Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
“Hey! Jangan bilang dia tidak mencintai ku, kalau tiap hari hobi nya peluk sama cium aku. Kamu sebagai orang lain tidak usah ikut campur urusan kami! Ingat kalau kamu berani berulah akan ku pastikan besok kau tak bisa berjalan.” Ancam Hira dengan wajah serius.
“Aku tidak takut pada kamu Zahira!”
Hira tersenyum tipis lalu tiba-tiba ada yang memanggilnya, suara itu tidak asing seperti Aira. Ia menoleh ke kanan dan kiri hingga akhirnya ia menemukan Aira yang sedang berlari ke arah nya.
Nayla hanya diam di hadapan Hira tanpa memilih pergi, entah apa yang ia akan lakukan saat Aira disini.
Aira langsung memeluk kakak ipar nya dengan erat, seperti tidak bertemu selama berabad-abad. Hira merasa pengap dan kesulitan bernafas, ia menepuk-nepuk punggung Aira pelan.
Aira yang sadar langsung melepaskan pelukan sedangkan Nayla yang menyaksikan hal itu ia hanya tersenyum miring.
Seperti nya ia harus menyingkirkan dua-duanya sekaligus agar tak ada lagi penghalang untuk nya dekat dengan Axell.
“Alhamdulillah kakak gak apa-apa, tadi Umma telepon Ira katanya kakak nyusul aku tapi aku tungguin gak datang-dagang. Eh tau nya sama si nenek lampir ini!”
“Hust” Menutup bibir Aira dengan jari telunjuknya. “Gak boleh gitu, dia juga berjasa di pesantren ini walaupun aku gak tau niat nya baik apa cuma mau deket-deket sama suami kakak.”
“Awas aja ya kamu kak Nayla kalau sampai sentuh kakak ipar aku bikin kamu gak bisa jalan lagi!” Kali ini ancamannya lebih mengerikan ditambah wajah seceria Aira walaupun ditutup niqab tetap masih terlihat , kini bersikap dewasa dan berani mengambil keputusan.
“Udah yuk, mending kakak ikut kamu ngajar taekwondo deh. Dikit-dikit kakak mau belajar biar bisa meninju ulat bulu!” kata Hira sambil mengandeng lengan adik iparnya itu.
Air menganggukan kepala lalu mulai melangkahkan kaki namun ia tak lupa memberikan senyuman sinis andalan nya. Senyuman sinis Aira hampir mirip dengan Axell wajah dingin itu juga sama persis. Sedetik , raut wajah marah nya semangat mirip Axell.
“Aduh males banget ngadepin nih bocah ! Mana sok jagoan banget lagi. Tapi ngomong-ngomong aku kan juga gak bisa bela diri nanti kalau Aira benar-benar pukul aku gimana ya .” Batinnya mulai khawatir Aira masih gigih dengan kungfunya.
Hira berusaha menarik lengan Aira dari situ dan akhirnya berhasil walaupun perlu waktu lama untuk membuat nya mengurangi tenaga ekstranya.
“Ayo Aira pergi nanti kena ulat bulu!”
Akhirnya setelah beberapa kali membujuk, Aira mau pergi meninggalkan Nayla yang seperti nya sedang menyusun strategi.
Aira yang sedikit hafal dengan watak Nayla, ia pun menghubungi sang Umma untuk menyampaikan sesuatu yang penting. Hira hanya beroh ria sambil berjalan dan menikmati jalanan koridor pesantren yang panjang dan ada beberapa tanaman bunga yang sedang mekar.
“Adem banget ya disini walaupun diluar sana sangat panas.”
“Alhamdulillah kak, insya allah hawa disini akan selalu sejuk karena disini banyak anak-anak yang melantunkan surah-surah Al Quran tiap hari. Tapi sayang banget Kak Axell gak mau nerusin jadi ya gak ada pilihan lain aku harus handle semua nya sendiri. Kak vin juga gak mau, katanya mau fokus jadi dokter aja, gini amat punya 2 saudara yang gak mau diajak kerja sama.”
