Novel Xianxia ini menceritakan tentang kisah perjalanan seorang anak dari pedesaan yang bernama Qiao Feng.
Anak itu mempunyai cita-cita ingin menjadi pendekar terkuat dan nomor satu di Kekaisaran Yuan.
Sayang sekali, untuk menggapai cita-cita itu tidaklah mudah. Qiao Feng harus rela menjalani kehidupan yang berliku dan penuh dengan cobaan berat.
Mulai dari penyerangan terhadap sektenya, misteri dalam dunia persilatan, gangguan dari para pendekar aliran sesat, maupun kekacauan di negerinya sendiri.
Bagaimana kisah lengkapnya? Apakah Qiao Feng berhasil menghadapi semua cobaan itu? Apakah impiannya akan terwujud?
Mari ikuti kisah perjalanannya dalam novel yang berjudul Pendekar Sembilan Pedang!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nnot Senssei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelompok Macan Kumbang
Dua ekor Siluman Harimau Bersayap tidak berbicara lagi. Mereka menundukkan kepala serendah mungkin. Aura kuat yang tadi sempat dikeluarkan, kini telah ditarik kembali.
Suasana di sana seketika hening. Siluman Harimau Bersayap itu belum berbicara lagi. Begitu juga dengan Qiao Feng. Ia masih diam sambil mengamati keduanya.
"Berapa orang yang telah menculik anakmu?" tanya Qiao Feng setelah terdiam cukup lama
"Sekitar lima orang, Tuan Muda," ujarnya mulai memanggil Qiao Feng dengan sopan.
Perlu diketahui, walaupun dia adalah siluman, namun para siluman di zaman tersebut terbilang cerdas. Kecerdasan mereka bahkan tidak kalah dengan kecerdasan para manusia.
Karena itulah tidak sedikit ahli bela diri di Benua Utara yang memelihara siluman.
"Apakah mereka mempunyai ciri-ciri khusus?"
"Mereka hanya mengenakan pakaian hitam,"
"Kenapa kau tidak menghentikan mereka?"
Qiao Feng bertanya lebih jauh. Menurut dugaannya, dengan kekuatan Siluman Harimau Bersayap yang sudah berada di tingkat Siluman Langit tahap tujuh itu, seharusnya ia bisa memberikan perlawanan apabila ada manusia yang mengusiknya.
Kalau dipikir dengan logika, rasanya terlalu mustahil kalau sekelompok manusia itu berbuat seenaknya dengan mudah.
"Saat itu kebetulan kami sedang pergi. Yang ada di tempat ini hanya anak-anak kami saja," jawabnya dengan nada sedih.
"Jadi, karena alasan itulah mereka bisa menculik anakmu dengan mudah?"
"Benar, Tuan Muda,"
"Hemm ..." Qiao Feng melamun sebentar. Kemudian dia bertanya lagi. "Di sini ada tiga ekor anak Siluman Harimau Bersayap, tapi mengapa mereka hanya membawa satu ekor saja?"
Dia sungguh penasaran akan hal tersebut. Maka dari itulah Qiao Feng menanyakannya secara langsung.
"Kami sendiri tidak tahu pasti, Tuan Muda. Hanya saja menurut dugaan, mungkin manusia itu terburu-buru karena takut kami sudah datang kembali,"
"Masuk akal juga," Qiao Feng merasa setuju dengan jawaban tersebut. "Lalu, apakah kau tidak menemukan petunjuk sedikit pun?"
Siluman Harimau Bersayap seperti teringat sesuatu. Dengan segera dia berjalan masuk ke dalam sarangnya. Sesaat kemudian dia sudah keluar kembali.
Kini, di mulutnya terlihat ada sebuah kencana seukuran telapak tangan. Lencana itu berwarna kuning terang. Siluman Harimau Bersayap menaruh lencana tersebut tepat di hadapan Qiao Feng.
"Aku hanya berhasil menemukan benda ini saja,"
"Apa ini?" Qiao Feng memungut lencana tersebut. Dia kemudian memandangnya penuh perhatian. "Sepertinya ini sebuah lencana,"
"Kami tidak tahu, Tuan Muda,"
"Baiklah. Ini saja aku rasa sudah cukup,"
"Apa yang akan Tuan Muda lakukan?"
"Nanti kau akan tahu sendiri. Sekarang aku harus pergi dulu,"
Tanpa menunggu jawaban darinya, Qiao Feng langsung membalikkan tubuh dan segera beranjak pergi dari tempat tersebut. Ia menunggangi Kuda Naga dan menyuruhnya untuk berlari kencang.
Sementara keluarga Siluman Harimau Bersayap tadi, mereka justru memandangi kepergian Qiao Feng sambil memandang penuh kebingungan.
"Semoga saja dia melakukan sesuatu untuk menemukan anak kita," gumamnya sambil mengajak keluarganya masuk ke dalam datang.
