Kesayangan Om Abiyan

    Chana dan Nathan sudah turun dari motor, motor Nathan pun sudah di parkiran di pinggir gerbang agar tak menghalangi jalan siswa lain yang akan lewat.

   Kini ketiga orang itu tengah berhadapan, sejak tadi Chana tak berani menatap wajah Abiyan yang seperti nya tengah kesal.

" Maaf Om hari ini Chana pulang sama saya. Jadi om pulang saja, saya akan mengantarkan Chana sampai rumah nanti !". Ucap Nathan sopan.

" Chana pulang dengan saya. Sebaik nya kamu pulang saja bocah!". Kata Abiyan dengan sorot mata tajam yang menatap Nathan.

" Tapi om, Chana sendiri yang mau di antar saya. Jadi om saja yang sebaik nya pulang. Om pasti memiliki kesibukan lain kan. Saya janji akan mengantar kan Chana dengan selamat sampai rumah". Kata Nathan yang masih ngotot.

   Raya dan Loli baru datang menghampiri kedua orang yan tengah bedebat memperebutkan untuk mengantar Chana pulang.

" Loh Na, loe kok belum pulang?". Tanya Loli penasaran.

" Itu lol, gue pulang bareng kalian aja ya ". Ucap Chana dengan wajah memelas. Namun sebelum menjawab, Abiyan melotot ke arah Loli dan Raya yang membuat kedua gadis itu menelan ludah nya kasar.

" So sorry Na, gue ada urusan. Ya kan Ray! ". Kata Loli sambil menyikut lengan Raya.

" I iya Na, kita duluan ya bye ".Buru buru Loli dan Raya berjalan cepat menuju prakiraan motor.

  Mereka berdua tampak takut dengan tatapan mata Abiyan yang seperti ingin menelan nya hidup hidup.

" Duh gue kok serem ya liat wajah kak Abiyan! ". Ucap Raya sambil bergidik ngeri.

" Iya Ray, gue juga. Tuh wajah kalau gak ganteng pasti udah serem banget. Untung aja ganteng jadi walau serem tetep cool! ".

" Ah loe mah, masih aja mikir gitu! ".

" Ya kan itu fakta Raya ". Ucap. Loli, namun tak di tanggapi Raya. Gadis itu lebih memilih berjalan menuju motornya, tak menghiraukan perkataan Loli.

   Kembali lagi pada ketiga orang yang tengah berdiri di dekat gerbang. Abiyan masih bersikeras ingin mengantar Chana, begitu pula dengan Nathan yang juga ngotot agar gadis yang sudah menjadi incaran nya pulang bersama nya. Karena sejak dulu, Chana begitu susah untuk di ajak pulang bersama Jadi ketika ada kesempatan, Nathan tak ingin menyia-nyiakan meski harus berdebat dengan Abiyan.

"Kalau kalian masih ingin bedebat, lebih baik gue pulang sendiri! ". Seru Chana yang mulai jengah dengan sikap laki-laki di depan nya.

" Tidak kamu pulang sama saya! ".

" Biar aku antar Na, kan tadi loe sama gue! ".

  Chana tak menghiraukan kedua laki-laki. Kaki jua melangkah menuju pinggir jalan. Dan kebetulan ada teman sekelas nya yang lewat, Chana langsung menghentikan motor teman nya dan naik di jok belakang.

" Ini semua gara-gara kamu! ". Kata Abiyan menatap tajam Nathan, saat melihat Chana sudah pergi.

" Loh kok aku sih om. Harus nya om itu ngalah sama yang muda. Ini malah ngotot maksa Chana pulang bareng! ". Ucap Nathan kesal.

" Diam kamu bocah. Saya gak akan biarkan kamu mendekati Chana! ". Ucap Abiyan menatap penuh permusuhan pada Nathan.

"Kenapa Om larang aku buat deketin Chana. Dan ingat om aku bukan bocah seperti apa yang om katakan! ".

   Nathan pergi dengan motor nya dengan perasaan kesal karena gagal mengantarkan pulang Chana.

Sementara Abiyan langsung masuk ke mobil, mengendarai nya dengan kecepatan tinggi, berharap masih bisa bertemu dengan gadis nya di jalan. Tak salah kan jika Abiyan mengklaim Chana gadis nya.

"Shitt.. ". Umpat Abiyan saat mobil nya hampir saja menabrak penjual bakso keliling yang akan menyebrang jalan.

   Abiyan kembali melajukan mobil nya, setelah meminta maaf pada penjual bakso yang hampir di tabrak nya. Abiyan melihat motor yang tadi di kendarai Chana dan teman nya terparkir di pinggir jalan. laki-laki itu memelankan laju mobil nya, saat tiba di dekat motor tersebut.