“Hust gak boleh gitu, tanda nya Allah tau kamu pasti bisa dan sanggup menjalankan amanah Alm.Abah”
Tak terasa mereka telah sampai di ruang latihan, Hira memilih duduk terlebih dulu niatnya hari ini hanya ingin melihat dulu besok baru ja akan mencoba nya.
Hari berjalan begitu cepat siang tergantikan oleh sore yang senantiasa membawa senja untuk sekedar menemani Matahari yang mulai tenggelam.
Di lain tempat Umma berjalan santai setelah pulang menghadiri kajian di masjid. Karena dirumah tak mendapatkan anak serta anak mantunya maka ia putuskan untuk menyusul ke pondok.
Di Persimpangan lorong tak sengaja Umma menabrak seseorang, yang dilihat-lihat ia mengenal nya.
“Nayla! Hati-hati kalau jalan untung kamu gak papa.”
“Iya maaf Umma, aku gak papa kok,” Lalu beranjak dari tempat ia terjatuh.
Sebenarnya ia sangat merasa pegal di pantat nya mungkin akibat terbentur langsung ke lantai.
Umma membantu nya berdiri diiringi senyum tipis terukir di bibir nya.
“Eh ya, Nay kamu ada lihat Aira dimana?”
“Mungkin seperti biasa Umma masih ada di ruang latihan. Eh ya Umma Nayla mau ngomong sesuatu boleh?”
“Boleh saja, ada apa?”
“Emm kita ngomongin disana Umma.” Sambil menunjuk ke suatu kursi di dekat taman. Umma menganggukkan kepala dan keduanya berjalan bersama.
Nayla memang sudah dianggap seperti anaknya sendiri setelah ia dibawa ke pesantren oleh abah. Waktu itu Abah menemukan Nayla di jalanan dengan kondisi yang sangat memprihatinkan karena ia terlantar di jalanan.
“Kamu mau ngomong apa kok serius banget kelihatannya?”
“Emm anu Umma, apakah Gus Mahen ada berkeinginan untuk poligami?” Dengan wajah yang dibuat ragu-ragu.
Umma sedikit terkejut dengan pertanyaan Nayla karena ia sendiri tidak berpikir sampai situ. Umma tersenyum tipis sambil meraih kedua tangan Nayla.
“Memangnya ada apa kamu bertanya seperti itu. Apa ada hal yang ingin kamu sampaikan dibalik pertanyaan yang menurut ku ini sedikit konyol.”
Nayla masih menata kata untuk diucapkan ia menutupinya dengan senyuman.
“Umma rasa gak ya, karena kepribadian Axell itu sulit dipahami hanya orang yang dia inginkan maka akan diperlakukan baik selain itu mohon maaf dia gak akan tertarik dengan hal-hal yang menyakiti miliknya. Begitu juga dengan poligami, Axell itu bukan Abah yang bisa punya dua istri,” timpal Umma.
Kenapa rasanya sedikit menohok ke hati nya disaat mendengar kata Axell itu bukan Abah yang bisa punya dua istri. Namun Nayla tetap lah Nayla tak akan ada yang diizinkan hidup jika menghalangi jalan nya.
“Tetapi jika suatu saat nanti Gus Mahen ingin poligami, Umma akan merestui?”
Umma menarik sudut kedua bibirnya, “Tergantung siapa orang nya dan apakah anak Umma mampu membagi waktu, perhatian, nafkah dan tanggung jawab. Tetapi aku tak rela, jika hati menantu ku akan tersakiti. Aku tidak tahu dia akan sekuat apa dan bukankah kita sebagai manusia jangan sampai melukai hati orang lain!” Jelas Umma.
Nayla terdiam namun hatinya tetap ingin maju apapun halangan nya ia akan terobos.
“Aku rasa kak Hira orang yang kuat jadi gak ada masalah bukan jika Gus Mahen poligami.”
“Umma tak ingin memaksa orang, lagi pula di pesantren ini nggak ada aturan harus poligami . Apa jangan-jangan kamu ingin mencalonkan diri sebagai istri kedua?” Umma menerka-nerka dan menatap Nayla penuh dengan tatapan selidik.