NovelToon NovelToon
L'Oubli

L'Oubli

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Cinta Beda Dunia
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dela Tan

Murni, seorang biarawati yang sedang cuti karena ingin menyembuhkan jiwa setelah terganggu mimpi-mimpi buruk yang terus berdatangan, menerima pesan aneh di ponselnya -suara paniknya sendiri yang membuatnya penasaran. Ia mengikuti petunjuk yang membawanya ke sebuah warung makan tua yang hanya buka saat malam.
Di warung itu ia bertemu dengan Mahanta, seorang juru masak pendiam yang misterius. Namun warung itu bukan warung biasa. Pelanggannya adalah jiwa-jiwa yang belum bisa pergi, dan menu makanannya bisa menenangkan roh atau mengirimnya ke dalam kegelapan. Murni perlahan terseret dalam dunia antara hidup dan mati. Ia mulai melihat masa lalu yang bukan miliknya. Meskipun Mahanta tampaknya menyimpan rahasia gelap tentang siapa dirinya dan siapa Murni sesungguhnya, pria itu bungkam. Sampai cinta yang semestinya dilarang oleh langit dan neraka merayap hadir dan mengungkapkan segalanya.

L'oubli (B. Perancis): keadaan tidak menyadari atau tidak sadar akan apa yang sedang terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Season 1 ; Bab 6 - Bukan Manusia Biasa

Di kamar sewaannya, Murni mondar-mandir gelisah. Pengalaman di malam sebelumnya membuat berbagai pertanyaan semakin menyesaki kepalanya. Mahanta jelas tahu sesuatu, atau apa yang terjadi, tapi mengapa jawabannya selalu mengundang teka-teki baru?

Ia harus menemukan jawabannya sendiri, katanya. Lalu bagaimana jika ia tidak juga menemukan jawabannya? Sebenarnya jawaban atas pertanyaan apa yang dicarinya?

Siapa Mahanta? Siapa dirinya? Mengapa warung itu diberi nama seperti miliknya? Lalu jika ia sudah tahu jawabannya, apakah ada manfaatnya baginya?

Murni menghitung, sudah hampir satu minggu ini ia terus mendatangi warung itu. Setiap malam. Bahkan di siang hari, ia seolah melihatnya di ujung gang. Seolah gang itu ada di depannya, memanggilnya untuk segera melangkah ke sana. Dan ketika ia sadar warung itu tak pernah buka siang hari, ia menanti-nanti malam segera tiba.

Kali ini, mungkin ia telah benar-benar gila?

Apakah ia harus menemui psikiater? Berbicara dengan suster kepala biara? Masuk ke bilik pengakuan dosa?

Namun, lagi-lagi, malam itu kakinya melangkah ke kota tua. Seolah kereta api yang diletakkan di rel, mengikuti jalur secara otomatis.

Malam ini langkahnya terasa lebih ringan, atau barangkali lebih berat, ia tak bisa membedakannya. Ada tarikan samar, seperti benang tak kasatmata yang memanggilnya untuk kembali. Bukan dengan paksa, tapi dengan sesuatu yang lebih halus. Namun rasa apa, ia tak bisa menjabarkannya.

Ketika ia mendorong pintu kayu itu, lonceng di atasnya berbunyi lirih. Mahanta sudah berdiri di balik meja, seperti tahu Murni pasti datang.

“Aku tak diundang,” ujar Murni pelan. “Tapi aku tetap datang.”

“Kau tak perlu diundang,” Mahanta memunggunginya, menjawab tanpa menoleh. “Kau sudah bagian dari meja ini sekarang.”

Malam ini warung lebih sepi. Hanya ada satu pelanggan: seorang gadis muda, duduk di ujung meja panjang, rambut panjangnya menutupi sebagian wajah, dan tangan kanannya memeluk ransel sekolah yang dekil.

Murni memperhatikannya diam-diam. Ada sesuatu yang ganjil. Gadis itu tampak terlalu sunyi. Terlalu dingin. Dan terlalu muda untuk berada di tempat ini.

Mahanta menaruh semangkuk mie panas di depannya. Gadis itu mengangkat wajah. Dan saat itulah Murni melihat matanya. Tidak ada cahaya di sana.

Namun bukan seperti orang mati. Bukan juga seperti orang hidup. Hanya... kosong. Seperti cangkang tubuh yang lupa cara menjadi manusia.

“Dia masih anak-anak,” bisik Murni, berdiri di dekat Mahanta.

“Dia penumpang yang salah naik,” Mahanta balas berbisik.

“Apa dia sudah... mati?”

“Belum. Tapi dia sudah terlalu dekat.”

Murni duduk perlahan. Ia ingin bertanya lebih jauh, tapi mulutnya tertahan. Gadis itu mulai berbicara sendiri. Bukan kepada Murni, bukan kepada Mahanta. Seperti menggumam pada dirinya sendiri.

“...dia bilang aku beban... terus bilang jangan pulang lagi... terus kuncinya diganti... aku cuma bisa duduk di halte, gak tahu lagi harus ke mana. Dingin banget... kenapa aku harus lahir, ya?”

Gadis itu mulai menggigil dan merapatkan pelukan pada ransel dekilnya. Kalimat-kalimat itu menusuk. Tanpa jeda. Tanpa air mata. Namun setiap kata adalah jeritan diam yang lebih memekakkan daripada teriakan.

