Seorang gadis yang malang dia titipkan di panti asuhan oleh ayahnya sendiri selama bertahun tahun.
Banyak ujian yang pahit yang ia lalui sendirian tanpa sosok ayah di sisinya.
Dan suatu musibah terjadi, membuatnya harus terjebak bersama sosok pria yang terus menyiksanya.
Namun apakah ia sanggup untuk bertahan, di sisi Zein Alexander yang terkenal kejam dan terus menyiksanya?.
Dan bagaimana dia bisa lepas dari Zein Alexander?, apakah Celin akan terus terjebak bersama pria itu?.
Ikuti Kisah Mereka Yuk:
_Gadis Milik Tua Muda Kejam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Les07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Hallo guys, selamat membaca ya jangan lupa jaga kesehatan kelian semua ya, baca baca novel jangan sampai begadang kayak author ya sampai ga tidur2, hehe cuma mengingatkan.
Jan lupa tinggalkan jejak kalian oky😀🤗
...----------------...
"Brakkk"
Zein menendang pintu dengan keras sehingga menimbulkan bunyi nyaring, dia masuk kedalam ruangan yang gelap minim cahaya, ruangan tersebut pengap dan berdebu. Ya ruangan itu adalah tempat rahasia dimana dia memberi pelajaran kepada tikus tikus yang mencari masalah dengannya.
Zein melangkah dengan sorot mata tajam, rahangnya mengeras membuat giginya menggertak, wajahnya menggelap. Siapapun yang melihatnya pasti akan ketakutan, namun tidak bagi mereka yang terbiasa melihat wajah itu. William dan Lucas berdiri tak jauh dari sana, dan ada beberapa anak buah lainnya. Zein menyeret kursi, lalu duduk di hadapan targetnya malam ini.
Ia menyeringai bak iblis menatap lelaki paruh bayah yang ada di hadapannya saat ini, tubuh lelaki yang tak lagi muda itu telah terikat di kursi dan terdapat sedikit luka lebam. Lelaki itu seketika berkeringat dingin, tubuhnya gemetaran melihat tatapan maut dari Zein.
"Apa kau tau sedang berhadapan dengan siapa?" ucapnya dingin, namun tetap menatap tajam. Lelaki itu menelan salivanya kasar
"A-ampun tuan ampunnn....."
"Ampun kau bilang? kau menggelapkan barang di perusahaan ku tak tau ampun! dan kau sekarang memintaku untuk mengampunimu?" ujar Zein penuh penekanan di iringi dengan senyuman devil iblisnya, membuat tubuh pria itu bergetar hebat.
"Katakan, kau bekerja sendiri atau ada orang lain di belakangmu?"
"Ti-tidak tuan sa-saya bekerja sendiri" jawabnya terbata bata, tak lupa pakaian lusuhnya telah basah mandi keringat.
"Hah? kau yakin hm, tapi kerjamu begitu mulus apa kau pikir aku bodoh? hahhh mati saja kau"
Zein menendang kursi yang di duduki pria itu dengan kuat, sehingga tubuhnya terjengkal kebelakang dengan keadaan masih terikat di kursi, kepala pria itu terbentur kelantai.
"Arghhhh" pekiknya
Zein belum merasa puas, dia bangkit lalu menginjak kepala pria itu dengan kuat.
"Aaaaaaa ampun tuan anakku masih kecil" teriaknya meraung raung, namun Zein sama sekali tak peduli ataupun berbelas kasih sedikitpun, kepada orang yang telah berani mengusiknya.
"Duukkkkk" Zein menendang kepala manager gudang itu tanpa ampun. Zein menarik rambut pria itu menyeretnya yang tubuhnya masih terikat di kursi, Zein sama sekali tak berbelas kasih mendengar rintihan dan mohon ampunan, Zein benci penghianat.
"Tuan tolong, ampuni jangan bunuh saya" teriak pria paruh baya itu histeris menangis meraung raung menyesali perbuatannya.
Namun Zein sama sekali tak berkutik dia, mengelap senjatanya yang selama itu tak pernah dia sentuh lagi.
