NovelToon NovelToon
LET ME DOWN SLOWLY

LET ME DOWN SLOWLY

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan
Popularitas:35.8k
Nilai: 5
Nama Author: Eva Hyungsik

(Sequel of Cinta Gavesha)



Chandra Arlando hampir lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Karena rasa sakit akibat pengkhianatan dari sang kekasih, nampaknya begitu sulit untuk disembuhkan. Semenjak saat itu Chandra memilih untuk menutup hatinya pada wanita siapapun. Hingga suatu saat ia mengenal Gavesha, namun sayang gadis itu mencintai Sagara sahabatnya.



Chandra merasa frustasi, cintanya selalu bertepuk sebelah tangan. Sampai ia berpikir kalau Tuhan tidak mengizinkannya untuk jatuh cinta. Sampai pada akhirnya, Chandra dipertemukan dengan Gricella. Gadis angkuh dan sombong yang nyatanya akan menjadi rekan bisnisnya.



Seiringnya waktu, benih-benih cinta dalam diri Gricella terhadap Chandra pun tumbuh. Chandra pun tahu bahwa gadis itu mencintainya, namun karena kehadiran cinta dari masa lalu Chandra membuat Gricella terluka. Akankah Chandra meminta maaf pada Gricella dan menerima cinta gadis itu? Ataukah Chandra kembali pada cinta lamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Hyungsik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bentuk Perhatian

Chandra memanggil nama Gricella, namun tidak ada sahutan dari wanita itu. Ia pun perlahan memasuki kamar itu dan mendekat ke arah ranjang dimana Gricella masih tertidur. Tangannya terulur menyentuh kening gadis itu.

"Panas sekali," gumamnya.

Chandra pun kembali membangunkan Gricella. "Cella," Chandra menggoyangkan tubuh gadis itu.

Gricella hanya bergumam dan enggan membuka matanya. Mungkin karena hawa panas dalam tubuhnya, dan rasa pusing yang menjalar ke kepalanya. Membuat gadis itu enggan membuka matanya.

Chandra menghela nafas gusarnya. Dalam kondisi seperti ini sebenarnya ia sangat panik, namun ia harus bisa bersikap biasa. Sambil menunggu Bryan datang, Chandra memilih untuk menyiapkan bubur yang tadi sempat dibelinya. Setelah menyiapkan bubur ayam untuk Gricella, Chandra pun kembali dengan membawa sebuah nampan berisikan bubur di dalam piring.

Saat menaruh nampan di atas nakas, tiba-tiba ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari Bryan mengalihkan perhatiannya. Chandra pun segera menerima panggilan tersebut.

"Assalamualaikum," ujar Chandra.

"Waalaikumsalam, Chan. Apakah kamu sudah masuk ke dalam apartemen Cella?"

"Iya, sudah. Sekarang aku ingin menyuapinya bubur," jawab Chandra.

"Lalu bagaimana keadaannya sekarang, apakah ada demam?" tanya Bryan dengan suara yang begitu khawatir.

"Suhu tubuhnya panas sekali. Apakah aku harus membawanya ke rumah sakit?" tanya Chandra balik.

"Tidak perlu, aku tahu Gricella sangat benci dengan rumah sakit. Lagipula aku juga sudah menghubungi dokter pribadi keluarga kami. Mungkin sebentar lagi dia akan datang dan namanya Dokter Rendra. Aku juga sedang di jalan bersama Devan," jawab Bryan.

"Oh, baiklah kalau begitu. Aku akan menunggu kalian datang ke sini," ujar Chandra.

"Iya, terimakasih, Chan. Aku titip Cella sebentar, ya!" kata Bryan.

"Iya, sama-sama. Santai saja, Bryan. Jangan terlalu mencemaskan Cella, karena aku ada disini." jawab Chandra.

Sementara itu di seberang sana, Bryan tersenyum tipis saat mendengar ucapan Chandra tadi. Seperti ada sebuah makna dalam kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Chandra. Bryan memang sudah tahu kalau keduanya memiliki hubungan kerjasama dalam bisnis mereka. Namun Bryan tidak tahu kalau sang adik sangat mencintai Chandra.

Mereka pun mengakhiri panggilan telepon tersebut. Chandra kembali membangunkan Cella, walau enggan tetapi gadis itu tidak memberontak. Chandra memposisikan tubuhnya di belakang Gricella seakan sedang memeluk gadis itu dari belakang. Dalam posisi seperti itu Chandra dapat merasakan suhu panas dalam tubuh Gricella. Bahkan pipi Chandra begitu menempel dengan kening gadis itu. Tanpa mereka sadari posisi mereka begitu intim. Lalu Chandra meraih piring yang berisikan bubur.

"Ayo, buka mulutmu! Kamu harus makan," titah Chandra.

Namun gadis itu menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak mau! Pahit," lirih Gricella dengan suara seraknya.

