"Menyingkirlah dan berhenti mengejar aku. Percuma saja, aku tak suka dengan anak kecil."
"Enak saja anak kecil, aku sudah besar, Om. Lihat saja, dada ku tumbuh dengan baik."
Darren Wisnu Abiana adalah seorang duda keren berusia 36 tahun, dia di tinggalkan oleh sang istri untuk mengejar pria lain. Patah hati yang Darren rasakan membuat nya trauma dan menutup hati nya untuk wanita mana pun.
Hingga, seorang gadis berseragam SMA datang dan mengejar nya. Meskipun dia sudah bersikap jutek pada gadis bernama Sherena itu, tapi dia tetap tidak pantang menyerah untuk mendapatkan nya.
Akankah pertahanan Darren runtuh saat melihat kesungguhan yang di lakukan oleh Sheren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 - Respon Arya
Setelah menyelesaikan mandi nya, Sherena keluar dari kamar nya dan duduk-duduk sebentar bersama kedua orang tua nya.
"Mau kemana? Udah rapih, bersih, wangi lagi." Tanya Arya, Sherena cengengesan.
"Mau nganterin Om Darren belanja, pah."
"Udah mau malam lagi ini." Ucap Arya, membuat senyum Sherena hilang seketika.
"Sudahlah, Pah. Cuma nganterin belanja doang, gapapa lah. Pulang nya jangan kemaleman ya?"
"Siap, Ma." Jawab Sherena sambil tersenyum.
"Mama nitip minyak goreng ya."
"Oke, uang nya?" Arumi mengeluarkan uang dari saku nya.
"Hati-hati di jalan nya dan papah nitip martabak." Ucap Arya, membuat Sherena tertawa. Tadi aja melarang, eehh sekarang malah nitip martabak.
"Martabak apa, Pah?"
"Martabak manis, rasa coklat keju." Jawab Arya sambil terkekeh.
"Oke, kalo gitu Sheren mau ke rumah Om Darren nya dulu ya."
"Iya, hati-hati. Kalo dia ngapa-ngapain kamu, langsung lapor sama papah!"
"Oke, Om Darren gak bakalan nakal kek gitu kok." Jawab Sherena sambil tersenyum.
"Yaudah." Sherena pun bersiap untuk pergi, tapi suara ibu nya membuat Sherena berbalik.
"Gak makan dulu, sayang?"
"Enggak, Ma. Tadi Om Darren ngajakin makan di luar sekalian." Jawab Sherena sambil terkekeh. Gadis itu pun pergi dari rumah, tak lupa mengenakan sepatu kesayangan nya yang selalu dia pakai kalau keluar rumah.
"Jadi, pria yang di maksud sama Mama itu Darren ya, Ma?" Tanya Arya, Arumi tergelak lalu sedetik kemudian dia menganggukan kepala nya.
"Iya, pah."
"Pilihan nya bagus juga, tampan, mapan dan kaya." Jawab Arya sambil terkekeh.
"Iya kan, pilihan putri kita benar-benar bagus kan ya?"
"Hmmm, betul Ma. Tak apa lah, soalnya Darren adalah orang baik." Jawab Arya.
"Jadi papah merestui nya?"
"Tentu saja, memang alasan apa yang membuat papah tidak merestui Sherena dengan Darren?"
"Syukurlah kalau papah merestui nya."
Di luar, Darren dan Sherena pun bertemu. Pria itu membukakan mobil untuk sang kekasih dan dengan senang hati, Sherena masuk lalu duduk nyaman di samping kemudi.
Tak lama kemudian, Darren ikut masuk ke dalam mobil dan pria itu pun melajukan kendaraan nya dengan kecepatan sedang.
"Izin dulu sama mama, papah gak?" Tanya Darren.
"Izin dong."
"Mereka ngizinin, sayang?"
"Iya, ngizinin kok. Asal pulang nya jangan kemaleman."