Namun dia mengurungkan niatnya menggunakan cara tembak, "Lucas" panggil Zein melemparkan pistol kesayangannya dengan sigap Lucas mengambilnya.
Zein kembali menarik rambut pria itu dengan satu tangan, membawanya menuju ke belakang markas rahasianya, dengan di bantu beberapa anak buah Lucas dia mengikat lelaki paruh baya itu di tiang tengah tanah luas.
Mata pria itu membola melihat Zein memasuki mobil, dia menduduki kursi kemudi dari jarak sekitar 1000 meter darinya.
Dia terus berteriak histeris namun Zein telah melajukan mobil yang dia kendarai dengan kencang.
"Brakkkkkkk"
Bunyi dentuman terdengar nyaring, pria itu terpental dengan tiang yang ikut patah, membuat tubuh pria itu sangat menggenaskan dengan isi perutnya keluar akibat hantaman yang begitu keras.
William berlari menghampiri Zein memastikan tubuh lelaki itu baik baik saja, namun untungnya sebelum dia sampai Zein keluar dari mobil dengan santainya.
"Atur dia seperti mengalami kecelakaan yang tragis" ujar Zein melemparkan kunci mobilnya kepada Lucas.
"Baik Tuan"
"Dan ya selidiki orang orang yang terkait dengannya, usut tuntas masalah ini. Berikan santunan kepada keluarganya" ucapnya datar kepada William, William hanya mengangguk patuh lalu menyerahkan botol air.
Zein langsung meraih sebotol air yang diberikan oleh William langsung meneguknya hingga tandas.
"Kalian urus semuanya, jangan sampai ada kesalahan" kata Zein tegas lalu berlalu.
"Apa kau akan pulang?" tanya William.
"Tidak, malam ini aku tidur di apartemen" ucapnya datar, lalu mengabaikan ocehan William yang mengatakan malam pertama, namun Zein sama sekali tak menggubris.
*
Ke esokan harinya
Celin mengerjapkan matanya perlahan, silau karena sinar matahari yang masuk dari celah celah jendela mengusik tidurnya. Dia terdiam sejenak menatap langit langit kamar, lalu beranjak malas, melakukan rutinitas paginya.
Dengan langkah gontai wajah masih mengantuk, Celin memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia tak akan mau lagi menjadi pelayan Zein, toh dia sekarang menjadi istrinya.
Di sisi lain Zein yang baru sampai di mansionnya di kejutkan oleh kedatangan ibunya.
"Ma, mama kenapa datang kesini?" tanya Zein, prilahnya jarang sekali mamanya datang ke rumahnya, mengingat tempatnya lumayan jauh dari kota. Mama Veny mencebik kesal dengan pertanyaan putranya.
"Ck, apa mama tidak boleh datang menemui putranya?" ujarnya kesal.
"Lihat siapa yang mama bawa" ujarnya menunjuk seorang wanita cantik, ya cantik karena polesan makeup tebal di tambah memakai pakaian ketat dan seksi sehingga tubuhnya terekspos sempurna.
"Hay Zein" sapanya tersenyum manis.
Zein memutar bola matanya malas, melihat Lalista datang bersama ibunya. "Zein apa kau tak mau menyapa calon istrimu?"
"Ma sudah berapa kali aku bilang, aku tak akan mau menikahi wanita itu, mama jangan seenaknya mengambil persetujuan tanpa izinku" dengus Zein kesal.
"Tapi Zejn....
"Ma Zein mohon, kali ini saja" ucapnya memelas lalu berlalu baik keatas meninggalkan kedua wanita beda generasi tersebut.
"Zein, kamu dengarkan dulu kata mama" teriak mama Veny namun Zein menulikan telinganya. Mama Veny menghela nafas kasar lalu menatap Lalista yang menunduk.
"Maaf kan Zein sayang!" ucapnya mengelus bahu Wanita itu.
"Iya tak apa tante, tapi bagaimana dengan rencana kita?" tanyanya lesu, padahal nyonya Veny lah yang mengajaknya menemui putranya untuk melakukan pendekatan. Lalista menggerutu kesal karena Zein sama sekali tak melirik kearahnya sedikitpun.