###
Tanpa terasa tengah malam telah tiba kembali. Saat itu Qiao Feng sudah berhasil keluar dari hutan tersebut. Dia sedang berjalan perlahan sambil menuntun Kuda Naga di sebuah jalanan pusat kota.
Walaupun sudah tengah malam, tapi keadaan di sana masih terlihat ramai. Kota yang dia singgahi sekarang jaraknya tidak terlalu jauh dengan kampung sebelumnya.
Qiao Feng sengaja pergi ke kota yang ramai. Tujuannya adalah untuk mencari informasi tentang lencana pemberian Siluman Harimau Bersayap.
Karena tidak tahu harus bertanya kepada siapa, akhirnya dia memutuskan untuk bertanya kepada dua orang penjaga restoran besar yang terletak di pinggir jalan.
"Maaf, Paman, boleh aku bertanya?" Qiao Feng bertanya dengan nada ramah setelah ia tiba di hadapan dia penjaga.
"Apa yang ingin kau tanyakan, saudara?" tanya salah satu penjaga.
"Bisakah kau memberitahukan aku sesuatu tentang lencana ini?"
Sembari berkata, Qiao Feng segera mengeluarkan lencana yang telah dia simpan di dalam saku bajunya.
Penjaga yang dia tanyakan kemudian menerima dan melihat lencana itu dengan seksama. Rekannya yang ada di pinggir segera mendekat, kini keduanya sedang mengamati benda tersebut.
"Kalau kami tidak salah, rasanya ini adalah lencana milik Kelompok Macan Kumbang,"
"Kelompok Macan Kumbang?" tanya Qiao Feng sambil mengerutkan kening.
"Benar," jawab penjaga itu membenarkan.
"Bisakah Paman menceritakan sedikit tentang Kelompok Macan Kumbang tersebut?"
"Aku tidak bisa bercerita banyak. Hanya saja seingatku, Kelompok Macan Kumbang itu adalah salah satu kelompok penjahat yang sudah sangat terkenal di kota ini,"
"Oh, Paman tahu di mana markas mereka?"
"Soal ini aku tidak tahu,"
"Baiklah. Terimakasih, Paman,"
Qiao Feng membungkuk memberikan hormat. Setelah itu dia kembali melanjutkan perjalanannya.
Kira-kira lima belas menit kemudian, tiba-tiba saja Qiao Feng mendengar suara ribut-ribut yang berasal dari restoran sederhana. Begitu dirinya mendekat ke tempat kejadian, rupanya di sana sedang terjadi sebuah pertarungan.
Pertarungan itu melibatkan tiga orang berseragam hitam dan satu orang kakek tua. Tiga orang itu mengeroyok lawannya secara membabi buta.
Semua pengunjung restoran yang ada di dalam, satu pun tidak ada yang berani ikut campur. Sepertinya mereka merasa takut untuk berurusan dengannya.
Qiao Feng sendiri belum mau turun tangan. Apalagi dia tidak tahu apa-apa. Hanya saja, tiba-tiba ada satu hal yang membuatnya cukup terkejut.
Pakaian tiga orang itu seragam hitam. Dan tepat di dada bagian kanannya terdapat sulaman bergambar macan kumbang.
"Apakah orang-orang itu bagian dari Kelompok Macan Kumbang?" dia mengerutkan keningnya sambil coba memikirkan hal tersebut.
Sementara di satu sisi, bersamaan dengan dirinya berpikir, tiga orang serba hitam itu telah melesat pergi dari restoran sederhana. Sedangkan si orang tua yang dilawannya terkapar di atas lantai dengan luka cukup parah.
Karena ia sudah mempunyai dugaan bahwa orang-orang itu masih ada hubungannya dengan Kelompok Macan Kumbang, maka Qiao Feng memutuskan untuk mengejarnya.
Dengan segera dia naik ke atas punggung Kuda Naga. "Kejar tiga orang itu," katanya kepada hewan peliharaan.
Kuda Naga meringkik keras. Dia langsung berlari sekencang angin mengejar tiga orang serba hitam.
Wushh!!!
Awalnya jarak di antara mereka tertinggal cukup jauh. Tetapi beberapa saat kemudian, akhirnya Qiao Feng berhasil juga memperpendek jarak di antara ketiganya.
Sayangnya, ia mulai kehilangan jejak ketika tiga orang itu lari ke tempat yang sepi.
"Kuda Naga, kau tunggu di sini," ujarnya.
Berbarengan dengan itu, Qiao Feng seketika melompat dari punggungnya dan langsung melesat menembus gelapnya malam.
Dia berlari melewati atap-atap bangunan yang terdapat di kota tersebut. Sepuluh menit kemudian, perjuangannya tidak sia-sia. Qiao Feng berhasil menemukan jejak mereka kembali.
Tiga orang serba hitam itu sampai saat ini masih berlari. Mereka kemudian masuk ke sebuah bangunan megah yang berdiri di perbatasan kota.
Qiao Feng mendadak menghentikan langkah. Ia mengawasi lebih dulu bangunan itu dari tempat yang cukup gelap.