"Ohh, yasudah." Jawab Darren. Setelah obrolan itu, mereka pun kompak terdiam. Darren fokus mengemudikan kendaraan beroda empat nya, sedangkan Sherena fokus dengan ponsel nya, membalas pesan-pesan yang di kirimkan oleh teman-temannya.
Satu jam berlalu, akhirnya mereka pun sampai. Darren memarkir mobil sedan nya di parkiran supermarket. Kedua nya pun turun, tentu nya dengan Sherena yang menggandeng mesra lengan besar Darren.
Pria itu mendorong troli dan mengambil beberapa sayuran dan makanan lain yang kira nya dia butuhkan di rumah.
"Mau beli sesuatu?" Tanya Darren.
"Sayang, mau buah."
"Boleh, ambil saja." Jawab Darren, Sherena tersenyum manis lalu mengambil beberapa kap buah yang dia inginkan. Anggur hijau adalah salah satu buah yang dia ambil.
"Stroberi.."
"Ambil, sayang." Sherena tersenyum, sempat-sempatnya dia mengecup singkat pipi kanan sang pria meskipun harus berjinjit karena tubuh Darren yang tinggi, sedangkan tinggi badan nya hanya sebahu pria itu.
"Astaga, sayang. Jangan memancing ya? Nanti aja di mobil, oke?"
"Hehe, oke sayang." Sherena mengambil beberapa kap buah stroberi. Darren juga tidak keberatan, jarang-jarang dia membelikan sesuatu untuk sang kekasih.
"Mau apa lagi?"
"Aku udah, kamu aja yang beli. Kan kamu yang mau belanja bulanan."
"Daging, kita ke area daging sama ikan ya." Ajak Darren, Sherena mengangguk dan kembali menggandeng tangan sang pria dengan mesra.
Darren mendorong troli nya, tapi dia malah salah fokus dengan sesuatu.
"Kok berhenti, katanya mau ke area daging."
"Kamu mau beli jepit rambut, sayang?" Tanya Darren sambil menunjukkan salah satu jepit rambut ala Korea yang terlihat sangat cantik.
"Wah, jepitan nya cantik."
"Iya, apalagi kalau kamu yang pake, pasti makin cantik." Jawab Darren membuat wajah Sherena memerah.
"Sayang mah bisa aja." Rengek nya manja.
"Ambil ya? Besok kamu pakai, aku ingin melihatnya."
"Okey." Jawab Sherena, Darren pun mengambil salah satu jepitan rambut itu dan kedua nya pun kembali melanjutkan perburuan mereka di area perdagingan.
Darren mengambil beberapa bungkus daging, mulai dari daging sapi, ayam, ikan dan beberapa macam seafood kecuali udang.
"Nah, aku sudah beli bahan-bahan buat kamu bikin nasi goreng seafood nanti."
"Iya, sayang." Jawab Sherena. Setelah selesai dengan urusan perdagingan, mereka pun pergi ke area sayuran. Seperti biasa Darren mengambil beberapa jenis sayuran, Sherena juga mengambil selada untuk pelengkap menu buatan nya besok.
"Kamu beli apa?"
"Nagget sama rumput laut, sekalian juga Mama nitip minyak goreng." Jawab Sherena, Darren pun mengikuti langkah sang gadis. Sherena mengambil dua bungkus nagget siap goreng, beberapa bungkus rumput laut dan juga minyak goreng.
"Lagi?"
"Sayang, aku mau beli itu. Soalnya sebentar lagi pasti aku kedatangan tamu bulanan."
"Tamu bulanan, maksudnya?" Tanya Darren membuat Sherena terkekeh.
"Menstruasi, sayang." Jawab Sherena, giliran kini Darren yang terkekeh.
"Beli saja, sayang." Jawab Darren. Sherena pun mengangguk dan membawa Darren ke area barang khusus wanita itu.
Sherena mengambil dua bungkus pembalut yang biasa dia kenakan, dia sudah sangat nyaman dengan merek yang ini. Tapi, seperti nya Darren malah salah fokus dengan perbedaan yang memakai sayap atau tidak.
