🥉JUARA 3 YAAW Season 10🏆2023
EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Takdir membawaku dalam keadaan ini. Lahir sebagai putri tunggal seorang Perwira Tinggi Polri (Pati) sangat tidak mudah. Terlebih sejak lahir seakan hidup sendiri tanpa kasih sayang dari sang Ayah. Walaupun Ayahnya masih hidup dan tinggal satu atap bersamanya.
Suatu hari, Bening Putri Prasetyo sejujurnya tak ingin menghadiri pesta kelulusan sekolahnya. Namun olokan dan sindiran teman-temannya, terutama dari Della Wijaya yakni gadis terpopuler di sekolahnya membuatnya terpaksa hadir. Pesta yang membawa petaka baginya. Kehilangan kesuciannya dan hamil di luar nikah oleh pria yang satu profesi dengan sang Ayah.
Akankah hidup Bening yang keruh akan menjadi bening kembali, sebening namanya?
Simak kisahnya💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Kota Gudeg
"Nek, Ning bisa jelaskan. Maafin Ning enggak jujur sama nenek sedari awal," cicit Bening sendu dan sudah berurai air mata.
Jari jemarinya gemetaran dan saling bertautan. Dirinya takut jika Nenek Minah mengusirnya. Ia pasti kebingungan. Lantas dirinya harus pergi ke mana jika sampai hal itu terjadi.
"Apa Ayu tahu kamu hamil?" tanya Nenek Minah yang langsung mendapat anggukan dari Bening.
Sebuah helaan nafas berat menyergap wanita tua ini. Dirinya begitu terkejut melihat fakta mencengangkan yang terjadi di rumahnya. Bahkan sang cucu angkatnya pun sudah mengetahui kondisi Bening tetapi memilih bungkam.
Bening pun menceritakan bahwa dirinya adalah korban perkosaan ketika di Bandung, saat acara kelulusan sekolahnya. Cerita yang sama yang ia ceritakan pada Ayu tempo lalu. Tetapi jati diri Bening yang sesungguhnya masih tersimpan rapat.
"Nenek khawatir kamu ditolak warga sini. Terlebih sejak kepala desa berganti, Ayu sempat menghubungi nenek kejadian yang terjadi di desa ini beberapa waktu lalu. Tetapi cucuku yang nakal satu itu bungkam seribu bahasa di telepon. Tak pernah membahas yang terjadi padamu. Awas saja kalau pulang. Nanti aku hukum dia!" ucap Nenek Minah mendengus sebal.
"Jangan hukum Ayu, Nek. Ini semua salah Ning. Maafin Ning ya, Nek."
Setelah kondisi Nenek Minah membaik dengan berusaha menerima Bening alias Ningsih di rumahnya, Ayu pun pulang ke rumah menjelang hari sudah petang.
Ayu pun sudah menjelaskan pada sang Nenek dengan hati-hati. Akhirnya sang nenek bisa legowo menerima kondisi Ningsih.
Ketiganya melakukan santap malam bersama di meja makan usai beribadah. Saat Ayu dan Bening tengah sibuk mencuci piring bekas makan mereka, tiba-tiba pintu rumah Nenek Minah digedor-gedor.
Suara teriakan dari luar terdengar sangat kencang hingga ke dalam rumah. Membuat ketiga wanita beda usia ini cukup ketakutan terutama Bening. Tangannya mendadak tremor.
"Suara siapa itu ya Nek?" tanya Ayu lirih, mendadak nyalinya menciut.
Sang Nenek pun terdiam, ia meminta Ayu dan Bening jangan mengeluarkan suara apapun. Perlahan Nenek Minah yang sudah renta ini berjalan mendekati jendela depan rumahnya.
Ia pun menyibak sedikit celah gorden dan mulutnya menganga melihat keramaian di depan rumahnya. Kepala desa sekaligus para warga membawa obor dan tongkat kayu serta tali. Entah apa yang akan mereka lakukan di kediamannya yang reyot ini.
"Nenek Minah. Serahkan Ningsih. Wanita itu pembawa sial!" teriak sang Kepala Desa.
"Ayo kita bakar saja rumahnya jika mereka tidak keluar!" ancam salah satu warga.
"Ningsih keluar!" teriak warga lainnya.
"Cepat keluar kalian!" seru sang kepala desa.
