NovelToon NovelToon
PELAKOR TERHORMAT (Pembalasan Seorang Istri)

PELAKOR TERHORMAT (Pembalasan Seorang Istri)

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Romansa
Popularitas:21.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lusica Jung 2

Shea dianggap sebagai istri tidak berguna, bahkan pembawa sial, hingga ditinggalkan oleh Delon demi wanita lain. Tanpa perceraian, Shea disingkirkan karena dianggap jelek dan memalukan keluarga. Namun, setelah dua tahun, Shea kembali sebagai model ternama dengan kekayaan melimpah.

Kehadiran Luis, paman angkatnya, membantu menyembuhkan luka masa lalunya. Luis begitu perhatian dan menjadikan Shea sebagai prioritas utamanya. Namun, perasaan rumit tumbuh di antara mereka.

Kini, Shea harus memilih antara masa lalunya yang pahit dan masa depan yang cerah dengan Luis. Di tengah pertarungan batin antara cinta dan keterikatan, Shea harus menemukan keberanian untuk menghadapi konsekuensi dari keputusannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kelakuan Konyol Shea (REVISI)

Shea menghela napas. Dia benar-benar merasa bosan dengan situasinya saat ini. Dia sudah tidak apa-apa dan kondisinya juga sudah baik-baik saja. Tapi Luis masih belum mengijinkannya untuk pulang.

Dia menatap Luis yang sedang memangku laptopnya. Pandangannya terfokus pada layar monitor dipangkuannya yang menyala terang. Luis terlihat fokus dan tak terpengaruh sedikit pun oleh tatapan Shea. Sampai suara frustasi wanita itu berkaur di telinganya.

"Paman, aku bosan." Rengek Shea. "Kapan aku boleh pulang?"

"Setelah dokter mengijinkannya." Jawab Luis tanpa menatap lawan bicaranya. Fokusnya tetap tertuju pada laptop itu.

Shea menggelengkan kepala dengan frustrasi. Dia benar-benar tidak tahan lagi dengan keadaan ini. Tidak hanya fisiknya yang terkekang di rumah sakit, tapi juga rasa kebosanannya yang semakin menjadi-jadi.

"Dokter itu seperti tidak pernah datang," keluh Shea dengan nada kesal.

Luis akhirnya meletakkan laptopnya di samping dan menoleh ke arah Shea. Wajahnya masih terlihat serius, tetapi terdapat sedikit ekspresi kelembutan di matanya. "Kau tahu sendiri, Shea, kesehatanmu sangat penting. Kita harus memastikan bahwa kau benar-benar pulih sebelum kembali ke rumah."

Shea mengangguk, meskipun hatinya masih penuh dengan ketidaknyamanan. Dia tahu Luis melakukan ini karena kepeduliannya padanya, tetapi rasa ingin bebasnya semakin kuat.

"Ya, aku mengerti," ucap Shea akhirnya dengan suara yang agak reda. "Tapi aku harap dokter datang segera. Aku merindukan kebebasanku."

Luis tersenyum lembut. "Aku tau apa yang kau rasakan, Shea. Tapi ingatlah, kesabaran adalah kuncinya."

Shea mengangguk, mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan pikiran itu meskipun dia masih merasa tidak sabar. Dia hanya bisa berharap agar hari itu dokter segera datang dan memberinya lampu hijau untuk pulang.

Tiba-tiba, Shea bangkit dari ranjangnya dan menghampiri Luis yang sedang sibuk dengan laptopnya. Tanpa basa-basi, dia merebut laptop dari tangan Luis dan menariknya naik ke ranjang inapnya.

"Shea, apa yang kau lakukan?" tanya Luis, bingung dengan tindakan mendadak Shea.

"Sttt," bisik Shea, menempelkan jari di bibir Luis sambil menggeleng. "Paman, jangan banyak tanya. Aku ingin bermain sebentar. Aku benar-benar bosan, sekarang aku adalah dokter dan kau adalah pasienku. Anggap saja kau mengalami musibah dan perlu dirawat."