"Sayang, beda nya ini sama ini apa?"
"Yang ini ada sayap nya, yang ini enggak ada."
"Kalau kamu suka pakai yang mana, sayang?" Tanya Darren.
"Yang ini, ada sayap nya. Soalnya kalo gak ada sayap nya, nanti geser sana geser sini." Jawab Sherena sambil terkekeh.
"Yang ini?"
"Itu untuk malam, kalo malem kan suka keluarnya banyak, jadi harus pake yang panjang, sayang." Jawab Sherena.
Darren pun mengambil satu bungkus tanpa izin, membuat Sherena keheranan.
"Buat apa?"
"Buat kamu, kalo malem biar gak bocor terus rembes ke seprai, sayang." Jawab Darren yang membuat Sherena tertawa. Ada-ada saja pria ini, kalau saja dia bukan pacar nya, pasti sudah Sherena tampil karena kepolosan nya.
"Sudah, atau ada yang harus di beli lagi, sayang?" Tanya Darren, Sherena terlihat mengingat-ingat dan seperti nya sudah tidak ada lagi yang harus dia beli.
"Udah, kok."
"Yaudah, kita bayar terus makan ya."
"Okey." Jawab Sherena, dia pun mengekor di belakang sang pria. Tapi, Darren tidak nyaman kalau kekasih nya berada di belakang, jadi dia menarik Sherena agar berjalan di samping nya.
Darren pun mengantri di kasir, setelah bagian nya dia pun membayar semua belanjaan nya dan juga belanjaan sang kekasih. Setelah itu, kedua nya pergi makan.
"Sayang, mau makan apa?"
"Terserah sayang aja."
"Aku bingung."
"Makan ayam goreng di warteg aja yuk?" Ajak Sherena, permintaan yang cukup sederhana. Darren kira, Sherena akan meminta makan di tempat yang mewah atau di cafe, tapi justru sebaliknya. Gadis itu malah memintanya untuk makan di warteg atau warung yang sering berada di pinggir jalan.
Darren pun mengiyakan, mereka pun meninggalkan supermarket. Sherena tersenyum manis, di ajak belanja seperti ini saja dia sangat bahagia, asal itu bersama Darren.
Hingga akhirnya, mereka pun makan di warteg yang berada tak jauh dari rumah mereka, disana juga ada tukang martabak, jadi baguslah posisi nya tidak terlalu jauh dan memakan waktu. Lagipula, martabak disana terkenal akan rasanya yang enak.
Setelah selesai makan, kedua nya pun memutuskan untuk pulang. Tapi, saat mobil sudah melaju, Sherena baru ingat kalau sang ayah memesan martabak. Sial, padahal tadi sebelum makan, dia mengingatkan dirinya sendiri untuk membeli martabak terlebih dulu. Tapi setelah perutnya kenyang, mendadak otak nya jadi blank.
"Aaa sayang, papah pesen martabak manis."
"Astaga, kok kamu bisa lupa? Yaudah, kamu tunggu disini ya, biar aku yang turun." Jawab Darren, pria itu pun turun dan membelikan martabak manis untuk calon mertua nya, sedangkan Sherena menunggu di dalam mobil.
Hanya beberapa menit saja, Darren sudah kembali dengan sekotak martabak manis rasa coklat keju pesanan Arya.
"Ini martabak nya, sayang."
"Makasih, sayang."
"Sama-sama, sayang. Tapi, ini gak gratis ya? Kamu harus bayar nanti."
"H-aahh? Jangan bilang kamu mau menodai aku, yang?"
"Haha, pikiran mu terlalu jauh sayang. Aku hanya akan meminta bibir mu, itu saja. Paling kalo kelepasan juga mainin dada kamu, udah itu aja." Jawab Darren sambil terkekeh. Wajah Sherena memerah, dia benar-benar malu. Kenapa pula otak nya bisa berpikir sejauh dan semesuum itu ya? Entahlah, seperti nya ini juga pengaruh dari Darren.
🌻🌻🌻🌻🌻