"Ya udah sayang, kamu ikut tante saja ya kita belanja" ajaknya menghibur Lalista. Lalista mau tak mau mengangguk pasrah, dia berjalan matanya masih menatap bangunan megah tersebut, merasa tak rela meninggalkannya.
Sejak awal kedatangannya kesini Lalista sangat terpukau dengan istana milik Zein, yang luas dan megah. "Tunggulah beberapa saat lagi, aku akan menjadi nyonya di sini" batinnya tersenyum, membayangkan semuanya.
*
Sesampainya di dalam kamar, Zein mengernyitkan dahinya melihat belum ada tanda tanda Celin di sana.
"Ck apa wanita itu tidak mendengarkan ucapanku semalam?" gerutunya karena Celin belum pindah ke kamarnya. Lalu berjalan menuju kamar Celin di lantai dua, sesampainya disana Zein langsung masuk tanpa mengetuk pintu, kebetulan pintunya tidak di kunci oleh Celin.
Celin yang baru selesai mandi, dia keluar dengan menggunakan handuk di lilitkan sebatas dada membuat bahu dan paha mulusnya terlihat jelas. Celin sama sekali belum menyadari sepasang mata menatapnya tak berkedip jakunnya naik turun.
Dia tersentak kaget, melihat Zein ada di dalam kamarnya. Sontak dia berteriak kencang.
"Arghh, dasar mesum sejak kapan kau ada di dalam kamar ku hah" teriak Celin sembari melempari Zein dengan benda benda yang ada di sekitarnya.
"Dasar pria cabul, mesum" pekik Celin.
"Hey hentikan" bentak Zein, berusaha menghindari lemparan benda tersebut. Karena kesal Zein menghampiri Celin lalu mencengkram erat kedua tangan wanita itu.
"Hey lepaskan aku, dasar mesum" bentak Celin berusaha melepaskan tangannya, Zein tak menggubris dia menatap Celin tajam rahangnya mengeras menahan emosi.
"Lepaskan aku bodoh"
"Apa kau bisa diam" ucapnya penuh penekanan. Seketika Celin terdiam melihat wajah lelaki yang berstatus suaminya menatapnya horor. Celin menelan air liurnya kasar, seketika nyalinya menciut.
Zein tersenyum miring, melihat wajah panik istrinya itu. Lalu dia mengalihkan matanya menatap dada Celin. Sontak Celin yang menyadari itu ikut melihat, dadanya riflek Celin melepaskan tangannya kasar lalu menutupi dadanya, seraya menatap Zein sengit.
"Apa kau lihat lihat, ha mu ku colok matamu" ucapnya bengis.
Zein menarik sudut bibirnya lalu, berjalan mendekati Celin. Sontak Celin langsung mundur sembari memegang handuknya erat agar tak melorot. Celin berhenti karena dia telah tersudut di dinding, Celin sama sekali tak bisa berkutik sedikit pun jantungnya berdetak kencang.
Zein menyeringai dia meletakan kedua tangannya mengurung tubuh Celin, dia menundukkan kepalanya mendekati wajah istrinya.
"Dada rata milikmu, aku tidak tertarik untuk melihatnya sama sekali, tak ada isinya" bisik Zein lalu meniup telinga Celin. Celin membulatkan matanya tak terima, itu namanya bodi shaming. Sontak dia langsung mendorong tubuh Zein.
"Hey apa kau bilang? dasar otak mesum"
"Pergi kau sana!" pekik Celin mengambil lampu tidur ingin melemparkannya ke arah Zein namun terhenti, karena handuknya melorot sehingga jatuh kelantai.
Tubuh Zein menegang terpaku melihat pemandangan yang ada di depannya, seketika dia menelan ludahnya kasar. Sontak Celin langsung menunduk kebawah lalu berteriak sekencangnya.
"Aaaaaaaaaaaaaa"
_To Be Continued_
woyy alice enk ajja nuduh sembarangan