  Insting nya tak pernah salah, Terlihat Chana dan teman nya tengah menikmati bakso di pinggir jalan.

"Aku yang nyusul sampai ugal-ugalan di jalan. Ternyata orang nya malah asyik menikmati bakso di sini! ". Gerutu Abiyan. namun tak urung, Abiyan melangkah kan kaki ny menuju penjual bakso tersebut.

   Chana tak menyadari kedatangan Abiyan yang sudah duduk di samping nya. Chana terlalu fokus pada bakso di depan nya yang tampak merah dengan banyak sambal. Namun saat hendak minum karena merasa kepedesan, minuman nya di ambil Abiyan lalu dengan santai Abiyan meminum ea teh milik Chana hingga tinggal setengah.

Chana melotot kan mata nya, rasa nya dia ingin mengumpat orang di samping nya. Tapi saat menoleh ke samping, Chana di buat terkejut, karena orang yang duduk di samping nya adalah Abiyan. Teman Chana hanya diam, sambil menikmati bakso nya, dia tak terganggu sama sekali dengan kedatangan Abiyan.

"Kenapa di minum sih bang. Gue pedes ini! ". Ucap Chana sebal, keringat sudah bercucuran di dahi nya, karena kepedesan.

" Pak bakso sama es teh satu lagi! ". Ucap Abiyan tanpa menjawab perkataan Chana.

" Baik mas".

   Tak lama, pesanan Abiyan pun telah selesai di buat. Abiyan menukar bakso Chana, dan menyodorkan es teh yang masih utuh ke arah Chana, gadis itu masih merasa pedas, karena. bakso yang di makan nya.

"Makan yang ini. Itu biar saya yang makan! ".

" Gak mau. Apaan sih, datang langsung minum minuman ku. terus ini seenak nya nyuruh ganti makanan! ".

" Itu juga demi kebaikan kamu Na, gak lihat tuh di mangkok kamu, bukan lagi bakso yang pake saos sama sambal. Tapi sambal yang di kasih bakso ". Ucap Abiyan melirik mangkok bakso Chana yang memang tampilan nya membuat perut mulas, meski belum di makan.

" Iya Na, loe gak kira-kira ngasih sambel. Sampai satu wadah loe tuang semua. Bapak penjual bakso nya pasti rugi kalau loe beli terus ". Ucap Teman Chana sambil terkekeh.

Chana hanya meringis saja mendengar perkataan teman nya. karena tadi dia.sedang kesal dengan Abiyan dan Nathan yang berdebat. Jadi dia tak sadar telah memasukkan semua sambal yang ada ke mangkok nya.

" Loe udah ada teman nya ka Na, kalau gitu gue balik dulu ya. Sorry gue gak bisa anterin loe pulang, karena nyokap barusan kirim pesan minta di anterin ke rumah saudara! ". Kata teman Chana bernama Mika.

" Iya. Kamu duluan saja. Chana aman sama saya. Terimakasih sudah memberikan tumpangan pada pa.. maksud saya keponakan saya ini. Nanti biar bakso kamu saya yang bayar ". Bukan Chana yang menjawab melainkan Abiyan. Laki-laki itu sedikit meringis saat akan menyebut Chana sebagai pacar nya, karena perut Abiyan di cubit Chana.

" Waah makasih ya kak. Kalau gitu gue pamit dulu ya, Bye Na".

"I iya Mik. thanks ya. Hati-hati loe". Mika hanya memberikan acungan jempol nya pada Chana. lalu pergi dengan mengendarai motor matic nya.

" Sekarang makan. setelah itu kita pulang! ".

I iya bang. Jangan galak-galak napa! ". Ucap Chana pasrah. Meski masih kesal, namun Chana tetap menuruti perkataan Abiyan untuk mengganti bakso nya dengan yang baru.

" Abang gak makan? ".

" Tidak ".

" Kenapa, pasti gak biasa ya makan di pinggir jalan? ". Tebak Chana tepat sasaran. Dirinya masih fokus memotong bakso yang ukuran nya lebih besar.

" Udah tahu kenapa masih nanya ".Ucap Abiyan sedikit ketus. Laki-laki itu masih kesak karena Chana pulang bersama Nathan. meski sempat di cegah nya, Tapi tetap saja Abiyan cemburu saat Chana memeluk tubuh bocah ingusan itu.

Chana langsung saja menyuapkan potongan bakso ke mulut Abiyan. agar tak lagi bicara.

"Enak kan? ".

Jantung Abiyan berdetak lebih cepat saat Chana menyuapi nya. Senyum tipis di berikan pada Abiyan yang terpaku menatap chana intens.