"Sedikit saja, aku tahu kamu belum makan. Jika kamu seperti ini terus aku terpaksa membawamu ke rumah sakit," ancam Chandra.

Mendengar kata rumah sakit, Gricella sedikit membuka matanya. Ia pun kembali menggelengkan kepalanya.

"Jangan bawa aku kesana," rengek gadis itu.

Chandra tersenyum tipis mendengar rengekan Gricella. "Kalau tidak mau dibawa ke rumah sakit, kamu harus menurutiku. Ayo, buka mulutmu. Kamu juga

harus banyak makan agar cepat sembuh!"

Dengan rasa malas akhirnya Gricella mau membuka mulutnya dan memakan bubur yang diberikan oleh Chandra. Gricella sesekali mengernyitkan keningnya saat merasakan pahit di mulutnya. Chandra tersenyum melihat Gricella begitu patuh padanya.

"Sudah!" Gricella mendorong sendok yang ada di hadapannya.

"Sesuap lagi, ya!"

Dengan cepat Gricella menggelengkan kepalanya. "Tidak, rasanya pahit sekali, Chan." tolak Gricella seraya merengek.

Chandra menghela nafasnya. "Ya sudah," pasrah Chandra.

Chandra kembali menaruh piring itu di atas nakas. Lalu ia kembali mengambil gelas yang sudah berisikan air minum untuk Gricella.

"Kamu juga harus banyak-banyak minum air putih, agar suhu panas dalam tubuhmu sedikit mereda!"

Dirasa sudah cukup minum, Gricella pun kembali menjauhkan mulutnya dari gelas yang diberikan Chandra. Setelah itu Chandra juga kembali menaruh gelas di atas nakas dan merebahkan tubuh Gricella. Tak lama suara bel pintu apartemen berbunyi, Chandra pun segera bergegas menuju pintu tersebut.

Chandra kembali bersama seorang dokter yang usianya mungkin tidak jauh darinya. Lalu dokter itu pun memeriksakan kondisi Gricella, Chandra hanya bisa memperhatikan apa yang dokter itu lakukan. Sampai dokter tersebut memasangkan jarum infus pada Gricella, dan Chandra segera mendekat saat mendengar suara ringisan dari gadis itu. Dokter Rendra pun tersenyum saat melihat Chandra begitu khawatir pada Gricella.

"Cella hanya kelelahan dan asam lambungnya juga naik. Tekanan darahnya pun juga normal, aku sudah meresepkan obat untuknya. Kau bisa menebusnya di apotik mana saja," ujar dokter Rendra.

Chandra pun menerima secarik kertas yang bertulisan resep obat untuk Gricella.

"Baiklah, saya akan menebusnya nanti." jawab Chandra.

Dokter itu pun mengangguk dan tak lama ia pun berpamitan. Chandra sempat menawarkan dokter itu minum, namun ditolak dengan halus oleh Rendra karena ia harus segera kembali ke rumah sakit. Karena akan melaksanakan operasi, akhirnya Chandra mengantarkan dokter Rendra. Namun saat membuka pintu keduanya terkejut ketika melihat Bryan dan Devan telah berdiri di depan pintu.

Mereka pun saling bersalaman, dokter Rendra juga sudah menjelaskan tentang kondisi Gricella. Bahkan dokter itu mengingatkan untuk memperhatikan pola makan Gricella, mengingat gadis itu memiliki riwayat asam lambung. Bryan meminta Devan untuk mengantarkan dokter Rendra sampai parkiran, bahkan Bryan juga meminta tolong pada Devan untuk menebus obat Gricella. Awalnya Chandra menolak dan mengatakan biar dirinya saja yang menebusnya.

Entah kenapa Chandra merasa kalau Gricella adalah tanggung jawabnya. Namun Bryan menolak dan memaksa agar tetap Devano saja yang menebusnya. Kini Chandra dan Bryan duduk di sofa yang ada di dalam kamar Gricella. Sempat terjadi keheningan diantara keduanya. Namun Bryan memulai pembicaraan diantara keduanya, untuk menghilangkan kecanggungan tersebut.

"Terimakasih kamu sudah mau repot-repot untuk datang dan mengurus adikku," ujar Bryan.

Chandra tersenyum tipis. "Sama-sama, aku merasa tidak direpotkan oleh siapapun. Gricella adalah rekan bisnisku, dan dia juga temanku." Jawab Chandra.

Bryan menganggukkan kepalanya. "Ya, tetap saja aku harus berterima kasih padamu." kekeh Bryan yang dibalas kekehan kecil oleh Chandra.

Saat mereka tertawa, tanpa sengaja Chandra menoleh ke arah Gricella. Terlihat gadis itu sedang melenguh seperti sedang merintih. Chandra langsung bangun dari posisi duduknya, dan membuat Bryan heran. Bryan memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Chandra.

"Kamu membutuhkan sesuatu?" tanya Chandra saat sudah berada di dekat Gricella.