Luis mengernyitkan keningnya. "Jangan mengada-ada. Lalu kotak P3K itu untuk apa?"

"Ya, tentu saja untukmu. Kau adalah pasien yang cidera, jadi kau perlu menggunakan ini agar permainannya lebih seru. Kita akan bermain seperti dulu, saat kau sering menemani aku bermain dokter dan pasien," jelas Shea sambil tersenyum lebar.

Dia meraih beberapa lembar perban dan menumpuknya menjadi satu, kemudian meletakkannya di atas salah satu mata Luis, mengikatnya dengan perban lain yang disatukan dengan keningnya. Luis hanya bisa mendengus, memutar matanya jengah, dan menggelengkan kepala melihat tingkah Shea.

"Memangnya harus begini? Kenapa harus pada mata?" keluhnya.

"Karena ini membuatmu terlihat keren. Jadi Paman, diam saja dan jangan banyak bertanya, oke?" tegur Shea sambil terkekeh.

Alhasil, satu jitakan lembut mendarat mulus di kepala yang berhelaian coklat milik Shea. Anehnya, Luis tidak bisa menolaknya; dia membiarkan Shea melakukan apa pun yang dia inginkan.

"Jangan-jangan proyekmu waktu itu hanya akal-akalan belaka? Memanfaatkan mataku yang sedang iritasi untuk kepentinganmu sendiri?" tebak Luis dengan akurat.

Shea hanya tertawa tanpa menjawab, dan tawa itu sudah cukup membuktikan kebenaran tebakan Luis. Kemudian Shea merenggangkan bibirnya dalam senyum yang tak terelakkan. "Oh, Paman, Paman... kamu selalu bisa menebaknya dengan benar. Tentu saja, aku harus memanfaatkan kesempatan yang ada," jawabnya dengan santai.

Luis menggeleng-gelengkan kepalanya dengan sedikit geli dengan tingkah wanitanya. "Kau benar-benar ya," ujarnya, lalu tersenyum kembali. Namun senyum kembali menghiasi bibir Luis. "Tapi, aku tidak bisa menyalahkan mu. Aku pun tahu, pasti akan ada kompensasi yang sepadan."

Shea mengangguk setuju. "Tentu saja, Paman. Aku akan membalasmu dengan sesuatu yang setara, tunggu saja," katanya sambil memberi Luis pukulan lembut di bahu.

Keduanya kemudian tertawa bersama, suasana menjadi lebih ringan, dan permainan mereka pun dimulai. Dalam sesaat, Luis melepaskan kekhawatirannya dan Shea menikmati momen bermainnya bersama Luis. Dan hanya ketika bersama Shea, Luis bisa menunjukkan sikapnya yang berbeda. Dia hangat.

"Kau harus dihukum, Shea." Bisik Luis dengan seringai yang terpatri disudut bibirnya.

Luis bangkit dari posisinya dan dengan tegas menarik Shea, membaringkannya di atas ranjang. Mata Shea membulat kaget, namun segera disusul dengan senyum di bibirnya.

Begitu Luis mulai menciumnya, Shea membalas dengan memeluk leher Luis. Bibir mereka bertemu dalam sebuah kecupan penuh gairah, menggoda satu sama lain dengan intensitas yang tak terbendung.

Luis dan Shea tenggelam dalam ciuman penuh gaiirah, di mana bibir mereka saling bertaut dalam serangkaian kecupan yang mendalam. Luis membiarkan tangan-tangannya menjelajahi lembut gundukan di dada Shea, memijatnya dengan gerakan mantap dan penuh ketegasan, sementara mata mereka terus terkunci satu sama lain.

Rasanya seperti mereka tenggelam dalam momen itu, terpisah dari segala yang ada di luar sana, hanyalah mereka berdua dan hasrat yang membara di antara mereka.

Tanpa kata-kata, gerakan dan sentuhan mereka mengungkapkan segalanya, menciptakan getaran yang intens di antara mereka. Itu adalah momen keiintiman yang mendalam, di mana emosi dan hasrat bersatu dalam satu kesatuan yang memenuhi setiap serat tubuh mereka.