Mahanta menuangkan mie ke dalam mangkuk. Tapi tidak memberikannya kepada gadis itu, malah mendorong mangkuk itu ke arah Murni.

“Kau yang kasih. Kalau dia makan dari tanganku, dia akan pergi.”

“Pergi ke mana?”

“Tempat di mana semua yang tak dicari akan diam. Untuk selamanya.”

“Kalau aku yang memberi?”

“Mungkin dia akan kembali.”

Murni menggenggam mangkuk itu. Tangannya gemetar. Aroma kuah kaldu panas menenangkan, seperti pelukan seorang ibu. Tapi beratnya... terasa seperti membawa jiwa di ujung sendok.

Ia mendekat. Gadis itu berhenti bergumam dan mengangkat kepala, memandang Murni. Matanya yang semula kosong kini memiliki sorot tanya.

“Ini buatmu,” bisik Murni. “Makanlah.”

Gadis itu menatap mangkuk itu lama. “Kenapa aku harus makan ini?”

“Karena kau belum selesai.”

Untuk pertama kalinya, mata gadis itu menunjukkan emosi. Tidak penuh. Tapi ada satu titik cahaya kecil di dalamnya, seperti kunang-kunang yang tersesat.

Dan dia menangis. Diam-diam. Air mata pertama yang Murni lihat keluar dari seseorang di warung ini.

Mahanta mengangguk pelan di belakangnya. “Kau baru saja menyelamatkan seseorang dari keputusasaan.”

Ketika Murni menoleh, ia merasa melihat senyum tipis di bibir lelaki itu. Tapi hanya sekilas, lalu lenyap.

Murni merasa dadanya sesak oleh rasa yang tak bisa dijelaskan. Antara lega, takut, dan... rasa yang akrab. Seolah ia pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Mungkin bukan tindakan yang sama persis, hanya saja kata-kata Mahanta solah membangkitkan sesuatu yang terkubur jauh di dalam dirinya.

Menyelamatkan seseorang dari keputusasaan.

Gadis itu makan perlahan, menghabiskan mie-nya. Saat mangkuk kosong, dia berdiri dan tersenyum ke arah Murni. Senyum itu penuh rasa terima kasih, tapi juga pertanda pamit.

Kemudian, dia berjalan ke pintu. Murni hampir menghampirinya, tapi Mahanta menahan lengannya.

“Biarkan. Dia tahu jalannya sekarang.”

Ketika pintu dibuka, lonceng tak berbunyi. Udara luar tidak masuk. Gadis itu melangkah ke luar, dan perlahan-lahan, tubuhnya menyatu dengan cahaya malam, lalu menghilang.

Seolah dia hanya kabut yang datang sebentar untuk menitipkan luka.

Warung kembali sunyi.

Murni duduk kembali. Tangannya masih dingin.

“Kenapa kau tidak langsung menyelamatkan dia sendiri?”

Mahanta menjawab dengan suara datar, tapi mengandung sesuatu yang... pahit. “Aku tidak menyelamatkan orang. Aku hanya memberi mereka makanan terakhir. Kalau ada yang menyelamatkan, itu bukan tugasku.”

“Lalu tugas siapa?”

Mahanta menoleh. Tatapan matanya menghitam sesaat —bayangan-bayangan gelap berkelebat di balik irisnya yang keunguan. Tapi dia hanya tersenyum, dan semua bayangan itu hilang.

“Itu bukan sesuatu yang mudah dijelaskan.”

Murni diam lama. Ia merasa seperti menginjak jejak dirinya sendiri di lorong yang asing.

“Kau bukan manusia biasa, ya?”

Mahanta menatap matanya. Entah mengapa Murni merasa tatapan itu agak intens. Dan dadanya mulai berdebar. “Kau juga bukan.”

Jantung Murni terhenti sejenak. Tapi Mahanta sudah memutuskan tatapan dan membalikkan tubuh, kembali ke dapur, mencuci piring dengan tangan kosong. Tidak ada air, tidak ada sabun. Hanya suara basah yang seolah tidak berasal dari dunia ini.

Murni ingin menyusulnya, ingin mengejar jawaban. Tapi ia tidak tahu bagaimana melewati meja. Ia tidak melihat celah dimana ia bisa masuk. Di luar, malam semakin pekat.

Lalu… terdengar suara langkah lain mendekat.

1
adi_nata
baru bab awal aura misterinya sudah sangat pekat.
💕💕syety mousya Arofah 💕💕
kok pas nmne Salman kek anakku 🙈🙈
💕💕syety mousya Arofah 💕💕: hrusnya jgn slman thorrr...Salman itu artinya minta aman dn keselamatan...nanti KLO pke slman jdi GK sesuai..haiiishhh.,galau q thorrr...tpi GK PP..cuma crita kug y
Dela Tan: Haha... otor ngebayangin profilnya Salman Khan, serem kan?
total 2 replies
Ryan Jacob
semangat Thor
Jati Putro
setiap nyawa yg di selamatkan ,
kesedihan ,bebannya pindah ke murni ?
🤔
Jati Putro
mungkin murni reinkarnasi dari wanita yg terbakar ,
apakah jiwa nya blm kembali ke asal
masih gentayangan
Jati Putro
Kalimat jangan bermakna dilarang
tapi kebanyakan semakin di larang semakin penasaran
Nike Raswanto
wow.....keren ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!