Onah pun yang ada di barisan belakang, tersenyum puas. Ya para warga dan kepala desa berhasil dihasut oleh Onah yang mengatakan bahwa Ningsih hamil di luar nikah karena pergaulan bebas.
Onah dendam pada Ningsih dan Ayu. Sebab karena kejadian tempo hari saat Onah membuat keributan, ia dipecat oleh juragan warung, tempat mereka bekerja.
Sebab Ayu mengatakan pada sang juragan bahwa Onah sering menilep alias mencuri bahan makanan warung yang ada di gudang untuk dijual ke tukang sayur. Tentu saja sang juragan marah besar.
Alhasil Onah dipecat dan tak menerima gaji sepeser pun karena telah merugikan warung. Dan ia melancarkan aksi balas dendam pada Ayu dan Ningsih. Agar Ningsih diusir dan dihukum adat.
Nenek Minah segera ke belakang menemui Ayu dan Ningsih.
"Cepat bereskan barang-barang kalian. Segera pergi dari rumah ini lewat pintu belakang. Ini ada sedikit uang dari nenek. Kalian berdua pergilah ke terminal bus. Yu, bawa Ningsih ke Yogyakarta ke rumah Bude Lina. Terlebih mendiang Pakdemu kan anggota kepolisian. Pasti kalian aman di sana," ucap Nenek Minah seraya menyerahkan sejumlah uang pada Ayu.
"Tapi, Nek. Ayu gak mau ninggalin nenek sendirian di sini," cicit Ayu sendu.
"Nenek akan baik-baik saja. Cepat Yu, kalian enggak punya banyak waktu!" pekik Nenek Minah.
"Ah, kenapa harus ke rumah Bude Lina sih. Nenek kan tahu aku jarang ke sana karena malas ketemu si Junet yang sok kecakepan itu. Mana usil lagi, huft!" seru Ayu dengan nada ketus.
"Junet? Junet siapa?" tanya Bening.
"Junet itu sepupu aku Ning. Orangnya sombong banget pokoknya. Jangan deket-deket sama dia. Sok Cool kayak kulkas dua puluh pintu. Pas kecil sering usil sama aku dan sepupu yang lain. Maklum dia anak tunggal, jadi suka usil sama kita-kita."
"Apalagi sama temannya dia itu yang sering diajak nginap sama si Junet ke rumah Bude. Nyebelin banget. Tengil. Pengin tak pites!" geram Ayu membuat Bening tertawa kecil.
*(pites\=cubit)
"Ayo cepat! Sudah siap semua barang kalian?" tanya Nenek Minah yang dibalas anggukan lirih oleh Ayu dan Bening.
"Maafin Ningsih ya Nek. Kalau-kalau selama ini Ning banyak salah," ucap Bening sendu seraya mencium tangan Nenek Minah dengan penuh takzim dan memeluk wanita tua ini yang sudah ia sangat sayang seperti neneknya sendiri.
"Wes rapopo, Nduk. Sing ati-ati nang dalan," nasehat Nenek Minah seraya membalas pelukan Ayu dan Ningsih.
*(Enggak apa-apa Nak. Yang penting hati-hati di jalan).
Keduanya pun bergegas pergi lewat pintu belakang. Ayu dan Ningsih sempat mengalami kesulitan untuk keluar desa. Sebab gerbang desa telah ditutup dan dijaga ketat oleh keamanan warga.
Beruntung Ayu tahu jalan tikus yang akhirnya membuat mereka berhasil keluar dengan aman dari desa tersebut. Walaupun Bening sempat terjatuh saat berlari. Namun Bening mengatakan pada Ayu bahwa dirinya baik-baik saja.
Kini keduanya sudah duduk di dalam bus dengan nafas yang ngos-ngosan. Bus yang akan membawa mereka pergi dari sana menuju kota Gudeg, Yogyakarta.
"Nenek, semoga nenek baik-baik saja di sana. Maafin Ayu," batin Ayu menangis melihat jalan raya yang sunyi sepi di pekatnya malam dari kaca bus.
Hanya ada beberapa lampu jalanan yang menyala dan lampu sorot kendaraan yang masih lalu lalang.
"Terima kasih banyak, Nek. Bening akan selalu ingat sama Nenek," batin Bening sendu.
percakapan dikit banget
terimakasih.