Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 28
"Anda tidak masalah kan Lady Esme jika bersama dengan ku saat ini?"
"Tentu saja tidak Yang Mulia Duchess, saya malah merasa terhormat Anda sampai mengantar saya begini."
Esme pernah menjadi ratu, etiket, tata krama dan segala hal sopan santunnya nampak jelas dirasakan oleh Evelyn. Begitu tertata dan juga sangat elegan. Bisa dia lihat bahwa apa yang dikatakan Loyd benar adanya. Esme sangat cerdas. Beberapa bahasan langsung bisa dimengerti olehnya.
"Waah aku tidak sabar menunggu untuk banyak berbicara dengan mu, Lady."
"Sungguh kehormatan bagi saya Yang Mulia Duchess Evelyn. Saya pun menjadi banyak tahu tentang kekaisaran ini. Hal ini menjadi hal yang baru bagi saya."
Evelyn tersenyum. Meskipun tahu dirinya pintar, tapi Esme mampu untuk melakukan penahanan diri yang baik agar tidak mendominasi dalam pembicaraan. Esme sungguh sosok yang tepat jika dijadikan permaisuri untuk mendampingi Loyd. Loyd yang acuh tak acuh dan Esme yang elegan. Agaknya mereka berdua bisa jadi pasangan yang sempurna.
"Lalu, apa malam ini saya harus bertemu dengan Baginda Kaisar?"
"Astaga maafkan aku, Lady. Aku sedikit membayangkan sesuatu hingga tak sadar kita sudah terlalu lama bicara. Untuk sekarang Lady istirahatlah dulu. Untuk yang lainnya nanti akan dikabarkan. Tapi mungkin sebaiknya malam ini Lady istirahat saja dan baru menemui Baginda besok."
"Apa bisa begitu? Apa itu bukannya tidak sopan?"
Evelyn hanya tersenyum. Tentu saja semua bisa, dan Evelyn lah yang akan melakukannya. Ia akan berkata kepada Loyd untuk besok saja mengundang Esme bertemu. Perjalanan tanpa menggunakan gate teleportasi adalah perjalanan yang panjang dan melelahkan. Jadi sebaiknya memang Esme dan rombongan istirahat untuk malam ini.
"Beristirahatlah Lady, selamat malam. Untuk makan malam nanti akan ku suruh pelayan mengantarkan nya langsung ke kamar saja."
"Terimakasih banyak Duchess, maaf merepotkan Anda."
Evelyn melenggang pergi dan barulah Esme beserta Daria masuk ke kamar. Istana kekaisaran memang sangat luar biasa. Kamar tamu saja sangat mewah mengalahkan kamar ratu yang ada di istana Vasilica.
"Segala hal tentan Kekaisaran Ravenloft sungguh luar biasa ya, Lady."
"Kau benar Daria, sungguh sangat luar biasa hingga tidak mampu diungkapkan dengan kata."
Baru kali ini juga Esme menginjakkan kakinya di ibu kota kekaisaran dan juga di istana Ravenloft. Semua yang ada di sini belum pernah ia lihat sebelumnya. Dan memang benar apa yang dikatakan oleh Daria bahwa Vasilica memang sangat jauh dengan Ravenloft.
Terang saja begitu. Sebuah kerajaan kecil mana bisa dibandingkan dengan satu kekaisaran yang besar. Esme jadi mengingat kehidupan sebelumnya. Dia merasa sangat bodoh, mengapa dulu dia hanya menghabiskan hidupnya di tempat itu dan tidak pernah keluar sama sekali.
Hidupnya ia habiskan untuk memajukan Vasilica namun semua dibalas dengan sebuah hukuman mati. Bahkan suaminya sendiri pun sama sekalu tidak percaya padanya.
"Aku sungguh sangat bodoh sekali waktu itu. Hah Branco, apakah di kehidupan ini kamu akan lahir. Anak yang manis, aku sungguh menyukainya. Aaah."
Air mata Esme tiba-tiba luruh. Dia kembali mengingat momennya saat bersama Branco. Anak itu akan selalu tertawa jika dia menggendongnya. Branco juga akan memegang jarinya erat ketika ia memberikannya.