Gadis itu sedikit membuka matanya. "Chand," Gricella mengangkat satu tangannya yang terbebas dari jarum infus. Chandra pun segera meraih tangan gadis itu.

Chandra menatap mata sayu gadis yang sedang terbaring lemah itu. "Ada apa, hmm? Apa kamu menginginkan sesuatu?" tanya Chandra kembali dengan suara lembutnya.

"A-aku h-haus," jawab Gricella pelan.

Chandra tersenyum, tanpa berkata lagi ia pun mengambil gelas yang masih berisi air putih dan membantu Gricella untuk minum. Tanpa keduanya sadari, Bryan sejak tadi tersenyum melihat interaksi keduanya. Tanpa Chandra dan Gricella tahu, diam-diam Bryan memotret keduanya.

"Mereka terlihat serasi," gumam Bryan tersenyum tipis.

Tak lama Bryan pun berdiri dan menghampiri keduanya. Gricella terkejut saat melihat Bryan berdiri di sebelah Chandra.

"K-Kak Bryan,"

Bryan tersenyum sambil mengusap kepala adiknya. Chandra pun berpindah tempat dan mempersilakan Bryan untuk duduk di tepi kasur.

"Bagaimana? Apakah sedikit lebih baik?" tanya Bryan.

Gricella tak menjawab, gadis itu hanya mengangguk saja. Menandakan kalau dirinya lebih baik dari sebelumnya.

"Tunggu Devan datang, dia akan membawakan obat untukmu," ujar Bryan lagi.

"Terimakasih, Kak." ujar Gricella dan dibalas anggukan oleh Bryan.

"Kak,"

"Hmm," Bryan menggenggam tangan Gricella.

"Tolong jangan bilang ke Mommy atau Daddy kalau aku sedang sakit," lirih Gricella.

Chandra yang mendengar ucapan gadis itu pun mengerutkan dahinya. Sementara itu Bryan pun hanya mengangguk dan tersenyum.

"Tenang saja! Kakak tidak akan memberitahukan mereka," Bryan menjawab sembari mengusap kepalanya Gricella dengan lembut.

Tak lama terdengar suara pintu yang hendak dibuka. Chandra mengernyitkan dahinya, dan ia pun menatap penuh tanya pada Bryan. Bryan hanya tersenyum.

"Itu Devan, aku lupa kalau dia tahu kode kunci pintu apartemen ini." Bryan terkekeh saat mengatakan hal itu.

Chandra cukup tercengang mendengar ucapan Bryan. Tahu begitu kenapa dia harus repot-repot minta bantuan dari manajemen apartemen ini kalau nyatanya Devano tahu kode kuncinya. Chandra pun hanya bisa menghela nafasnya sambil menepuk jidatnya, sementara itu Bryan masih tertawa karena berhasil mengerjai Chandra.

1
Rohad™
Penyesalan selalu penyesalan 🤦🏻
Rohad™
Rumit semakin rumit
Rohad™
Ternyata 🤦
Rohad™
Izin jejak thor, 30-07-2024 | 08.25
Rini Ri
the following
Eridha Dewi
nama anaknya siapa thor
Ryuken: Hai, Kak. Untuk nama bayinya sudah ada di ban bonus berikutnya ya. Ditunggu saja, terima kasih karena selalu membaca cerita aku 🙏🥰
total 1 replies
Eridha Dewi
tamat atau gimana thor
Ryuken: Sebenarnya sudh tamat. tapi aku msh mau ksh bonus part lagi. 😁
total 1 replies
Ryuken
Maaf, ternyata banyak kesalahan dalam penulisan. Nanti akan saya revisi kembali setelah tamat 🙏
Bella a Naima
Novel yang selalu aku tunggu2
Ryuken: Terimakasih, Kak 🤗🙏
total 1 replies
Hikmal Cici
suka
Bella a Naima
Udah bolak-balik nungguin mas Chan akhirnya up juga🥰
Eridha Dewi
next thor
Bella a Naima
Selalu kutunggu mas Chandra
Ryuken: terimakasih, Kak... 🙏🥰
total 1 replies
Bella a Naima
Rasanya kok ya si Kanza terlalu percaya diri ingin kembali mendekati Chandra.
Bella a Naima
Aduh, enggak banget ya kalau entar Candra terbawa perasaan kalau2 bertemu mantan.Secara sudah sepuluh tahun dan mbak mantan dah punya anak, logikanya Candra nggak mungkin menaruh rasa lagi kn Thor?Dan Candra kan sempat suka mantannya Sagara.
Eridha Dewi
lebih baik graciella itu tidak usah memberi sesuatu ke Candra, biar tahu klo tidak dikirimi makanan atau apa Candra akan seperti apa dulu
Eridha Dewi
lanjut thor
Eridha Dewi
next thor
Eridha Dewi
next thor double up dhong
Eridha Dewi
next thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!