Setelah ciuman mereka terputus, Luis menyampaikan komentarnya dengan nada santai, "Kau masih saja payah, sayang."

Shea memutar bibirnya dalam ekspresi lucu, "Itu karena aku tidak terlalu fasih dalam berciuman, paman."

Luis tertawa kecil mendengar jawaban Shea. "Ah, tak masalah. Kita bisa latihan lebih banyak lagi nanti."

Shea mengangguk setuju, "Ya, tentu. Tapi aku pikir aku sudah cukup baik."

Luis tersenyum, "Kau selalu percaya diri, huh?"

"Sudah tentu, aku punya guru yang hebat," ujar Shea sambil tersenyum manis.

"Sudah cukup, Shea. Kau tahu betapa susahnya menahan hasratku saat ini." Luis memejamkan mata sebentar, mencoba menenangkan diri.

Shea menggeleng sambil tersenyum nakal, "Apa salahku, paman? Aku hanya membalas ciumanmu dengan tulus."

Luis mengangkat alisnya, "Baiklah, kau menang."

"Maukah kau memberikan sebuah kelas privat tentang bagaimana cara berciuman yang baik?" goda Shea sambil memamerkan senyum manisnya.

Luis memainkan rambut Shea lembut, "Kau selalu tahu cara membuatku tak bisa menolakmu."

Shea tersenyum kemenangan. "Tentu saja. Ayo, kita lanjutkan latihan kita."

Luis tertawa, "Kau sungguh tak bisa ditolak, Shea."

Mereka berdua saling tersenyum, larut dalam suasana yang penuh keakraban dan keintiman di antara mereka.

Meskipun candaan dan ejekan terdengar di antara mereka, tapi dalam hati mereka berdua, mereka tahu betapa pentingnya satu sama lain dalam hidup mereka. Itu bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang keakraban dan dukungan yang mereka berikan satu sama lain setiap hari.

...🌺🌺🌺...

...BERSAMBUNG...

1
Liana Simon
semangat trus berkarya, cerita yg baik
Siti Nadiyah
terima kasih untuk karya mu yg keren ini thor...semoga ada extra part'y😁✌️💜
Hafifah Hafifah
yg ada kamu yg bakalan hancur lw kamu sampai melukai shea
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
Sumawita
mampus kalian keluarga lee
Ira Sulastri
Nah loh.... keluarga Lee sekalinya jatuh lsg ke dasar jurang, bisa bangun ga tuh 🤔🤭
Sumawita
wah keren shea balas dendam mu sungguh sangat lah terhormat
Hafifah Hafifah
wah ternyata mereka masih ingat ya ama menantu yg mereka dzolimi
Hafifah Hafifah
wah emang laki" g tau malu nih si delon belum juga resmi cerainya eh udah main lamar anak orang aja
Hafifah Hafifah
wah pasti bonyok tuh muka gara" ditampar
Siti Nadiyah
dih s Delon ga tau malu...
Siti Nadiyah
lawak kamu mah ver ver...ngaku2 nona besar d depan nona besar langsung
Ira Sulastri
Vera akhirnya kau tuai jg yg kau tanam selama ini, sekarang giliran Delon dan orang tua nya. Semoga tidak lama lagi ya😇
Hafifah Hafifah
wah g sabar deh nunggu kelanjutannya
Ellnara: Besok ya kakak
total 1 replies
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁😁 mampus kau vera silahkan hubungi tuh paman dan kakek palsumu
Ellnara: 🤣🤣🤣🤣 Dia bodoh
total 1 replies
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁😁 kan kamu emang nona palsu yg asli tuh ada dihadapanmu
Hafifah Hafifah
paman dan kakek palsu 😁😁😁mau"nya ya dikibulin ama si vera
Puspa Trimulyani
mampooosss kamu Vera!!!
Ellnara: Dia sebentar lagi hancur kok kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!