Jujur, Esme begitu menyayangi Branco. Dia sama sekali tidak masalah bahkan jika itu bukan anaknya. Dia tetap sayang meskipun Branco anak dari Stefan dan wanita lain. Tapi yang membuatnya mengalirkan air matanya saat ini adalah anak sekecil itu harus kehilangan nyawanya. Dan Esme yakin bahwa semuanya atas rencana seseorang.
"Mati kau Esme."
Kata-kata yang terlontar dari mulut Jenna sebelum kepalanya dipenggal masih terngiang hingga saat ini. Hal tersebut membuat Esme menjadi berpikir akan sesuatu hal. Anaknya baru saja meninggal, tapi waktu itu Jenna sama sekali tidak menunjukkan rasa sedihnya.
Memang benar Jenna menangis, tapi tangisnya itu seolah hanya sebuah penampilan di atas panggung.
"Apa mungkin Jenna yang melakukannya sendiri? Aah tidak tidak, masa iya dia tega membunuh darah dagingnya. Terus apa alasannya dia melakukan itu. Aah sudahlah, aku pasti terlampau lelah sehingga berasumsi yang tidak-tidak. Mari berganti pakaian dan segera tidur."
Esme mengusir pemikirannya yang tiba-tiba muncul itu. Ia merasa bahwa apa yang baru saja dia pikirkan merupakan sesuatu yang salah dan tidak mungkin terjadi. Bahkan seekor harimau pun tidak akan memakan anaknya sendiri. Itulah pribahasa yang menggambarkan ibu dan anak.
Esme yang tengah bersiap tidur karena lelah itu nyatanya malam ini sebenarnya amat sangat diharapkan kedatangannya oleh Loyd. Sang kaisar saat ini sedang kesal terhadap adik iparnya, Evelyn. Semuanya karena Evelyn mengambil jatahnya untuk bicara kepada Esme.
"Kak, kakak marah denganku?"ucap Evelyn. Saat ini senjata yang utama bisa digunakan memang itu yakni memanggil Loyd dengan sebutan kakak. Loyd selalu tidak sampai hati jika sampai Evelyn memanggilnya begitu. Pada dasarnya Loyd lah yang menginginkan Evelyn memanggilnya seperti itu tapi Evelyn jarang sekali melakukannya. Dan kali ini dia melakukannya karena Loyd tengah merajuk.
"Haah kau ini, selalu begitu."
"Kasihan dia Kak, perjalanannya membutuhkan waktu yang lama. Pasti dia sangat lelah jadi biarkan dia istirahat. Besok yang akan dibicarakan dengannya pasti akan banyak dan membutuhkan waktu lama bukan, jadi seperti kataku tadi biarkan dia beristirahat."
"Ya ya ya, kau benar. Ya sudah sana istirahatlah. Tuh lihat suamimu sudah maju bibirnya di pintu karena menunggumu."
Evelyn tersenyum, ia kemudian pamit undur diri. Sebenarnya ada alasan mengapa dia menahan Loyd untuk tidak bertemu dengan Esme. Besok para Lady akan datang, termasuk Lady Micel Ardonius. Jika Esme sekarang sudah berbincang dengan Loyd, maka besok waktu Esme tidak akan banyak bersama Loyd. Evelyn khawatir jika Esme bertemu dengan para Lady itu. Yang paling Evelyn khawatirkan adalah Micel sebenarnya.
Meskipun Evelyn tahu bahwa Esme memiliki kemampuan, namun rasa-rasanya ini masih belum waktunya baginya bertemu dengan Micel.
"Kau hebat sayang bisa membujuk Kakak."
"Banyak jalan, Kakak sebenarnya orang yang lembut, hanya saja kadang dia aneh dan sulit dipahami."
Algar mengangguk setuju. Sudah mengenal Loyd sedari kecil tapi tetap saja Algar tidak bisa memahami kakak sepupunya itu.
TBC
padahal mah sang kaisar g pernah lirik sedikitpun /Slight/
ya ampun eve, mentang-mentang bangsawan ketawa aja harus ja'im, boleh kali guling-guling, biar nular ke reader /Smirk/
yang penting sah dulu...
baru bawa pulang ke kaisaran....
biar tu para pejabat toxic ga berkutik lagi..
Kalau udah sampai di kekaisaran...
baru adakan pesta pernikahan....🤗
sekarang daku malah tidak sabar nungguin kebenaran tentang dirinya yang mandul, dan si jenong hamil mungut kecebong seorang budak /Sly//Smirk/