang mencarinya dan aku tidak menyadari keberadaan Rubby selama ini. Kemungkinan wanita itu mengawasi ku dari jarak jauh.

Sial! Aku menggigit bibirku sendiri hingga berdarah ketika menyadari bahwa aku kalah cepat dan teliti dalam menemukan informasi. Wanita yang sedari dulu ku cari dan ku incar sebagai target penyelidikanku, rupanya telah lebih dulu menyelidiki informasi tentangku. Itu hal yang paling membuatku kesal. Aku benci kekalahan! Dasar Julian payah! Kau harus selalu menang dalam penyelesaian kasus apapun, Julian! Kau ini detektif yang cerdas dan paling hebat kan? Jangan melemah seperti ini!

Lautan rasa frustasi membanjiri lubuk hatiku. Aku benar-benar merasa lemah dan gagal jika berhadapan dengan kekalahan seperti ini, terutama saat aku tak bisa mengatakan apapun dihadapan target yang kujadikan lawan main. Harga diriku sebagai detektif jatuh sejatuh-jatuhnya, sepertinya aku tak bisa menaruh hati pada detektif menyebalkan ini. Aku benci padanya!

Degh! Kepala dan ulu hatiku terasa seperti ditusuk oleh pedan es yang teramat dingin, aku kesulitan bernafas dibuatnya. Sakit sekali, aku bahkan tak bisa berdiri dengan seimbang diatas kakiku sendiri dan ambruk dihadapan Rubby! Memalukan! Apa yang sebenarnya terjadi padaku!? Rasanya ini pernah terjadi sebelumnya, namun kini sakitnya bertambah berkali-kali lipat. Kapan pertama kali aku merasakan sakit ini?

“Julian? Kau kenapa?” Tanya Rubby yang seolah khawatir dengan keadaanku. Sialan! Aku sendiri juga tak tahu apa yang terjadi dengan diriku!

Ayo otak, temukan lah memori tentang rasa sakit ini, cepat! Kapan dan karena apa aku bisa merasakan sakit yang begitu menyiksa? Apa aku melupakan sesuatu yang terpenting dalam hidupku? Apa aku kurang teliti dalam memahami makna kalimat yang Rubby lontarkan? Dimana? Dimana letak kesalahannya!? Apa hal yang aku lupakan? Rasa sakit ini terasa seakan ingin membunuhku!

“Julian?”

“Berisik! Jangan sebut nama itu dihadapanku! Panggil aku Arron karena aku juga memanggilmu Sagira walau aku tahu jelas nama aslimu adalah Rubby! Bukankah itu adil!?”

Ah iya! Adil! Aku mendapatkan rasa sakit ini ketika bertindak tidak adil dalam diriku sendiri. Tadi Rubby meminta ku adil dan bijaksana untuk mengembalikan topeng itu pada Picho. Apa benar itu keadilan yang sesungguhnya? Tidak! Akan lebih adil lagi jika aku tanyakan masalah ini langsung pada Picho sebelum mengambil keputusan, kan? Perlahan rasa sakitku pun sirna, tanda bahwa aku sudah bersikap adil dalam mengambil keputusan.

“Maaf, Sagira. Tolong panggil saja nama samaranku karena nama asli adalah privasi. Aku paham dengan permintaanmu sebelumnya tentang mengembalikan benda yang bukan milikku, tapi benda itu cukup berbahaya jika berada pada orang yang salah. Jadi biar aku pertimbangkan lagi permintaanmu tadi, dimohon pengertian dan kesabarannya dalam menunggu keputusanku,” ucapku santun sambil kembali pada posisi berdiri.

1
Amelia
waduh bahaya enggak tuh 😰😰
Amelia
salam kenal ❤️🙏 semangat terus
Cherry: Salam kenal juga, Terimakasih, kamu juga semangat 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
akhirnya author update, udh ditunggu tunggu.. btw happy birthday ya thor 🥳🥳🥳
Cherry: Makasih 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
senang nya dpt kabar dah mau update, di tunggu ya thoor🥳
Cherry: Makasih masih mau nungguin Author yang ga konsisten ini huwuuh… 😭🙏🏻
total 1 replies
Mpit
bilang aja pemiliknya itu gk mau bayar karyawan nya ahahah
Cherry: Bisa jadi 😁😂
total 1 replies
Mpit
Iyah ayolah,, MC jngn naif/Sweat/
Mpit: rada" wkwk
Cherry: Naif kah dia?
total 2 replies
Mpit
ga tau knp, gw ngerasa Phico punya kepribadian ganda,, nebak doang 🗿
Cherry: Hayo, Picho jenis orang seperti apa? 😄
total 1 replies
Mpit
selagi enak ya gaskennn🗿
Cherry: Tim penyuka pedas, gaskeun 🤩
total 1 replies
Mpit
loh,, gak telpon polisi/manggil warga sekitar gitu?? :(
Cherry: Namanya orang panik, mana kepikiran ke situ? 😁
total 1 replies
Mpit
kan emang jatoh dari sepeda :v ga salah sih
Cherry: Ga salah kan? Hehe 😁
total 1 replies
Mpit
bisa disebut "gadis kecil" aj sih haha
Cherry: Hehe, memang kecil dan mungil sih dia
total 1 replies
Mpit
daripada koma, lanjut dialog,, lebih enak dibacanya klo ditulis dialog, lanjutannya di bawah aja
Cherry: Terimakasih atas sarannya kakak, akan ku jadikan pelajaran di karya-karya berikutnya. 😊🙏🏻
total 1 replies
Mpit
dijadiin bakso enak tuh daging
Cherry: Kalau jual bakso daging manusia, ada yang mau beli ga ya? 😂
total 1 replies
Mpit
Hooo ku kira cewek wkwk

tipe cowok gondrong, kah? /Hey/
Cherry: Hehe, aku emang suka cowok gondrong 😁
total 1 replies
Husna Alifah
huhuu, di tunggu kelanjutannya thorr
Husna Alifah: ehehe, iya maaf ya thor, lama udah ga baca, karena terlalu sibuk 🙏🏻
Cherry: Eh? Kamu masih baca karyaku? Yaampun! Aku rindu banget, udah beberapa hari tak tinggalkan jejak di sini, huhu… 😭 Makasih masih setia menunggu 😊🙏🏻
total 2 replies
Husna Alifah
gapapa thor, tetap semangat yahh
Cherry: Siap, makasih 🥰🙏🏻
total 1 replies
Husna Alifah
aku Thaira thoor...
Cherry: Ok Ok, kita coba tunggu komen dari yang lain ya… kalau belum ada yang komen lagi sampe besok, aku bakal coba bikin Picho sama Taira, hehe. Makasih dah komen
total 1 replies
Husna Alifah
terus up thor.. sedih bngt sama episode ini TwT
Cherry: Besok up lagi. Sedihnya ini episode malah kejadian beneran sama dunia nyataku. Mirip tapi ga persis. #malah curhat /plak/ 😂
total 1 replies
Husna Alifah
update terus thor.. ga sabar kelanjutannya
Cherry: Terimakasih… Jangan bosen baca ceritaku ya 🥰🙏🏻
total 1 replies
Anita Jenius
Lanjut baca dulu
Cherry: Ok, selamat membaca 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!